FORTY - SECOND [42]

897 81 9
                                    


CEKLEK!

Mark tersentak dan membuka matanya cepat saat mendengar pintu kamarnya yang dibuka dengan kasar itu.

Bisa dia lihat sang ibu yang berdiri didepan pintu terlihat tengah memandangnya nyalang.

Atau mungkin marah?

Tapi kenapa?

Mark melirik Nala yang masih terlelap disampingnya.

Tidak yakin kapan istrinya itu tertidur, yang jelas dia samasekali tidak terlihat terusik dengan suara pintu yang dibuka dengan cukup keras oleh ibunya itu.

Mark beralih membawa matanya pada jam diatas nakas yang tengah menunjukkan pukul satu siang itu.

Sepertinya dia benar-benar kelelahan karena bisa tertidur selama ini.

Mark kembali melirik Anes dengan pandangan sedikit marah saat ibunya itu tanpa aba-aba melempar ponselnya kearah kasur.

Hampir saja mengenai kepala Nala jika saja Mark tidak sigap menangkapnya.

" Apa sih Ma!?" jengkelnya.

Semarah-marahnya Mark dengan Nala. Atau dia yang sesekali tanpa sadar memukulnya, tetap saja Mark tidak suka kalau istrinya diperlakukan kasar.

Anes semakin meradang saat melihat wajah putranya itu.

Yang benar saja!

Hey, saat ini Mark samasekali tidak punya hak untuk marah!

" Apa!? Apa sih Ma, kamu bilang?!" sentak Anes berjalan mendekati putranya yang masih terduduk diranjang itu.

Mark menatap Anes tidak terima.

Bukannya dia durhaka, hanya saja sikap Anes ini tidak bisa dibenarkan.

Kalau saja Anes lupa, ini bukannya hanya rumah milik sang putra melainkan milik menantunya juga.

Mark sudah menikah sekarang, Anes tidak lagi bisa sebebas dulu.

Maksudnya, bukankah harusnya Anes menghargai Nala?

Tidak etis rasanya Anes marah-marah tanpa alasan seperti ini disaat menantunya juga berada disini!

Dan juga, bagaimana kalau seandainya Mark dan Nala sedang ngapa-ngapain namun tiba-tiba Anes main masuk saja seperti ini?

Hey, itu pelanggaran privacy!

Mark membawa pandangannya pada Nala saat dilihatnya istrinya itu mulai mengerjap-ngerjapkan matanya pelan.

Namun tak lama, Nala kembali memejamkan matanya.

Deru napasnya terdengar tidak beraturan.

Mark membawa tangannya pada kening istrinya itu.

Dan benar saja, Nala demam.

Sejak Nala muntah di taksi semalam, sebenarnya Mark sudah memprediksi istrinya itu akan jatuh sakit.

" Kamu tau sama apa yang udah kamu lakuin!?"

Mark kembali membawa matanya pada Anes sebelum menghembuskan napasnya pelan.

Sebenarnya ibunya ini kenapa sih!?

" Emang Mark ngapain sih Ma?" tanyanya sabar.

Untuk meredam api, tentu harus diberi air bukannya minyak tanah apalagi bensin.

Tepat seperti yang tengah Mark lakukan saat ini.

Namun detik berikutnya Mark dibuat kembali jengkel saat ibunya itu menarik ponsel ditangannya kasar.

Ma Femme || Mark Lee ✅ [Tersedia di Google Play Store]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang