"Le, kita ke sana dulu yuk!" tunjuk Abdi ke arah mall di seberang jalan saat mereka sedang berada di parkiran.
"Mau ngapain? Ada yang mau dibeli?"
"Nonton?" tawar Abdi.
Laila menghela napas, sambil menimbang-nimbang apakah ia harus mengikuti keinginan sahabatnya ini atau tidak.
"Nonton apa?"
"Joker.."
Laila berdecak. Dia bukan orang yang terlalu suka menonton film, ia bahkan tidak mengetahui trend film yang sedang hangat diperbincangkan oleh orang-orang.
Abdi menatapnya dengan mata yang penuh pengharapan, menunggu Laila memberi jawaban. Dan kalau sudah begitu, apa boleh buat.
"Ya udah." jawab Laila pasrah.
Mereka keluar dari parkiran, menuju mall di seberang jalan. Namun karena harus putar balik, mereka akhirnya harus merasakan lamanya menunggu lampu merah dan melawan kemacetan.
"Harusnya tadi kita taro aja motornya di sana, terus jalan kesini." keluh Abdi.
"Kalau otak lo encernya tadi, kita nggak perlu macet-macetan hampir 15 menit di sini."
Abdi menoleh ke belakang, lalu tersenyum lebar meminta maaf. "sorry."
Laila tidak menimpali, tapi dia malah meletakan dagunya di bahu Abdi dengan mata yang sedikit mengantuk.
Kutunggu kau kutunggu, kunanti kan kunanti meski sampai akhir khayat ini..
Pengamen jalanan berjalan melewati mereka dengan suara nyanyian yang begitu nyaring, lengkap dengan gitar dan tabla yang mengiringinya.
Ku ingin tau siapa namamu..
"Laila!" sahut Abdi dengan semangat.
Laila langsung tertawa sambil menepuk pelan punggungnya.
"Pengamen di sini lebih niat kalau ngamen. Suaranya bagus, main gitarnya juga nggak ngasal. Bahkan gue pernah ketemu yang sampai diiringin biola, di setopan Dago."
"Tiga bulan di sini, lo udah kaya pengamat lingkungan."
Abdi terkekeh, kemudian ia melajukan motornya saat kemacetan mulai terurai. Dan akhirnya sampailah mereka di mall tersebut, lalu Abdi melaju ke arah basement.
Setelah memarkirkan motornya, mereka berjalan menaiki eskalator menuju tempat tujuan mereka, yaitu bioskop. Namun setelah masuk ke dalam gedung bioskop, Laila dan Abdi menghela napas saat melihat antrian yang mengular panjang.
"Gue udah nggak sanggup lagi berdiri lama-lama." keluh Laila.
Abdi melirik jam tangannya, lalu ia menoleh melihat jadwal waktu nonton yang tertera di layar.
"Kita nonton yang jam setengah 5 aja?"
"Terserah."
Sementara Abdi menawarkan diri untuk mengantri, Laila memilih berjalan mengelilingi lorong bioskop untuk mencari kursi kosong agar ia bisa duduk. Tapi, sampai ia berjalan satu putaran, tidak ada lahan kosong untuknya. Akhirnya ia duduk di karpet saja, mengikuti orang lain yang sama sepertinya tidak mendapatkan kursi untuk duduk.
Namun belum lama ia duduk, Abdi berjalan ke arah lorong dan Laila melambaikan tangan padanya sambil memanggilnya. Abdi menoleh padanya, lalu menghampiri sambil tersenyum.
"Gue udah dapet tiketnya."
"Loh, kok bisa?"
Abdi ikut duduk di sebelah Laila kemudian menunjukan tiketnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laila, Nikah yu! (Revisi)
RomanceMarwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...