Bab 30

1.3K 246 82
                                        

Laila berjalan di belakang Abdi mengikutinya masuk ke dalam kamar, sedangkan Alexa menemani Dean merokok di halaman belakang setelah perdebatan diantara kedua laki-laki tersebut.

"Kenapa D marah kaya tadi?"

"Sensitif. D selalu kaya gitu kan?"

Abdi duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap Laila.

"Iya, tapi bukan tanpa alasan." Laila melipat kedua tangannya di dada sambil memicingkan matanya, ia merasa penasaran.

"Ya alasannya karena gue udah bikin lo nangis. Nah sekarang gue mau nanya balik." Abdi kini ikut-ikutan Laila dengan melipat kedua tangannya di dada sambil memicingkan matanya juga. "Kenapa lo nangis sampai sebegitunya? Kan gue bilang MISAL! Bukan beneran mau pergi."

Laila langsung membuang muka dan merasa gelagapan untuk menjawab.

"Saking sayangnya sama gue ya, sampai nggak mau ditinggal pergi?"

Jantung Laila langsung berdebar. Dan tentu saja, Abdi merasakan hal yang sama saat mengatakannya. Hanya raut wajahnya saja yang ia tunjukan berbeda, seolah itu hanya pertanyaan untuk menggoda Laila.

"Iya!" jawab Laila dengan tegas.

Jangan ditanya kemana jantung Abdi melompat, ia sudah tidak peduli karena begitu kegirangan.

"Sebagai sahabat yang udah sama-sama lebih dari 10 tahun, lo pikir gue bakalan biasa aja saat lo pergi?!" Laila mencebik.

Abdi langsung tersenyum getir, jantungnya perlahan melebur.

"Lo minum obat dulu, biar otak lo agak warasan dikit!"

Laila berjalan ke arah nakas, lalu ia membuka tas milik Abdi dan mengeluarkan obat dari sana. Kemudian ia berjalan melewati Abdi keluar dari kamar menuju dapur untuk membawakan air untuknya.

Saat Laila berjalan ke dapur, ia melirik ke arah halaman belakang dimana Alexa dan Dean nampak sedang mengobrol. Entah apa yang mereka obrolkan, tetapi Dean terlihat jauh lebih tenang sekarang.

Laila kembali ke dalam kamar dengan air hangat yang ia bawa, lalu ia menyerahkannya kepada Abdi. Abdi menatap airnya di dalam gelas sambil menghela napas. Yang ada dalam pikiran Abdi sekarang adalah, sudah waktunya ia bergerak.

Laila kembali dan memberikan obatnya.

"Lo nggak boleh kelewat minum obatnya, soalnya ini kayanya di jatah buat satu minggu." terang Laila.

"Tau dari mana?"

"Ya gue itung lah.."

Abdi tidak protes dan segera meminum obatnya. Setelah selesai ia mengembalikan gelas kepada Laila dan Laila menaruhnya di atas nakas.

"Yaudah, gue balik dulu."

"Kok balik?"

"Ya balik lah, besok gue kerja. Lagian ada D disini."

Laila berjalan keluar kamar dan Abdi mengikutinya.

"Jangan balik Le! Gue nggak tenang kalau ditinggal berdua sama D."

Abdi mulai merengek namun Laila tak menghiraukannya.

"Lex! Ayo balik!" panggilnya.

Alexa segera mematikan rokoknya kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.

"Balik kemana? Kan nginep." timpalnya.

"Lo nginep disini? Yaudah, kalau gitu gue balik yah."

"Lah bukan gue doang, tapi lo juga Le."

Laila mengerutkan dahinya, namun itu tak menghentikannya untuk segera bergegas memakai blazernya.

"Gue nggak bisa nginep, besok harus kerja." Laila mengambil tasnya di atas meja, namun matanya melirik tas lain yang di taruh di dekat sofa. Tas yang tidak asing baginya.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang