Bab 6

1.1K 214 32
                                    

Abdi melintasi sekumpulan bapak-bapak yang sedang berkumpul di pos kamling komplek, di mana ia tinggal sekarang. Kawasannya cukup elite, namun suasana kekeluargaannya masih begitu kental.

Abdi lalu membuka kaca jendelanya dan menyapa mereka. "Assalamualaikum bapak-bapak!"

"Waalaikumsalam. Baru pulang Di?"

"Iya. Turnamen gaplenya dilanjut lagi, Pak?"

"Iya. Kalau kamu nggak capek, hayu atuh gabung lagi."

"Oke, siap pak! Nanti saya balik lagi kesini."

Meski baru tiga bulan tinggal di sana, Abdi sudah cukup akrab dan bisa berbaur dengan warga setempat. Pembawaan Abdi yang supel dan sedikit tebar pesona inilah yang membuatnya langsung disukai oleh warga sana, terutama oleh para orang tuanya.

Abdi memarkir mobilnya di garasi rumah yang ia kontrak. Rumahnya tidak terlalu besar, namun cukuplah untuk orang yang tinggal sendirian.

Abdi keluar dari mobil dengan membawa tiga tingkat toples kue yang diberikan oleh Umi kepadanya, lalu dengan susah payah ia membuka kunci pintu rumah dan masuk ke dalam.

Suasana harum khas lelaki bujang yang sangat mencandu rokok itu langsung menyeruak. Untung, selama 3 bulan setelah kepindahannya ini, sang Ibu belum pernah datang berkunjung. Karena, akan sangat memusingkan bagi Abdi kalau Ibunya datang dan mengomelinya tentang kebiasaan buruknya itu.

Abdi meletakan tiga toples kue di atas meja, kemudian ia berjalan masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya dengan setelan rumah. Kaos dan celana olahraga panjang, lalu tak lupa ia memakai jaket, karena ia akan pergi mengikuti turnamen gaple bersama bapak-bapak komplek.

Plip

Abdi yang hendak keluar dari kamarnya, menoleh ke atas nakas di mana ia meletakkan ponselnya. Ada pesan masuk di sana.

"Udah di rumah?"

Abdi menghela napas, lalu ia langsung membalas pesan tersebut.

"Udah."

Setelah itu, tanpa menunggu balasan lagi, Abdi langsung mematikan ponselnya dan kembali meletakkannya di atas nakas. Abdi kemudian keluar dari kamarnya, dan berjalan keluar rumah. Namun ia tak lupa membawa satu toples kue yang akan ia makan bersama bapak-bapak komplek di pos kamling di tengah turnamen gaple nanti.

Saat Abdi berjalan menuju pos kamling, suara ribut-ribut di tengah turnamen sudah terdengar jelas. Itu membuat Abdi begitu bersemangat dan berlari menuju sana. Namun, karena ia begitu bersemangat, ia tidak terlalu mengamati kontruksi jalan yang sedikit becek dan licin, sehingga ia sedikit tergelincir dan hampir terjatuh di depan rumah orang lain. Untungnya, ia berpegangan pada pagar rumah dengan satu tangan dan tangan satunya lagi mendekap erat toples kue yang hampir terlepas dari tangannya itu.

"Hati-hati."

Abdi cukup terkejut dengan suara pelan perempuan di balik pagar. Ia mengintip di sela-sela pagar, dan mendapati perempuan yang sedang menggantungkan helm di stang motor memunggunginya, lalu ia berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Abdi menghela napas, lalu ia memperbaiki posisi berdirinya.

"Anjrit, malu gue."

Abdi kemudian melirik kakinya yang kotor terkena becekan tanah dan mengumpat lagi.

"Sialan, ini tai bukan sih?"

Akhirnya dengan kesal, dia berjalan dengan sedikit pincang ke arah pos kamling.

"Kenapa Di?" tanya Pak Ahmad, ketua RT.

"Nginjek becekan depan rumah yang lampunya gelap itu." tunjuk Abdi ke arah rumah.

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang