Bab 22

1K 232 121
                                        

Laila sudah sampai di kediamannya, tentu saja diantar Dika yang sejak awal begitu semangat mengantarnya. Namun, semangat Dika langsung hilang saat mengetahui kebisuan Laila seperjalanan mereka pulang. Laila hanya bicara saat Dika bertanya kemana arah rumahnya.

"Dik, makasih ya."

"Iya, sama-sama."

Dika melirik rumah Laila yang gerbangnya sedang terbuka.

"Mau mampir?" Pikir Laila Dika ingin mampir karena matanya melirik ke arah rumahnya.

"Ah, kayanya aku langsung pulang aja."

Dika tahu kalau Laila hanya basa-basi saja. Sebenarnya, Dika mengerti kalau Laila ingin sendirian menenangkan perasaannya.

Dika juga mengetahui dengan jelas apa yang sudah terjadi di rumah Abdi. Semalam, ia mendengar isak tangis Laila setelah selesai berbicara dengan Abdi di telefon. Dan tadi, dia melihat bagaimana Raquel memaki Gia karena salah paham, Dika juga mendengar perdebatan Raquel dengan Abdi tentang Laila.

Dalam benaknya kini hanya ada satu kalimat yang sangat ingin ia lontarkan kepada Abdi. "Anjing! Kok Bisa? Lo pakai jimat apaan?"

"Kakak kok pulang pakai ojek?" seloroh Aisha yang berjalan dari dalam rumah.

Ojek? Apa karena Dika mengantar Laila memakai motor matic? Dika benar-benar keki setengah mati mendengar ucapan Aisha barusan.

"Hush! Dia temen Kakak!" tegur Laila.

Dan Aisha yang sedang berjalan mendekat langsung terhenti sembari melirik lagi ke arah Dika yang sedang memandangnya.

"Oh, maaf." Aisha tersenyum canggung, kemudian ia balik badan dan kembali berjalan masuk ke dalam rumah. Aisha malu.

Laila merasa tak enak kepada Dika, dia pun meminta maaf kepada Dika atas sikap tak sopan adiknya itu.

"Maaf, Adik aku emang gitu. Ceplas-ceplos."

"Iya nggak apa-apa, santai aja." Batin Dika, dia bisa maklum karena Aisha sama cantiknya dengan Laila.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati ya."

Dika kemudian langsung pamit, dan pergi meninggalkan rumah Laila.

Selepas Dika pergi, Laila kemudian masuk ke dalam rumah. Dia sudah menaruh curiga kalau adiknya sudah tidak sabar untuk mengintrogasinya dan bertanya macam-macam tentang Dika. Dan benar saja, baru saja Laila melangkah masuk ke dalam rumah, Aisha sudah berjalan menghampirinya.

"Itu siapa? Kok bisa pulang bareng? Kak Abdi mana?"

"Bawel.."

"Semalam Kakak tidur di tempat dia? Bukan di tempat Kak Abdi?"

Laila tidak menjawabnya dan Aisha terus mengekorinya sampai mereka kini berada tepat di depan kamar Laila.

"Kak, Umi bisa ngamuk kalau tau Kakak tidur di tempat cowok lain dan bukan di tempatnya Kak Abdi!"

"Emang kenapa?! Dia sama Abdi apa bedanya?! Sama-sama orang lain kan?!" Laila menjawab sambil membentaknya, dan Aisha cukup terkejut dibuatnya.

"Kakak tuh capek, mau istirahat! Nggak usah banyak tanya!"

Laila langsung masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintunya kencang. Aisha yang diperlakukan seperti itu, merasa tak terima. Dia merasa kesal dengan tingkah Kakaknya dan berniat untuk melawannya. Namun saat ia hendak membuka pintu kamarnya, Umi yang pada saat itu entah datang dari mana, langsung menahannya.

"Umi!" protes Aisha kesal.

"Kakak kamu lagi pusing, maklumin aja."

"Nggak bisa! Jangan mentang-mentang dia anak pertama terus bisa seenaknya!"

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang