|°48°| Pembunuh

416 53 116
                                    


SELAMAT HARI JUMAT

KONON, PENULIS ITU MOODNYA NAIK KALAU TULISANNYA DI APRESIASI OLEH PEMBACA

KALAU DI DUNIA ORANGE INI, APRESIASI NYA DENGAN VOTE ATAU COMENT

JADI, BIAR MOOD NATNAT NAIK, KUYLAH SIAPKAN JEMARI BUAT VOTE DAN COMENT YA

SKUY
⬇️⬇️

SKUY⬇️⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

"Key, kita mau kemana?" tanya Helen takut, tapi Keyla tidak menjawab.

"Key, Helen mohon. Helen mau turun." Gadis itu berusaha tenang. Dia tidak mau kalau Keyla menyadari keadannya.

Sia-sia, Keyla masih tidak menggubris. 
Dia seperti orang kesetanan melajukan mobilnya di atas kecepatan wajar.

Usaha Helen untuk tetap tenang, gagal. Jantungnya berpacu cepat kala Keyla sama sekali tidak menurunkan kecepatan mobilnya.

"Helen mohon, pelanin Key!" lirih gadis itu. Keyla hanya menyeringai tidak peduli. Helen meremas dadanya kencang, sakitnya kian terasa, dadanya seakan ingin pecah, detak jantungnya berdebar kuat.

Helen memejamkan matanya, mencengkeram jok tempat Keyla dari belakang. "K—Key! Helen nggak kuat, Helen mohon!" lirih Helen penuh harap karena dadanya kian sesak.

"Diam Lo!" sentaknya dan tetap melaju dengan kecepatan tinggi.

*****

Di tempat lain, James dan teman-temannya yang menyadari kalau Helen terlalu lama mulai khawatir. 

James mencoba menghubungi nomor gadis itu, dan ternyata ponsel Helen tertinggal di tas.

Mereka memutuskan untuk mencari keberadaan gadis itu, berpencar di seluruh area sekolah, bel jam istirahat sudah berbunyi dari tadi.

"Liat Helen, nggak?" tanya Oliv pada salah satu siswa dibalas gelengan.

"Liat Helen, nggak?" tanya Citra pada yang lain.

"Nggak ada, Cit," balasnya.

"Ada?" tanya James saat mereka bertemu di satu titik.

"Nggak!"

"Cari lagi!"

Oliv yang mengetahui keadaan Helen benar-benar panik. Dia takut sakit Helen kambuh di suatu tempat dan tidak ada yang menolongnya.

Gadis itu memijat pelipisnya, dia tidak tahu harus apa. "Kasih tahu orang tuanya!" ucapnya membuat semua teman-temannya menghentikan langkah.

"Liv, kita cari aja dulu, kenapa mesti kasih orang tuanya langsung? Palingan di sekolah ini." Citra menyahuti.

"Ini udah lebih 15 menit, Cit. Gue khawatir Helen kenapa-kenapa." Wajah Oliv benar-benar menunjukkan kekhawatiran yang kentara.

Via mengusap punggung kembarannya itu. "Helen pasti baik-baik aja, Liv. Kita cari lagi ya, kalau kita kasih tahu sekarang, takutnya buat orang tuanya khawatir."

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang