Bab 14

1K 242 80
                                    

Abdi tiba di rumahnya hampir tengah malam. Dia memilih lembur mengerjakan pekerjaannya, dari pada harus pulang ke rumah tepat waktu. Karena ia yakin kalau dia pulang dan mengerjakan pekerjaanya di rumah, konsentrasinya akan berkurang.

Melihat mobilnya, Abdi langsung menghubungi Dika karena ingin mengecek keadaannya. Selagi menunggu Dika, Abdi masuk ke dalam rumah dan merebahkan dirinya di sofa.

"Bang.." panggil Dika.

Abdi keluar menghampiri.

"Malem banget pulangnya, Bang." ujar Dika seraya menyerahkan kunci mobilnya.

"Kerjaan numpuk Dik." timpalnya sambil berjalan menuju mobil.

Saat Abdi membuka pintu mobilnya, kemudian menyeruak aroma buah jeruk dari dalam sana, dan itu sukses membuat Abdi melangkah mundur sambil membuang muka.

"Kok mobil gue bau jeruk, Dik?!" tanya Abdi sedikit membentak.

"Kan itu Dika udah ganti pengharum mobilnya, gimana sih?"

"Gimana apanya? Kenapa lo main ganti segala? Emangnya gue nyuruh?!"

"Iya, Siti temen Abang itu yang minta Dika ganti. Katanya Abang yang nyuruh."

"Aish! Si Dean anjing!" umpatnya kesal.

Lantas Abdi melirik ke arah Dika yang menatapnya dengan aneh.

"Apa? Gue nggak suka bau jeruk!" bentak Abdi, kemudian ia membuka semua pintu mobilnya supaya aroma jeruk dari dalam mobilnya segera hilang. Lalu ia mengambil pewangi jeruk yang menempel di dashboard itu dan mengembalikannya kepada Dika.

"Nih, pasang aja di mobilnya Abah lo."

"Jadi, Siti ngerjain Abang?" tanyanya dengan polos.

"Ah anjing nggak bener, sialan si Dean!" Abdi mengusap wajahnya frustrasi. Kemudian dengan menahan napasnya, Abdi menyalakan mobilnya dan setelah dirasa mobilnya baik-baik saja ia segera mematikan mesin dan keluar dari mobil dengan membanting pintunya.

Dika mengernyitkan dahinya, karena ia tidak mengerti kenapa Abdi harus sampai sekesal itu padahal perkaranya hanya pengharum mobil? Tapi yang membuat Dika semakin tidak mengerti, kenapa Abdi mengumpati seorang Dean? Bukannya harusnya Siti? Atau kepanjangan nama Siti itu, Siti Dean?

"Ya udah Dik, makasih yah."

Abdi hendak berjalan masuk ke dalam rumah, tapi Dika menahannya.

"Eh terus ini pengharumnya gimana? Dika beli pakai uang loh ini."

Abdi menghela napas, kemudian ia merogoh saku celananya mengambil uang bekas kembalian naik taksi tadi.

"Eh, bercanda deh Bang. Gratis kok!" tolak Dika sambil terkekeh. Dan Abdi mulai curiga.

Kemudian Dika melangkah mendekat padanya, lalu ia menunjukkan layar ponselnya kepada Abdi.

"Bang, ini foto profilnya Siti.." tunjuk Dika ke arah foto profil milik Dean. "Yang rambutnya item, siapa?"

Abdi menghela napas, sambil menatapnya kesal.

"Kenapa nggak lo tanyain ke si Siti?"

"Nggak berani lah, nanti disangka genit."

"Emang lo genit!" ujar Abdi sambil memukul pelan kepala Dika.

Abdi tidak menjawab pertanyaan Dika, dan hendak kembali masuk ke dalam rumah. Tapi Dika menarik tangannya, dan menatapnya dengan nanar.

"Siapa ini?" tanyanya memelas.

Abdi mengambil ponsel Dika, lalu ia memperbesar foto profil Dean sambil menunjukkannnya ke arah Dika.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang