|°50°| Puncak Kesabaran

530 56 176
                                    


SELAMAT HARI KAMIS ❤️

JANGAN LUPA BUAT TETAP DUKUNG

DAN NATNAT KEPENGEN KALIAN KASIH PENDAPAT KALIAN TENTANG PART INI SETELAH BACA YA

NATNAT PENGEN TAHU, PART INI BISA NGGAK SIH BAWA KALIAN MASUK, NGERASAIN, ATAU TERBAWA SUASANA GAK SIH?

JANGAN LUPA YA

JANGAN LUPA YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Gue juga sayang sama Lo, Key,"

Helen mencengkeram dadanya. Rasa terbakar menjalar begitu saja di tubuhnya. Napasnya tercekat tidak beraturan. Gadis itu memejamkan mata, berharap sakitnya mereda.

Helen baik-baik saja.

Helen selalu melafalkannya. Namun, sepertinya tidak berhasil, sakitnya semakin menjadi, menambah perih sampai ke uluh hatinya. Lengan atas kirinya terasa begitu ngilu. "Sshhh,"
Helen semakin kuat mencengkeram dadanya.

Kamu kuat, Helen.

Bibirnya seketika membiru, diikuti wajah yang sudah pucat pasi. Berjongkok, gadis itu meringkuk mendekati pegangan tangga, mencengkeramnya sebagai topangan.
Napasnya semakin pendek, debaran jantungnya pun semakin cepat.

Helen nggak lemah.

Gadis itu berusaha mati-matian menuruni satu per satu anak tangga. Jangan sampai James menyadari keberadaannya.

Namun, tubuh Helen semakin tidak berdaya. Sensani panas menjalar di sekujur tubuhnya. Kakinya gemetaran, seakan tak mampu untuk dia gerakkan.

Mata gadis itu berkaca-kaca.

Kenapa harus sekarang?

Tubuhnya semakin terasa kaku. Gadis itu mendongak, terpejam membuat genangan air di pelupuk matanya terjun bebas di wajahnya.

Helen berusaha meredam isakan kecilnya. Dia juga terus berusaha menggerakkan kakinya yang semakin kaku menuruni setiap anak tangga dengan posisi yang sepenuhnya terduduk.

Menyeret tubuhnya di lantai dengan bantuan tangan yang mencengkeram pegangan tangga.

Air matanya semakin deras membanjiri.

Tolong Helen!

"HELEN!!!"

"HELEN!!!" teriak Bara dan Oliv bersamaan. Helen menatap mereka sendu, dengan tangan yang masih mencengkeram dada.

"Kak Bara!"

Bara dan Oliv langsung berlari, meraih tubuh Helen yang mulai jatuh. "Tolong Helen!"

Tubuh Helen ambruk seketika di dekapan Bara, bersamaan dengan mata yang sepenuhnya terpejam.

"HELEN!!!" teriak keduanya lagi.

"Len, buka mata Lo!" Oliv memegangi wajah gadis itu dengan air mata yang sudah menggenang. "Ayo, Len!" isaknya semakin jelas.

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang