33 - The Sweet Of You

349 40 2
                                    

"Aku harap kamu gak pakai standar orang lain buat nilai dirimu lagi. Kalau ada yang memperlakukanmu dengan buruk, aku harap kamu gak berpikir kalau itu terjadi karena kamu memang berhak mendapatkannya. Kamu selalu pantas untuk disayangi oleh siapa pun. Aku sayang kamu, Grace."

Jantung Grace benar-benar berdegup dengan sangat kencang ketika mendapati tangan Hadja dengan lembutnya menyentuh dan mengusap helaian rambut yang selama ini Grace benci. Hal itu membuat Grace tersentuh, melihat sisi baru Hadja yang tak pernah Grace lihat sebelumnya. Bolehkan Grace sedikit menyombong—emm ... sisi yang sepertinya hanya Grace seorang diri bisa lihat? Lupain, Grace, terlalu dini buat kepedean!

"Dok—"

"Hadja, panggil aku begitu." Hadja langsung memotong perkataan Grace.

"Had ... ja?" Grace tertawa canggung, "Aneh rasanya."

"Ke depannya tolong biasakan dirimu, ya," ucap Hadja.

Grace hanya kembali tertawa dengan canggung, "Makasih udah bilang kata-kata itu, ya."

Grace tidak berbohong tapi ini benar-benar terasa aneh. Memangil Hadja tanpa embel-embel 'Dokter', berubah dari saya menjadi kamu, hingga percakapan dari semi formal ke informal. Grace merasa aneh.

Tiba-tiba, tangan Hadja yang semula berada di tepi wajah Grace beralih ke puncak kepala wanita itu. Hadja mengusap rambut Grace, menyusuri surai indahnya, menatap iris matanya dengan sangat lembut.

"Aku minta maaf kalau sikapku sebelumnya bikin kamu ngerasa canggung. Ke depannya, aku bakalan berusaha banget buat bikin kamu lebih nyaman sama aku."

Hadja sepertinya tahu juga kalau perubahan tiba-tiba ini tidak mudah bagi Grace. Oleh sebab itu, Hadja merasa dirinya yang harus berinisiatif terlebih dahulu untuk bersikap santai. Hadja benar-benar sudah berbicara kepada Grace dengan bahasa yang sangat santai, berharap wanita yang ia sayangi terbiasa untuk melakukan hal serupa.

"Makasih, ya. Tapi ehm ini ... mau sampe kapan ya ngusap-usap aku gini? Jujur aku jadi deg-degan banget," kata Grace malu-malu.

Hadja masih enggan menarik tangannya sekalipun Grace berkata demikian, "Aku gak pernah menyangka kalau menyentuhmu begini saja ternyata bikin aku sebahagia ini. Dulu, aku mau menyapamu duluan aja segan. Mulai sekarang, apa boleh aku menyentuhmu duluan?"

Grace terkesiap mendengar kata-kata Hadja. Intinya, malam ini apa pun yang Hadja katakan atau lakukan pasti akan membuat degup jantung Grace menggila. Grace juga bersyukur dirinya tak mengenakan perona pipi karena saat ini, sikap Hadja kepada Grace saja sudah jauh lebih efektif ketimbang blush on termahal sekali pun.

"M-menyentuh gimana ya, maksudnya?" Grace bertanya malu-malu.

"Menggenggam tanganmu, mengelus seperti ini, merangkulmu, atau mungkin sesekali memelukmu. Seperti itu, boleh?" tanya Hadja.

Grace merutuk, ternyata blak-blakan dan sangat berterus terang ini adalah Hadja yang akan selalu melekat dalam diri pria tersebut. Kini, Grace harus menahan rasa salting-nya sekuat tenaga.

"Tapi ... kita ini apa ya, Dok—maksudku, Had ... ja?" tanya Grace takut-takut.

"Kamu nyamanya bagaimana? Jujur ini pertama kalinya aku menyukai seseorang, jadi kuharap kamu mau banyak mengajariku. Kalau aku, selama itu hal yang buat kamu nyaman, berarti itu yang terbaik juga untuk aku."

Grace salah fokus, Hadja bilang ini pertama kalinya dia menyukai seseorang? Jangan bilang ... aku ini first love-nya Hadja? Serius?

"Ya gimana pun juga kan perempuan suka sama kepastian, ya. Tapi kalau mau nyebut pacaran, aku ngerasa aneh aja, sih, hehe. Jadi aku sendiri juga bingung."

[SS] Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang