Asap mulai mengebul mengisi ruangan namun Laila tidak bergerak sedikitpun dari kursinya. Laila duduk termenung, memikirkan apa yang seharusnya tidak ia pikirkan. Karena itu adalah hal yang sia-sia, tapi rupanya sulit ia cegah.
"Apa yang sedang Abdi lakukan sekarang?"
Kata-kata itu terus berputar di kepalanya, padahal Laila jelas tau apa yang sedang Abdi lakukan, sekarang!
"Asap apaan nih?"
Dika berjalan dari ruang tengah menuju dapur. Dia begitu terkejut, saat mendapati asap mengepul dari atas wajan. Dika melirik ke arah Laila yang masih duduk, dia bahkan tidak menyadari kehadiran Dika disana.
"Ini gosong!" Dika sedikit berteriak, sambil mematikan kompor.
Barulah Laila tersadar, dia langsung panik saat mendapati dapur yang di kepung asap. Laila mencoba mendekati kompor, namun Dika menghalanginya dan membawa wajannya ke bak cuci piring lalu menyalakan airnya.
Asap perlahan mulai hilang, dan Laila sangat menyesali perbuatannya. Dia hampir saja membakar rumah karena pikirannya yang kemana-mana.
"Kalau aku nggak datang, mungkin bisa aja kebakaran." ujar Dika. Dia berjalan ke arah belakang, dan membuka pintu belakang rumah agar ruangan tidak pengap oleh asap.
"Aku kaget, Dik."
Laila menyugar rambutnya, dia benar-benar lemas bahkan untuk berdiri pun kakinya masih gemetar.
"Kamu kenapa ngelamun?" Dika lalu memberinya minum.
"Nggak tau."
Dika menelisik kesekeliling dan dia baru menyadari ketidakhadiran Abdi disana.
"Bang Abdi lagi mandi?"
Laila menggelengkan kepalanya.
"Dia lagi pergi, ada urusan." Laila lantas berdiri kemudian ia mengecek wajannya, dan meringis melihat tumisannya sudah kering bahkan gosong tak terselamatkan.
"Kerjaan?"
"Iya. Kamu kesini mau lanjut ngerjain skripsi?"
"Iya, tapi kalau si Abang nya pergi gimana lanjut ngerjainnya?"
"Mau aku bantuin?"
Dika tersenyum, tentu saja Dika mau. Dia tidak akan menolak.
"Boleh."
"Yaudah, aku beresin dulu dapur nanti lanjut bantuin kamu."
"Aku bantuin."
Laila melirik ke arah Dika, lalu ia tersenyum. "Makasih ya, Dik."
"Makasih buat apa? Nggak perlu, cuma bantuin beresin dapur doang. Yang harusnya bilang makasih itu aku, soalnya kamu udah mau bantuin ngerjain skripsi aku yang posisinya prioritas. Ini sih kecil." ujar Dika selagi sibuk memindahkan wadah kotor ke bak cuci piring.
"Makasih udah datang, kalau kamu nggak ada mungkin rumah ini udah kebakar."
Dika langsung berhenti, dia berbalik menatap Laila yang terlihat masih ada ketakutan dalam dirinya.
"Nggak apa-apa, emang gini tugasnya malaikat kalau lagi nyamar jadi manusia di bumi."
Laila langsung tertawa mendengarnya.
"Tapi kamu masak gini pasti mau makan kan? Kalau udah kaya gini gimana dong? Pasti lapar."
"Lumayan, tapi kulkasnya Abdi masih penuh sama makanan."
Dika melangkah ke dekat kulkas lalu membukanya, dan memang isinya masih terisi penuh.
"Itu cuma cemilan sama buah-buahan, mana kenyang." keluh Dika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laila, Nikah yu! (Revisi)
RomanceMarwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...