TWENTY - SECOND [22]

976 100 13
                                    


Lani memandang Nala bingung.

" Jadi ini menantu saya yang saya ceritain waktu itu dok." ucap Anes mengusap bahu Nala yang duduk disampingnya.

Lani memperbaiki kacamata yang bertengger dihidungnya itu.

Sejujurnya dia sedikit bingung dengan situasi yang ada didepannya saat ini.

Jadi sebenarnya beberapa minggu yang lalu, Anes menghubungi Lani dan mengatakan bahwa dia adalah teman Jia dan ingin berkonsultasi dengannya.

Anes bilang bahwa dia ingin Lani membantu menantu dan anaknya untuk mendapatkan bayi.

Lani mengatakan ya dan meminta mereka untuk bertemu terlebih dahulu.

Namun saat sekarang sudah bertemu, Lani justru merasa kebingungan.

Apakah menantu dan anak yang diceritakan Anes waktu itu adalah Nala dan Mark?

Lani diam-diam mengela napasnya saat Nala yang duduk didepannya itu hanya menundukan kepalanya sedari tadi.

Wajah wanita 20 tahunan itu tampak begitu tertekan karena tak henti-hentinya menggigit bibir.

Satu hal yang menjadi tanda tanya dikepala Lani.

Apakah Anes tidak tahu bahwa sebenarnya Nala subur tapi masalahnya adalah putra wanita itu yang tidak,-- atau mungkin belum ingin punya anak?

Lani menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan saat Nala mengangkat kepalanya menatap wajahnya.

Nala menggelengkan kepalanya dengan gerakan pelan.

Akan lebih baik jika Lani berpura-pura bahwa mereka tidak saling mengenal.

Nala harap Lani tidak mengatakan apapun.

" Sayang ini dokter Lani." lanjut Anes memperkenalkan Nala pada dokter didepannya itu.

" Nala, dokter.." ucap Nala pelan mengulurkan tangannya.

Nala merasa sangat gugup sekarang. 

Terlebih wajah Lani yang menatapnya itu terlihat tanpa ekspresi.

Lani membalas uluran tangan Nala.

" Lani." balasnya singkat.

Nala menatap Lani terharu saat dokter itu diam-diam meremas tangannya lembut dan diikuti senyum tipis diwajahnya.

" Dont worry." bisik Lani tanpa suara pada Nala saat Anes tampak sibuk dengan ponselnya.

Nala mengangguk dan mulai menegapkan bahunya.

Tidak ada yang perlu ditakutkan. Setidaknya Lani berada dipihaknya.

Semoga saja.


***


" Ssttt, aduh princess nya Momma kenapa sedih hm?" tanya Anes menggendong Lian yang telah bercucuran air mata.

Nala yang berdiri dibelakang Anes itu juga mencoba menghibur Lian dengan menyentuh-nyentuh wajahnya pelan.

" Pap pa.." isak gadis kecil itu dibahu Anes.

Marie berjalan menuju meja makan dan meletakkan sepiring bakwan udang yang sebelumnya dibuatnya.

Walaupun terlahir dari rahim Anes dan mewarisi kecantikan Anes, setidaknya bakat Anes yang payah dalam hal memasak itu tidak turun padanya melainkan turun pada sang adik - Mark.

Ma Femme || Mark Lee ✅ [Tersedia di Google Play Store]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang