Abdi berdiri bersandar di mobilnya, ia sedang memperhatikan Laila yang sedang mengobrol dengan Ervan di parkiran. Dari kejauhan saja, Abdi sudah bisa merasakan bagaimana kupu-kupu yang sedang berterbangan di perut Laila. Laila memang paling tidak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan. Senyum bahagianya tercetak begitu lebar di wajahnya.
"Aku masih boleh main ke Bandung kan?"
"Kenapa harus nanya? Ya boleh lah."
"Maksud aku, ke Bandung nemuin kamu. Boleh?"
Laila tersenyum malu-malu, dan Ervan juga menatapnya dengan malu-malu. Cuma Abdi yang memperhatikan mereka dengan begitu terang-terangan tak tahu malu.
"Boleh."
Abdi langsung membuang muka sambil berpura-pura ingin muntah. Tapi suaranya begitu keras, sehingga membuat Laila dan Ervan menoleh ke arahnya.
"Lo kenapa belum balik?" tanya Laila.
"Gue di whatsapp Umi, suruh nganterin kalian pulang. Ini udah malam." jawab Abdi ketus.
Laila mencebik, lalu ia kembali kepada Ervan yang begitu terganggu dengan sikap Abdi. Ya, sudah bukan rahasia lagi, siapapun yang dekat dengan Laila, pasti akan terganggu dengan kehadiran Abdi, juga satu lagi, Dean salah satu sahabatnya.
"Ya udah gih pulang, udah malam. Abdi juga kayanya udah kesal."
Laila merasa tak enak kepada Ervan, dia rasa Ervan masih ingin mengobrol dengannya, begitu pula dengan dirinya. Tapi, tatapan sinis Abdi begitu mengganggu mereka.
"Ya udah, aku pulang dulu yah."
Ervan mengangguk, lalu Laila melangkah dengan berat hati menuju mobilnya.
"Laila!"
Laila langsung menoleh dengan senyum yang begitu merekah. Rupanya Ervan sedang berjalan mendekat dan jantung Laila berdebar begitu cepat.
"Laila, aku mungkin sedikit lancang. Tapi, apa aku boleh deketin kamu lagi?"
Laila begitu terkejut mendengarnya.
"Maksud aku, apa kamu mau ngasih aku kesempatan buat deketin kamu? Kita, kita bisa kan kaya dulu lagi?"
Laila tersenyum. Dia berusaha mati-matian menahan dirinya untuk terlihat kalem. Oke, tapi jantungnya sebentar lagi akan meledak.
"Gimana?"
Laila mengangguk.
Ervan tersenyum begitu senang, dia bahkan tak bisa menahan diri dengan terus menggigit bibirnya. Mungkin dia sedikit salah tingkah sekarang. Dia bahkan tidak tahu, apa dia harus memeluk Laila atau tidak karena saking bahagianya.
"Aku pulang ya." Laila melangkah mundur.
"Sekitar 2 minggu lagi aku ke sini."
Laila mengangguk.
"Dan semoga.."
"Lele! Buruan masuk mobil! Gue digigitin nyamuk ini!" sergah Abdi kesal.
Dasar si perusak suasana!
"Ya lo ngapain berdiri di sana? Bukannya masuk mobil, bodoh!" teriak Laila.
Nah kan, padahal Laila sudah bersusah payah menahan dirinya agar tetap bersikap anggun di hadapan Ervan, tapi Abdi terus saja menguji pertahanannya.
"Ya udah, bye Van.." ujar Laila dengan tersenyum kikuk.
Laila langsung berbalik dan masuk ke dalam mobil, lalu saat ia masuk ke dalam mobil ia disambut tertawaan dari Aisha. Sepertinya Aisha memang adik kandung Abdi bukan adik kandungnya, dia sama sekali tidak berada di pihaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laila, Nikah yu! (Revisi)
RomansMarwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...