Bab 31

1K 242 77
                                        

Laila seketika membuka matanya ketika alarm berbunyi begitu nyaring sehingga mengejutkannya. Laila lalu mencari-cari keberadaan ponsel itu di atas tempat tidur, sampai menemukannya tertindih oleh Alexa. Laila lantas mematikannya, sedangkan sang pemilik ponsel dengan alarm yang begitu nyaring nampak begitu lelap tak terganggu sama sekali.

Sudah jam 5 pagi dan Laila harus segera bersiap untuk pergi bekerja. Dia kemudian turun dari tempat tidur dan mengambil tas yang berisi perlengkapan mandi beserta pakaian gantinya. Namun saat ia berdiri tepat di hadapan tasnya, ia menghela napas berat karena mengingat semua ini adalah ulah Uminya.

Laila memang menyayangkan sikap Uminya, tapi Laia mengerti bagaimana perasaan Uminya mengenai hubungannya dengan Abdi.

Ya Abdi, sahabatnya yang semalam telah membuat perasaannya kembali goyah. Memikirkannya saja membuat Laila lagi-lagi harus menghela napas.

"Fokus Le!" Laila mengucap mantra, kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan mengganti bajunya, Laila keluar dari kamar mandi dan mendapati Alexa yang sudah berpindah posisi tidur. Jika tadi selimutnya berada di kakinya, sekarang selimut itu menutupi seluruh tubuhnya.

"Lex, bangun!" panggil Laila.

Namun itu nampaknya sia-sia, karena Alexa sama sekali tidak meresponnya.

Laila mulai memakai rangkaian perawatan kulit wajahnya dan make up, dia begitu telaten mengaplikasikannya satu persatu. Ini adalah kegiatan favoritnya selain dari membaca buku dan juga menyetrika. Butuh waktu sekitar satu jam, hingga akhirnya Laila menyemprotkan spray di wajahnya sebagai tahap akhir.

Setelah dirasa selesai tanpa cacat pada riasannya, Laila kemudian berjalan keluar kamar untuk melakukan ritual yang sempat terlewat, yaitu meminum air putih hangat sebanyak dua gelas.

Saat ia keluar dari kamar, Laila melirik ke arah ruang tengah untuk memastikan keberadaan Abdi disana, namun ternyata ruang tengah nampak kosong, baik Abdi ataupun Dean tidak ada disana. Pikir Laila, mungkin mereka berdua tidur di dalam mobil.

Laila berjalan menuju dapur, dan ia begitu terkejut melihat Dean sedang duduk di meja makan dan tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Udah cantik aja, Le." ujar Dean.

"Iya dong."

Laila meraih gelas di rak piring dan mengisinya dengan air hangat. Lalu, saat Laila sedang meminum gelas keduanya tiba-tiba saja Abdi keluar dari kamar belakang sambil berbicara di telefon. Namun yang mencuri perhatian Laila adalah kain sarung yang sedang dipakainya.

"Sumpah, beneran nggak apa-apa. Buktinya ini ditanya masih bisa jawab." ujar Abdi sambil melirik Laila yang sedang menatapnya.

Abdi kemudian menarik kursi meja makan dan duduk disana.

"Mamah ngambil penerbangan sekarang aja, nggak tenang jadinya kalau kaya gini."

"Nggak usah Mah, pokoknya tenang aja. Nanti Abdi bakalan ke acara Mamah dengan keadaan sehat walaafiyat. Lagian disini ada Laila, Alexa sama Dean yang nemenin Abdi."

Mengetahui Abdi sedang berbicara dengan Mamahnya membuat perasaan Laila menjadi lega.

Laila hendak meninggalkan dapur, tapi Abdi langsung membentangkan tangannya untuk mencegah ia pergi. Tentu saja, Laila meliriknya kesal. Namun Abdi malah tersenyum sambil berkata pelan dan menjauhkan ponsel dari wajahnya.

"Tolong buatin teh manis.."

Seolah sudah tersetting dengan baik di tubuhnya, perintah Abdi yang sebenarnya ingin ia tolak tak sejalan dengan respon tubuhnya yang kembali berbalik dan mengambil gelas di rak piring. Yang akhirnya Laila membuatkannya teh manis sesuai perintah.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang