TWENTY - THIRD [23]

963 97 8
                                    

" Renjuan,-- "

Nala membesarkan kedua bola matanya.

Renjuan?

" Hican,--" Mark memandang Nala tepat dimatanya.

Hican?

" Jeno,--"

Nala menggelengkan kepalanya mendengar nada bicara mendikte suaminya itu.

" Malik." Mark membuka akun E-mail di Tablet itu dan menghadapkan benda tipis itu tepat didepan wajah Nala.

Nala menggigit bibirnya pelan.

Apa yang sedang Mark bicarakan?

" Dari empat manusia brengsek itu,--" jeda Mark mengeraskan rahangnya.

Nala semakin erat menggengam pinggiran dressnya saat matanya menangkap urat-urat yang menonjol dilengan suaminya itu karena Mark mengepalkan tangannya.

" -- siapa partner main belakang kamu?" desis Mark.

" A,-- a- aku.." Nala tergagap.

Nala merasa takut sekaligus bingung. Dia samasekali tidak mengerti dengan apa yang tengah Mark bicarakan.

Hican?

Renjuan?

Malik?

Jeno?

Kenapa nama mereka dibawa-bawa?

" Siapa?" tanya Mark kembali.

Mark menatap Nala datar saat istrinya itu menggelengkan kepalanya.

Oh gak mau ngaku ya?

" Kamu mau lihat aku bunuh orang?" marah Mark.

Nala kembali terisak dan menggelengkan kepalanya cepat.

Itu terlalu menakutkan.

" Yaudah kalo gitu kasih tau! Daripada aku nyari tau sendiri, mati itu orang!" desis Mark.

Nala meletakkan tangannya didepan bibir dan menggigiti kuku jarinya. 

Bahunya bergetar karena tangisannya.

" Na,- na- namanya,--" ucapnya terbata-bata karena sesegukan.

Mark menatap Nala jengkel.

Lihatlah!

Siapa yang memilih untuk bermain api, siapa pula yang merasa begitu terbakar sekarang? Nala!

" Ck, siapa?" decak Mark tak sabaran.

Nala berdiri dari posisi berlututnya dan bergerak memeluk tubuh Mark.

Dia tidak bisa diperlakukan seperti ini. Mark memang sering memarahinya, hanya saja kali ini yang paling parah.

" Lepas." ucap Mark datar.

Ma Femme || Mark Lee ✅ [Tersedia di Google Play Store]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang