Setelah dua minggu berlalu, baik Boruto dan Sarada masih menjaga jarak satu sama lain. Mereka memilih saling menghindar saat keduanya tidak sengaja bertemu. Walau begitu, keduanya pun merasa kalau yang mereka lakukan ini sebenarnya salah.
Sarada menyadari, kalau ucapan yang ia katakan hari itu sudah membuat Boruto tersinggung dan marah padanya. Dan Boruto pun juga menyadari, kalau perkataannya sudah membuat Sarada kecewa padanya, dan ia juga menyadari apa yang diucapkan Sarada hari itu adalah sebuah kejutan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Namun, keduanya tidak berfikir jernih saat itu. Mereka saling menyalahkan dan tidak mau kalah saat berdebat. Ya, itu lah mereka. Mereka selalu seperti itu sejak kecil.
Disaat seperti ini, tidak ada yang mau mengalah ataupun meminta maaf. Tapi, ada satu cara agar mereka saling membuka suara untuk berbicara satu sama lain.
Waktu.
Mereka hanya membutuhkan itu. Mencari waktu yang tepat disaat keduanya sudah mulai menjernihkan pikirannya karena penyesalannya. Dan disaat waktu itu tiba, mereka akan berjalan mengikuti alurnya.
Ya, mereka percaya hal itu sejak dulu.
Bahkan, hingga saat ini.
.
.
.
Terlihat Sarada sedang duduk dikursi yang menghadap langsung pada sebuah piano besar yang berada diruangan tersebut. Ya, saat ini Sarada sedang berada diruang musik, sendirian.
Suasana disana terasa hangat, kesunyian seperti ini lah yang sangat ia dambakan. Karena tidak ada orang disana selain dirinya.
Jari jemarinya menyentuh setiap not pada piano tersebut. Memainkan sebuah lagu yang lembut dan indah. Siapapun yang mendengar, pasti akan terpukau dengan sang pemain dan juga lagunya.
Sarada pun begitu menikmati alunan musik yang ia mainkan. Hingga ada seseorang yang membuka pintu ruangan musik tersebut. Sarada menoleh, dan ia terkejut saat melihat orang tersebut.
Boruto.
Sarada tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sosok yang sejak kemarin kemarin ia jauhi dan tidak ingin ia temui, saat ini muncul tepat dihadapannya.
Boruto pun sama terkejutnya saat melihat Sarada disana. Jika begini, suasana pasti akan semakin mencekam. Dan ia akan menghindar darinya lagi. Pikir Boruto.
"Ah, maaf mengganggu. Aku akan segera per--"
"Tidak apa, kalau kau ingin masuk, masuk saja."
"Eh?" Boruto pun terdiam bingung. Sarada berbicara padanya?
Melihat Boruto terdiam mematung. Sarada pun tersenyum sinis kearahnya.
"Siapapun boleh memasuki ruangan ini. Ini umum kau tau!"
Dengan langkah gugup, Boruto berjalan memasuki ruangan tersebut.
Canggung, itulah yang terjadi diantara mereka berdua. Mereka saling terdiam dengan pikirannya masing masing.
'Kenapa keadaan seperti ini harus terjadi?!'
Sarada hanya diam menatap barisan putih pada bagian piano tersebut. Ia tidak tau harus melakukan apa, rasa ingin memainkan piano itu lagi seketika hilang. Ingin sekali ia melirik ke arah Boruto yang sedang diam menatap kearah jendela. Namun, untuk menoleh pada Boruto rasanya sangat canggung sekali hingga pipinya tiba tiba memerah.
"Kenapa diam saja? Untuk apa kau kesini? Untuk memata mataiku?" tanya Sarada yang akhirnya memecahkan keheningan.
Boruto tersentak, lalu seperti mencari sesuatu di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomodachi To Ai no Kizuna [END]
Fanfiction• Boruto Fanfiction • Pilihan terberat bagiku saat itu adalah saat dimana aku harus memilih. Apakah aku harus berjuang mempertahankan persahabatan, perasaanku padamu, atau aku harus merelakanmu bersama dengan orang lain. Dan sekarang, kita berdua sa...