|°20°| Minta Maaf

455 63 159
                                    

Helen is coming gaes

Jangan lupa buat vote, dan komentari ya

Tambahkan ke perpustakaan kamu, buat dapat info update ❣️

Tambahkan ke perpustakaan kamu, buat dapat info update ❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💦

Helen sudah menggunakan kembali seragamnya, sebelum akhirnya dia ingat kalau dia dalam mode marah.

Bi Nia mengantarkan sarapan gadis itu tadi, karena Helen tidak bersedia keluar kamar dari kemarin.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Masa Helen nggak sekolah lagi hari ini? Semalam 'kan udah. Gimana kalau ada yang cari Helen, gimana kalau ada yang diam-diam kangen Helen, atau khawatir dengan Helen. Seperti, pangeran misalnya," monolog gadis itu sembari tersenyum. Apa lagi kalau bukan membayangkan wajah pangerannya!

Gadis itu dengan cepat menggelengkan kepala. "Nggak boleh, Helen nggak boleh sekolah kalau pak Arman beneran dipecat. Ya, gak boleh." Gadis itu kini mengangguk-angguk meyakinkan dirinya agar konsisten dengan ucapannya.

Dia kemudian membaringkan tubuhnya di kasurnya walau dengan seragam yang melekat pada tubuhnya.

"Helen!" panggil Vano dari luar kamar Helen sambil mengetuk pintu kamar gadis itu.

Helen menoleh ke arah pintu. "Helen nggak mau sekolah, kak," balas gadis itu.

"Kamu nggak kangen teman-teman kamu? Semalam juga udah nggak sekolah loh,"

Helen berpikir sejenak, gadis itu memang merindukan teman-temannya, apalagi pangerannya.

"Tetep aja, Helen nggak sekolah," kekeuh gadis itu. Helen mencoba menahan diri. Bagaimanapun, pak Arman tidak boleh kehilangan pekerjaannya hanya karena ulah Helen.

"Jadi, yakin nih, nggak sekolah?" Ucapan Vano kembali membuat gadis itu bimbang, tapi demgan cepat sadar. "Iya," katanya.

"Non, nggak sekolah?" Helen mengenal suara itu, bukan suara Vano selain berbeda, tapi dia juga memanggilnya "Non", tapi bukan juga bi Nia, karena suara itu berat, seperti suara laki-laki. Ralat, memang suara laki-laki. Helen bangkit dari kasurnya, dia tahu itu adalah pak Arman.

"Pak Arman!" panggilnya setelah membuka pintu, tampak pak Arman tersenyum padanya.

"Bapak balik lagi?" tanyanya, memeluk pria yang sudah lumayan berumur itu. "Tentu saja, bapak 'kan harus antar non Helen," balasnya.

"Yes! Ya udah, ayok berangkat, Pak!" semangatnya. "Tadi katanya nggak mau sekolah," goda Vano pada adik kesayangannya itu.

"Nggak mau sekolah, kalau kak Vano yang anter. Helen maunya pak Arman aja,"

"Oh, gitu. Awas aja nanti," ancamnya.

"Maksud Helen sekarang, kak. nggak tahu nanti, kita liat aja," ucapnya sambil nyegir kuda membuat pak Arman dan Vano tersenyum menggelengkan kepala.

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang