Dua Puluh

114 27 4
                                    

Bsk temenin gue futsal

Sore itu sebuah pesan masuk ke ponsel Diora dari nomor tak dikenal. Diora hampir melempar ponsel itu ke atas ranjang namun urung dan memilih membalas pesan tersebut.

Diora : Sempak knedor?

+623789 : Cwk barbar

Diora : Gue sep nmnr lu. Paan?

Sempak kendor : Temenin futsal bsk sore

Diora : Kno gue harus neneninlu sgl?

Sempak kendor : *sent a sticker*

Sempak kendor : Blh juga dinenenin. Dah lama gak mnum ASI

Diora : Ajg. Goblog. Dahlh

Diora berdecak sembari memukul-mukul tumitnya ke kasur. Ah kenapa jika dilihat-lihat ketikkan dia typo semua begitu? Dasar. Ini nih kalau dia tidak melakukan cross-check pada setiap chat yang dikirim.

Jemarinya hampir saja membalas sebuah pesan baru ketika kedua matanya membelalak sadar. Pesan itu dikirim oleh Bagas alih-alih Diego.

Bagas : Diora, lagi sibuk atau gak?

Uuh lihat, gaya ketikkan cowok itu masih sama seperti sebelumnya. Masih baku dan Diora menyukainya. Pesan itu bahkan bukan hanya sekadar ketikkan namun suara berat dan dalam milik Bagas seakan mengalun di telinganya. Diora buru-buru membalas pesan itu. Ternyata Bagas mengajaknya berbincang tentang sebuah film yang akan tayang minggu besok di bioskop. Meskipun Diora tidak terlalu paham namun dia memanfaatkan kepintarannya dalam menarik topik suatu perbincangan.

Pintu kacanya diketuk, tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, Diora berkata, "Masuk aja."

Pintu kaca itu bergeser terbuka. Sosok tinggi Diego memasuki kamar menciptakan bayang, dia segera mengernyit melihat keadaan kamar Diora yang berantakan. Buku berserakan, baju bertebaran dan juga... pakaian dalam Diora terlihat berceceran di atas kasur.

Sang empunya kamar yang sedang dalam posisi tiduran di atas kasur dengan rambut menjuntai ke lantai memandang Diego datar. "Ngapain lo ke sini?"

"Mau ngomongin soal besok," jawab Diego dengan sedikit kecanggungan. Demi apapun, dia tidak tahan melihat bra berwarna hitam yang ada di sana.

Diora bisa melihat rasa canggung itu di wajah Diego. Dia menurunkan ponselnya dan melihat ke mana Diego melihat. Sial!

"Tutup mata lo! Tutup!" Diora setengah berseru sambil meraup pakaian dalamnya secara tiba-tiba. Dilemparnya pakaian dalam itu ke dalam lemarinya. "Gak sopan lo."

"Lo aja jadi cewek bar-bar banget. Kamar berantakan udah kayak gak ada yang nempatin."

"Ih suka-suka gue. Jangan nyampe ya lo kepikiran sama pakaian dalem gue!" Diora segera menyilangkan tangannya agar bisa menutupi dadanya. Diego tergelak.

"Maap, maap kate nih, gue juga gak demen sama ukuran lo."

"Sialan lo! Gue juga gak demen sama ukuran lo."

"Emang lo pernah liat?"

"Emang lo pernah liat juga?"

"Gak pernah. Lo mau nunjukkin?"

"Boleh. Sini mata lo gue colok pake garpu dulu," ketus Diora sembari menendang tulang kering Diego. Cowok itu meringis kesakitan. "Eh tapi lo gak sopan banget asal masuk ke kamar gue. Kamar cewek!"

Sembari meringis, Diego membalas, "Lo yang ngasih ijin gue buat masuk. Otak lo bener-bener gak beres gue rasa."

"Udahlah lupain. Keluar. Ngomong di balkon aja. Gue takut lo modus doang sama gue."

The Partner Next Door✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang