32 - The Courage

1K 83 6
                                        

Maaf, Bang. Grace benar-benar tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, Grace tidak mau nantinya jadi orang jahat ke Bang Nouval makanya lebih baik berhenti di sini saja. Semoga Bang Nouval bertemu dengan yang lebih baik dari Grace.

Grace mengirimkan pesan tersebut kepada Nouval satu hari lalu. Tepatnya empat hari setelah percakapan larut malam antara Hadja dan Grace. Sejujurnya Grace menyesal tidak segera menolak ajakkan Nouval lebih cepat. Bukan berarti Grace ragu untuk tidak memilih Nouval, hanya saja Grace masih sedikit takut dengan respon keluarganya, terutama sang ibu. Grace tidak tahu kenapa ibunya bisa sampai tahu kalau Nouval kembali mengajak Grace untuk memikirkan ulang perjodohan mereka setelah Grace menolak Nouval di restoran hotel waktu itu. Sepertinya Nouval menceritakan semuanya kepada ibunya dan begitulah berita itu sampai kepada ibu Grace.

Menolak perjodohan dengan Nouval sekali saja ibu Grace sudah marah besar, apalagi kedua kalinya? Apalagi, dua hari lalu, ibu Grace benar-benar mendesak Grace untuk segera datang ke Medan dan membicarakan perjodohan tersebut. Bahkan mengatakan bahwa Grace seharusnya bersyukur karena Nouval memberinya kesempatan kedua setelah Grace dengan tidak tahu dirinya menolak Nouval.

Kesempatan kedua apanya? Dari awal saja Grace tak pernah menginginkan kesempatan itu sama sekali.

Ada satu hal yang sedikit di luar ekspektasi Grace, yaitu respon Nouval. Rupanya Nouval hanya membaca pesan Grace dan tak membalasnya sama sekali. Lalu ... boom! Ibu Grace menelepon.

"Kamu ini gila ya, Grace? Apa-apaan kamu? Bener-bener manusia gak tahu diri, udah dimaafkan sama Nouval dan dikasih kesempatan kedua, malah ditolak. Maumu apa, sih?"

Kata-kata itu langsung Grace dengar satu detik setelah ia mengangkat telepon. Ibunya bahkan tak menyapa sama sekali dan langsung memaki.

"Nenekmu waktu itu ngedesak mama buat ceritain soal perjodohanmu dengan Nouval, akhirnya mama berbohong, tapi mama optimis lagi waktu ibunya Nouval bilang kalau Nouval mau ngebujuk kamu sekali lagi. Tapi sekarang apa? Mama benar-benar gak tahu mau taruh di mana muka mama. Mama gak sanggup ketemu ibu Nouval, mama juga pasti dikatai nenekmu dan mereka akan berkata ini itu tentangmu kepada mama. Harusnya tahu diri sedikit, Grace. Kamu ini punya kerjaan tidak pasti, cantik juga tidak, tapi menolak orang yang jauh di atasmu. Mama benar-benar malu punya anak sepertimu."

Grace masih terdiam, tidak menimpali sepatah kata pun. Kali ini, Grace tak menangis. Grace pikir, sepertinya ia tak akan menangis lagi karena sudah menghabiskan terlalu banyak air mata sebelum-sebelumnya.

Grace hanya menatap kosong langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos sembari mendengarkan kata-kata ibunya. Di sebuah apartemen studio sederhana yang Grace cicil sebelum ia dipaksa resign karena posisinya harus diberikan kepada keponakan direktur. Kini, dengan pendapatan tak menentu dari kafe, Grace harus terus menyicil dan mengatur uangnya sepintar mungkin agar setidaknya tak kelaparan di akhir bulan—walau sebenarnya Grace selalu bisa makan satu hari tiga kali di kafe.

"Kenapa diam saja, sih? Kamu mau jadi anak yang tidak berbakti, Grace? Jangankan membanggakan orang tua, tidak membuat orang tua malu saja kamu tidak—"

Tanpa sempat membiarkan sang ibu menyelesaikan kalimatnya, Grace langsung menutup telepon tersebut. Grace kemudian buru-buru memblokir nomor ibunya, ayahnya, adiknya, bahkan keluarga besar ayahnya dari Medan—tentu saja Grace akan membukanya kembali nanti.

Grace terus menatap langit-langit kamarnya yang tampak remang-remang di malam hari karena ia hanya menyalakan lampu tidur. Tatapan mata Grace kosong, pikirannya ke sana ke mari.

Grace banyak merenung. Sebenarnya untuk apa dirinya hidup dan ada di dunia ini? Apa tujuannya hidup? Apa juga yang dirinya dapatkan setelah selama ini menjadi pengecut dan hanya tahu untuk menghindar? Bahkan sekalipun terus pergi menghindar dari keluarganya, menuruti keinginan mereka, dirinya tidak bahagia. Setelah hanya bisa mengalah, mencoba ikhlas, bahkan membiarkan dirinya tertindas pun, Grace tetap tidak bahagia. Lalu sebenarnya apa yang dirinya kejar? Apa yang ingin dirinya lakukan dalam hidup kalau setelah banyak membuat pilihan yang menyiksa dirinya sendiri saja, Grace tetap tidak bahagia dan merasa hampa.

[SS] Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang