"Lele! Lo kenapa nangis?"
Alexa berjalan mendekat lalu menyingkirkan Abdi yang menghalanginya.
Masih dengan isakan tertahan, Laila menunjuk ke arah Abdi. Spontan, Alexa pun langsung memukul lengan Abdi, tanpa menghiraukan luka yang terdapat di lengannya.
"Lo keterlaluan ya, kenapa sih hobi banget bikin anak orang nangis?"
Abdi menghela napas sambil berjalan pergi meninggalkan mereka, tanpa memberikan penjelasan.
Laila memeluk Alexa, dan kembali menangis lagi. Entah kenapa kedatangan Alexa membuatnya merasa lega, setidaknya ada orang yang bisa menenangkannya disaat seperti ini.
Tentu saja itu berbanding terbalik dengan apa yang Abdi rasakan sekarang. Dia kesal, marah, dan frustasi. Kenapa Alexa harus datang sekarang? Kenapa Tuhan? Rasanya ia ingin berteriak untuk melampiaskan perasaannya.
Dean kemudian berjalan masuk sambil membawa dua buah tas di tangannya. Mereka berdua berpapasan, Abdi berjalan keluar rumah namun seolah kehadiran Dean tak dilihatnya.
Dean merasa aneh dengan tingkahnya, lalu ia berjalan masuk menemui Alexa yang masih menenangkan Laila. Melihat Laila menangis, Dean semakin bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan mereka?
"Lo liat kan? Masalah mereka bukan hal remeh temeh kaya perkara bubur diaduk atau enggak?!" bentak Alexa kesal.
"Ash!" Dean menjatuhkan tasnya, kemudian ia berjalan keluar menemui Abdi.
Saat Dean mencari Abdi keluar, ia tak menemukannya dan untuk pertama kalinya Dean dibuat panik olehnya. Dean mencarinya ke jalan, dan dia tidak menemukan sosoknya. Masalahnya, Abdi sedang dalam keadaan yang tidak baik.
Dean berjalan menyusuri jalanan, sambil mengedarkan pandangannya.
"Sialan! Si setan pergi kemana?" Dean mulai tak karuan. Ini bukan wilayahnya, dan Dean tidak bisa berbuat banyak.
Suara tawa dari sekumpulan orang di pos ronda menarik perhatian Dean. Dia sedikit risih untuk mendekat, namun apa boleh buat dia harus melakukannya.
"Permisi.."
Semua orang terkejut dengan kedatangan Dean. Tentu saja, dia datang tiba-tiba dengan sosoknya yang berwajah bule?
"Lo ngapain?"
Dean melirik ke arah suara, dan yang bertanya adalah sosok yang sedang ia cari. Dean menghela napas, lantas ia menatapnya dingin seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Pulang!" hanya itu yang Dean katakan, lalu setelah itu ia berjalan pergi dari sana.
Abdi berjalan di belakang Dean, dia tidak berusaha menyusulnya dan ingin tetap berjalan di belakang. Namun tingkahnya itu malah membuat Dean kesal.
"Lo mau gue pukul?" Dean menoleh ke belakang, dan Abdi mendesah pasrah.
Abdi berjalan menyusul Dean, dan mereka berdua akhirnya berjalan bersama.
"Bisa-bisanya lo pergi kesana, padahal si Laila lagi nangis di rumah."
"Gue pergi kesana karena gue nggak tau harus kemana."
"Laila lo bikin ngamuk-ngamuk, gue nggak akan ikut campur. Tapi liat Laila sampai nangis sebegitunya, jujur! Gue pengen mukul lo, tapi gue nggak bisa."
Dean melirik perban di kepala Abdi.
"Lo selalu sensitif, D."
"Gue nggak becanda Abdi, lo gue maklumi karena lo lagi sakit!"
Abdi menghela napas berat. Lalu ia melirik Dean sambil tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laila, Nikah yu! (Revisi)
RomanceMarwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...