34 - Him On Her

779 52 0
                                    

Note : Chapter ini isinya full kilasan balik chapter-chapter sebelumnya, ya. Cuma bedanya ini fokus ke POV Hadja, karena sebelum2nya aku gatekeep POV Hadja terus😶 (i mean author pov yg fokus ke Hadja wkwwk). So i always wanted to do Hadja's POV xixi

Jadi kalau kalian pengen tahu POV Hadja di chapter-chapter sebelumnya sekaligus jawab pertanyaanku di chapter sebelumnya, please read this chapter. Tapi kalau mau langsung yang fluffy antara dua orang yang baru kasmaran ini, silahkan baca langsung part selanjutnya, makanya aku selang ini bakal langsung update chapter selanjutnya. Cuma kuharap si kalian tetep baca ini ya meskipun skimming wkwk karena chapter ini bakal bawa sudut pandang baru yang penting dalam pengembangan character Hajda.

Happy reading❤️

***

Hadja tak begitu memperhatikan kapan dan bagaimana Grace mulai menjadi sosok berarti dalam kehidupannya. Tahu-tahu, Grace sudah ada dalam dirinya saja.

Hadja ingat pertemuan pertamanya dengan Grace adalah ketika ia tak sengaja meninggalkan dompetnya di Glece Kafe. Pertemuan pertama yang begitu singkat. Berselang setelahnya, peristiwa buku membuat Hadja mulai mengingat sosok Grace yang saat itu belum ia ketahui namanya. Hadja ingat betul, meskipun saat itu responnya sangat dingin, tetapi Grace tetap membalasnya dengan sorot mata hangat dan senyum indahnya. Senyum dan sorot mata itulah yang membuat Hadja mengingat Grace untuk pertama kalinya.

Setelah peristiwa itu, Hadja kembali ke kafe, berdalih melanjutkan bacaan buku yang ia sendiri sebenarnya tak terlalu tertarik. Hadja rasa, ia perlu untuk melihat perempuan itu sekali lagi, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kafe dengan alasan melanjutkan bacaan tersebut.

Saat itu Hadja ingin mengetahui siapa nama perempuan dengan senyum manis dan tatapan indahnya, tetapi terlalu malu untuk melakukannya. Untung saja, perempuan itu dengan lihainya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Grace. Kata-kata itu benar-benar powerful hingga terus terngiang di kepala Hadja. Saat itu, Hadja merasakan sesuatu yang aneh kepada Grace, seolah ia pernah bertemu sosok yang memberikan perasaan serupa, tapi Hadja tak mampu mengingatnya sama sekali.

Ketika Hadja kira semua akan berlalu begitu saja, tiba-tiba terjadi pertemuan tak terduga di pusat perbelanjaan. Untuk pertama kalinya, kaki Hadja bergerak sendiri tanpa logikanya sempat menalar. Hari itu juga, pengalaman pertama Hadja duduk di bangku bioskop bersama seseorang yang bukan keluarganya.

Hari itu, Hadja tahu satu hal, betapa dirinya menyukai senyuman Grace. Bagaimana bibirnya merekah, bagaimana matanya berbinar indah ketika memandang sesuatu. Bagi Hadja saat itu, bahkan tayangan beranggaran miliaran dengan pemeran papan atas pun tak lebih menarik daripada melihat berbagai macam emosi yang Grace tampilkan hanya dalam dua jam penayangan. Aneh bukan? Hadja tidak paham perasaan aneh macam apa ini, intinya Hadja hanya senang saja melihat Grace.

"Langsung ... pulang?" tanya Hadja ketika Grace berkata kalau ia harus pergi terlebih dahulu.

Hadja merasakan kekecewaan ketika Grace ternyata tak memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersama dirinya. Namun Hadja pikir itu tak masalah karena Grace mengundangnya untuk datang kembali.

Sayangnya, tak semua rencana berjalan mulus, Hadja harus melakukan operasi darurat. Jadwalnya begitu padat sampai-sampai Hadja melupakan janji tersebut. Undangan terlupakan yang membuat Grace berpikir kalau dirinya terlalu percaya diri jika beberapa pertemuan bisa menjadikan seorang Hadja sebagai temannya. Walau kenyataannya tak begitu, Hadja mengingatnya segera setelah seluruh pekerjaannya berakhir. Hanya saja Hadja belum mendapatkan kesempatan untuk meminta maaf.

Terpikat oleh senyuman manis dan mata indahnya, terpesona dengan suaranya yang lembut dan ramah, rasa untuk terus melihatnya lagi dan lagi, dan keinginan untuk menjadi lebih dekat dengannya, Hadja sampai mencari di internet tanda-tanda jatuh cinta. Namun Hadja terus-terusan menyangkal, tak mungkin dirinya jatuh cinta. Bukannya jatuh cinta adalah hal yang membahagiakan? Hadja masih merasa dirinya belum pantas untuk merasakan sesuatu seagung jatuh cinta. Lagi pula, Hadja tak sanggup membayangkan dirinya menghancurkan orang lain dengan kehadirannya. Mencintai dirinya bukanlah hal mudah, Hadja tahu betul kekurangannya.

[SS] Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang