Menjelang malam.
Di sebuah taman, terlihat seorang gadis berkacamata sedang duduk di sebuah ayunan. Ia mengayun ayunkan ayunan itu pelan dengan menggunakan kedua kakinya.
Sejak pulang sekolah tadi, ia memilih untuk pulang sendirian tanpa bersama dengan teman temannya. Pulang sendirian dan berakhir melamun disini.
Matanya menerawang keatas langit. Dirinya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
'Hah..bagaimana ini?' batinnya.
'Aku sudah berjanji pada inchou untuk membantunya agar dekat dengan Boruto lagi. Tetapi si bodoh itu selalu saja..'
Ia merasa kesal dengan sahabat kuningnya itu, alias Boruto. Sudah berkali kali ia membujuk pemuda itu agar mau berbicara dengan Sumire atau mengantarnya pulang. Namun Boruto selalu menolak dengan alasan rumahnya-berjauhan-lebih-baik-jika-bersamamu(sarada)-saja.
Alasan bodoh. Pikir Sarada.
Namun, entah mengapa, saat Boruto menolak apa yang ia suruh, gadis itu merasa lega. Jujur saja, gadis itu tidak ingin melakukan ini karena hati dan pikirannya menolak keras untuk membiarkan Boruto lepas darinya. Ia baru saja memperbaiki hubungannya dengan Boruto. Tetapi, walau begitu..dia harus melakukannya. Karena ia sudah berjanji padaNya kalau dia akan membantu gadis itu.
Membantu orang yang sudah jelas jelas ingin merebut cinta pertamanya. Dengan senyuman di wajahnya, ia dengan senang hati mengulurkan tangannya dengan tangan yang terbuka lebar. Bahkan ia rela jika harus mengorbankan perasaannya sendiri. Ironis sekali bukan?
Ia tidak mau.
Sarada tidak ingin melakukan itu. Hatinya terlalu rapuh jikalau mimpi buruk yang ia alami akan menjadi nyata. Ia tidak tau apakah dirinya akan sanggup menjalani hari harinya yang seperti itu nanti.
Keadaan memaksa, namun hati jiwa dan raga menolak.
'Ini menyebalkan'
'Aku akui ini memang berat. Boruto, dia..dia orang yang sangat aku sayangi dan aku cintai setelah mama dan papa, dia orang yang selalu kuperhatikan dan kujaga, dia orang yang selalu membuatku kagum atas apa yang ia lakukan, dia segalanya seperti kedua orang tuaku. Aku tidak rela jika dia harus pergi. Tidak!.'
Tak sadar, ia menggenggam erat untaian rantai ayunan tersebut hingga meninggalkan bekas kemerahan pada telapak tangannya. Air mata yang sudah membendung itu pun menetes membasahi wajah.
Sarada tau, takdir yang mengikatnya dengan Boruto hanyalah ikatan persahabatan dan tidak lebih. Percuma saja jika ia melanjutkan sakit yang tidak berujung seperti ini.
"Jika kau melepaskan Boruto, apa kau tidak apa?"
Perkataan ChouChou tiba tiba memasuki pikirannya.
"Apa kau menjamin kalau kau akan baik baik saja setelah ia tidak bersamamu?"
'Aku tidak rela, tetapi aku harus'
'Tetapi kalau aku melakukannya, apa aku benar benar akan baik baik saja?'Sarada tersenyum getir, merutuki kebodohan dirinya yang tiba tiba menjadi labil tak karuan. Pikiran kritis dan logisnya tiba tiba tidak berjalan baik disaat seperti ini.
'Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya kepada inchou?'
Gadis itu menggeleng.
'Tidak! Jika aku mengatakannya, dia pasti akan sedih kalau aku tidak bisa membantunya'
Gadis itu bingung dengan perasaannya sendiri. Sarada pun ingin hubungannya dengan Sumire kembali baik. Tetapi ia juga tidak ingin kalau Boruto harus ia lepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomodachi To Ai no Kizuna [END]
Fanfiction• Boruto Fanfiction • Pilihan terberat bagiku saat itu adalah saat dimana aku harus memilih. Apakah aku harus berjuang mempertahankan persahabatan, perasaanku padamu, atau aku harus merelakanmu bersama dengan orang lain. Dan sekarang, kita berdua sa...