|°22°| Di rumah Helen

410 56 147
                                    

Hai, Boy up nih

Jangan lupa vote dan coment sera masukkan ke perpustakaan kamu 😍

Natnat ucapkan ...

💦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💦

B

el istrhat kedua baru saja dibunyikan, guru maata pelajaran Bahasa Indonesia baru saja keluar dari ruangan kelas X-1.

Helen memilih untuk tinggal di kelas bersama teman-temannya, karena tadi dia sudah menghabiskan bekalnya dengan James. Cowok itu sudah keluar, dan Helen tidak tahu kemana.

Yah, setidaknya Helen harus memberi ruang untuk cowok itu, jangan sampai dia merasa risih.
“Gaes,  pulang sekolah nongki, yuk! Bosan rusek-rusek aja,” ujar Citra yang sudah menghadap ke belakang.

“Ha? Apaan tuh, rusek-rusek?” bingung Dicky.

“Itu aja nggak tahu, Lo? Ckckck,” Citra berdecak. “Rumah-sekolah-rumah-sekolah,” jelasnya.

“Sok pake singkat-singkat, Lo! Pacar lo, Rel, banyak gayanya,” adu Dicky kepada Farel. Farel menatapnya tajam. “Gebetan Lo, maksud Gue,” ralatnya.

"Bisa nggak sih nggak usah bawa-bawa nama Gue? Lo tahu sendiri gue punya gebetan," balas Farel kesal, sedangkan Citra pura-pura tidak mendengar walau ada yang perih saat mendengar Farel memiliki gebetan.

"Akh, banyak cincong Lo. Giliran dia sama cowok lain, situnya cemburu," sindirnya.

"BERISIK!"

“Kuylah, sesekali ‘kan, gak pa-pa,” rengek gadis itu.

“Akh, gue lagi krisis, Say,” ujar Dino, membuat semua temannya memandangnya tidak percaya.

“Emang lo bisa krisis? Bokap lo ‘kan konglomerat. Bapak lo bangkrut?” tanya Farel.

“Ck, kantong gue yang krisis. Bokap gue sampe turunan ke sepuluh juga, nggak bakalan habis hartanya, Cin,”

“SOMBONG!’’

Dino malah nyengir. “Bokap gue ‘kan ngasih duit nggak banyak-banyak, Cintaku,”

“Eh, buset. Bapak Lo pelit, njir,”

Ck, bukan pelit loh, Say, tapi nggak sembarangan. Apalagi tujuannya nggak jelas.” Teman-temannya mengangguk paham.

“Lo mau kerja? Biar gue saranin?” tanya Oliv dengan wajah sok serius.

“Serius, Liv? Adek mau lah,”

“Heem, di pabrik racun punya bokap,”

“Sejak kapan, papa punya pabrik racun, Liv. Setahu gue, Papa cuman punya pabrik sepatu deh,” bisik Via.

Ck, diem aja lo!” balas bisik Oliv.

“Eh, kalo Lo pengen kerja, kenapa nggak di perusahaan bokap Lo aja? Kenapa harus pabrik bokapnya Oliv?”

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang