Bab 16

1K 228 38
                                        

Waktu sudah menunjukan jam setengah 6 sore dan Abdi masih duduk di meja kerjanya dengan setumpuk pekerjaan. Sebenarnya Abdi sudah sangat ingin beranjak dari sana, akan tetapi seseorang yang sedang ia tunggu tak kunjung menghubunginya.

Abdi melirik benda pipih yang tergeletak diantara tumpukan berkas dengan tak sabar, dan sekelebat ia merasa menyesal karena tadi pagi harusnya ia saja yang menyimpan nomor Gia.

"Apa dia lupa sama janjinya?" gumam Abdi.

Jika memang Gia lupa, Abdi akan pulang saja. Percuma juga menunggu Gia, karena akan sia-sia saja. Dan setelah menghela napas berat, keputusannya pun sudah bulat. Ia akan pulang!

Drrrt!

Ponselnya bergetar dan mata Abdi langsung membulat saat ada panggilan masuk dari Laila, bukan Gia.

"Iya, Le?"

"Masih di kantor nggak? Umi minta tupperwarenya dibawa pulang."

"Iya gue masih di kantor, kesini aja."

Setelah panggilan terputus, Abdi segera membereskan mejanya lalu mengemasi beberapa berkas yang harus ia bawa pulang, dan tentu saja dengan kotak makannya.

Abdi keluar dari kantor. Lalu ia berjalan dari parkiran ke depan gedung, menunggu Laila di sana. Tak perlu menunggu lama, akhirnya Laila datang dan Abdi berjalan menghampiri mobilnya, lalu menyerahkan kotak makan itu padanya.

"Tumben lo jam segini baru balik dari kantor?" tanya Abdi seraya menaruh kotak makan di atas jok mobil.

"Dapet proyek baru, lumayan lah bikin pusing."

"Oh, capek?"

"Menurut you?"

Abdi terkekeh. "Lapar nggak?"

"Banget, yuk makan!"

Abdi tersenyum. Dia sungguh beruntung memiliki sahabat yang satu frekuensi, karena tanpa diminta Laila sudah begitu peka mengajak Abdi untuk makan bersama.

"Mau makan di mana?"

"Gue lagi mau makan nasi uduk yang di Pajajaran."

"Oke, nanti.." ucapan Abdi terpotong karena ponselnya bergetar. Saat Abdi mengeceknya, rupanya itu panggilan dari Gia. Dengan senyum yang begitu lebar, Abdi langsung menjawab panggilannya.

"Aku kira kamu lupa sama janji kita."

"Nggak kok, ini baru ngabarin soalnya kerjaan baru beres. Kerjaan kamu gimana?"

"Aku ini lagi di parkiran, nungguin kabar dari kamu." Abdi melirik sekilas kepada Laila yang sedang menatapnya.

"Ya udah, kamu kesini jemput aku."

"Oke, tapi nanti aku bawa temen yah?"

"Temen? Kan aku janjinya cuma traktir kamu doang."

"Gini, tadi aku pikir kamu lupa sama janji kita. Jadi, aku ajakin temen buat makan bareng. Eh, ternyata kamu nggak lupa, tapi aku udah terlanjur ajak temenku makan. Gimana dong?"

"Kamu nggak bisa batalin makan sama temen kamu itu? Jujur aja, aku risih sama orang asing, sama kamu aja aku agak risih sebenernya."

Abdi terkekeh. "Pilihan yang berat."

"Jadi gimana?" Kini nada suara Gia agak meninggi, dia sedikit kesal dan itu wajar karena Abdi dengan seenaknya mengajak orang lain yang tidak ia kenal di tengah janji mereka.

"Oke, aku nggak bakalan bawa temen. Kamu tungguin, 20 menitan lagi aku sampai di sana."

Abdi memutus panggilan mereka, lalu ia kembali kepada Laila yang sedari tadi memperhatikannya.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang