Marwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...
Matahari baru saja menampakan dirinya saat Laila tiba di depan rumah Abdi. Jika bukan karena paksaan dari sahabatnya itu, mungkin sekarang Laila masih tertidur nyenyak di kamarnya.
Laila turun dari mobilnya, dan pada saat itu pula matanya bertemu dengan tatapan Dika yang terlihat intens memperhatikannya di depan rumahnya. Laila merasa aneh diperhatikan sebegitunya, sehingga Laila buru-buru membuang muka dan masuk ke rumah Abdi.
Laila membuka kunci pintu rumah Abdi, dengan kunci duplikat yang sengaja Abdi berikan kepadanya. Abdi melakukan itu atas dasar kekhawatirannya jika terjadi sesuatu padanya. Entah itu sakit, atau ada hal buruk yang menimpa padanya, Abdi yang hanya tinggal seorang diri, jadi Laila adalah satu-satunya orang yang dia percayai.
Saat Laila masuk ke dalam rumah, lampu-lampu masih menyala. Laila curiga kalau sahabatnya itu masih tertidur di dalam kamarnya. Dan jika itu benar, Laila tidak akan segan-segan menyeretnya untuk segera mandi.
"Abdi!"
Laila berjalan ke arah kamarnya, dan saat ia melirik tumpukan berkas yang berserakan di meja ruang tengah, Laila berhenti dan menghela napas.
"Abdi!"
Laila kembali berjalan menuju kamarnya dan kemudian ia membuka pintu kamarnya begitu saja.
"Abdi!"
Abdi dibuat melonjak terkejut dan ia langsung menutup bagian atas tubuhnya yang telanjang saat Laila membuka pintu kamarnya tiba-tiba.
"Kaget gue, bego!" bentak Abdi.
Laila terpaku menatap Abdi. Dia benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang dilihat ini.
Melihat Laila yang diam membatu di ambang pintu, membuat Abdi menghela napas dan berjalan dengan santai menghampirinya.
"Lo nggak liat, kalau gue mau pakai baju?"
Abdi menutup wajah Laila, lalu mendorongnya keluar dari kamar, dan setelah itu ia menutup kembali pintunya.
Laila masih berdiri di depan pintu. Dia menghela napas panjang, lalu ia mencoba mengerjapkan matanya agar ia segera kembali pada kewarasannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sejak kapan manusia itu perutnya jadi kotak-kotak?" gumamnya sambil berjalan meninggalkan kamar Abdi.
Laila meletakkan tas miliknya di sofa, lalu ia meraih lembaran berkas di meja dan membacanya sekilas kemudian ia meletakkannya lagi. Setelah itu ia berjalan ke dapur dengan niatan membuat sarapan untuk mereka berdua, karena Laila belum sempat sarapan di rumahnya.
Namun saat ia memeriksa isi kulkas, Laila tidak menemukan sesuatu yang bisa ia masak. Tidak ada telur atau sosis, atau bahan masakan lainnya. Yang ada hanyalah dua jenis buah, apel dan juga pisang. Untungnya, masih ada persediaan susu di sana.
Laila mengeluarkan 3 buah apel, dan 2 buah pisang juga susu dari sana. Dia mencuci apelnya lalu mengupas kulitnya dan memotongnya beberapa bagian. Kemudian setelah itu, ia menuangkan susu ke dalam gelas, masing-masing untuknya dan juga Abdi. Sarapan ini tidak akan membuatnya kenyang, tapi setidaknya bisa mengganjal perutnya yang kosong.