Bab 18

1K 218 73
                                        

Tepat jam 11 siang sesuai dengan janjinya, Abdi telah tiba di rumah Laila. Mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kaus dalam berwarna putih, sepatu jenis borgue berwarna hitam, dan Rolex favoritnya, Abdi mencoba menunjukkan sisi kasual semi formal untuk pergi ke acara pernikahan temannya.

Abdi masuk ke dalam rumah tak lupa mengucap salam, namun tidak ada yang menjawabnya. Abdi sedikit kebingungan karena keadaan rumah begitu sepi, sampai di mana ia berjalan ke arah kamar Laila kemudian Aisha tiba-tiba saja datang dari belakang dan mengejutkannya.

"Kakak mau ngapain?"

"Mau masuk."

"Jangan!" Aisha langsung menarik tangan Abdi agar menjauh dari kamar Laila.

"Kenapa?"

"Kak Laila lagi haid, ini hari pertamanya." terangnya dengan nada sedikit didramatisir.

Mendengar itu Abdi langsung bergidik seraya menutup mulutnya.

"Tapi kok dandanan Kakak rapi banget, mau ke mana?"

Abdi melirik jam di tangannya, sambil mendesah. "Mau ke nikahan temen. Tapi kalau Laila lagi haid, mending Kakak pergi sendiri aja deh."

Perempuan pasti paham bagaimana rasanya haid di hari pertama. Dan laki-laki pasti paham, bagaimana rasanya berurusan dengan perempuan ketika sedang haid, apalagi di hari pertamanya.

"Iya, mending pergi sendiri aja."

Namun saat Abdi hendak melangkah pergi, pintu kamar Laila terbuka. Abdi menoleh dan mendapati Laila masih dengan piyama tidurnya dan rambut berantakan, ia keluar kamar dengan raut wajah suntuknya.

"Kak, ini Kak Abdi jemput."

Laila melirik ke arah Abdi.

"Kok lo udah dateng aja sih?" Laila berjalan perlahan sambil memegang perutnya yang terasa mulas.

"Kan janjinya jam 11."

"Emang ini udah jam 11?"

"11 lewat 7 menit."

Laila mencebik, dan berlalu pergi ke arah dapur.

"Gue bisa pergi sendirian kok." ujar Abdi seraya berjalan mengekori Laila.

"Kenapa? Lo udah telat? Ini kan ke acara kawinan bukan mau upacara bendera. Apa lo males nungguin gue dandan?" timpal Laila sedikit sewot.

"Enggak, bukan gitu.."

"Ya udah, tungguin aja. 15 menit juga selesai." tambahnya ketus. Lalu Laila yang tadinya ingin mengambil minum menjadi urung dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap.

Abdi hanya bisa menghela napas sambil mengusap dada. Namun ia harus menyiapkan diri, karena yang barusan baru permulaannya saja.

Menunggu Laila bersiap pasti memakan waktu yang lama, minimal 1 jam paling cepat. 15 menit yang Laila ucapkan hanya omong kosong belaka. Dan untuk mengisi waktunya, Abdi lebih memilih bermain game di ponselnya.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Aisha yang sedari tadi memperhatikannya.

"Nggak lama, sebelum Ashar juga udah di rumah. Kenapa?"

"Pokoknya hari ini Kak Abdi jangan sampai ketemu Umi dulu. Jadi inget, sebelum Ashar beneran harus udah pulang!"

"Emang Umi ke mana?"

Aisha mendesah. "Umi lagi main ke Lembang sama ibu-ibu komplek."

"Terus kenapa Kakak nggak boleh ketemu Umi?"

Aisha mencebik. "Umi sama Kak Laila kemarin cekcok, Kak Laila marah sama Umi, dan penyebabnya itu Kak Abdi."

"Kok Kakak?" tanya Abdi heran.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang