Bab 17

1K 233 103
                                    

Laila berjalan ke dalam kamarnya dengan langkah awas saat melewati ruang tengah, di mana Umi dan Aisha sedang menonton televisi. Hal itu harus ia lakukan demi menghindari rasa penasaran mereka. Terutama Umi nya. Dan saat Laila dengan berhasil masuk ke dalam kamarnya, ia tersenyum lebar dengan perasaan lega.

Laila membuka mulutnya begitu lebar saat membuka kotak sepatunya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Abdi akan memberinya sepatu dengan cuma-cuma. Ya! seperti itu pikirnya. Karena alasan Abdi yang berkata bahwa sepatu itu dibeli sebagai permintaan maaf, tidak masuk akal bagi Laila.

Laila lalu mencoba sepatunya dan ternyata sangat pas di kedua kakinya. Lantas ia mencoba berjalan untuk memastikan kenyamanannya, dan ia merasa puas dengan sepatunya.

"Kualitas sepatu mahal tidak pernah mengecewakan." gumamnya.

"Kak Abdi emang pria idaman." ujar Aisha yang mengintip di balik pintu.

Laila benar-benar terkejut dibuatnya, sampai dia hampir saja terjatuh ke lantai kalau tidak menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Ketuk pintu dulu kali." Laila yang cukup kesal langsung melepas sepatunya.

Aisha masuk ke dalam kamar dengan senyum menggoda kepada kakaknya itu. Kemudian Aisha berbaring di atas tempat tidur sambil memperhatikan Laila yang sedang menaruh kembali sepatunya ke dalam kotak.

"Dalam rangka apa Kak Abdi kasih sepatu? Kan ulang tahun Kakak masih nanti."

"Sedekah." ujarnya enteng. Kemudian Laila ikut berbaring di atas tempat tidur dan memainkan ponselnya. Atau lebih tepatnya membalas pesan dari Ervan.

"Kak, jujur dong sama Aisha. Kakak suka kan sama Kak Abdi?"

Laila tidak menanggapinya dan fokus berbalas pesan dengan Ervan.

"Kalau emang suka, kenapa nggak jadian aja sih?"

Laila melirik Aisha, dan ia mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu yang heboh sih, De?"

"Ya aku gemes aja sama kalian, Umi apalagi."

Laila hanya bisa mendesah menanggapinya.

"Lagian yang dibilang Umi ada benernya. Walaupun Kak Abdi pacaran sama cewek lain, nikahnya bakalan sama Kakak."

Kini Laila mulai kesal, ia berbaring menghadap Aisha dengan tatapan serius.

"Kalian nggak usah sok tau! Hubungan Kakak sama Abdi nggak akan lebih dari sekedar sahabat! Lagian, Kakak sama Abdi yang jalanin hubungan ini, kenapa malah kalian yang heboh jodoh-jodohin sih? Tau nggak? Kakak tuh risih!"

"Aku nggak sok tau! Aku jelas tau kalau Kakak nyimpen kotak misterius di dalem lemari!"

Laila langsung tersentak, dia terdiam sejenak lalu matanya membulat seolah siap menyerang Aisha.

"A-aku cuma liat kotaknya aja, aku nggak liat isinya kok, sumpah!" Aisha berangsur mundur perlahan sambil tersenyum kikuk.

"Nggak liat?!" bentak Laila.

Aisha menelan ludah kasar lalu turun dari tempat tidur menghadap sang Kakak yang siap-siap murka.

"Dikit.." Aisha berjalan mundur.

"Dikit?!" Suara Laila mulai memekik.

"Oke! Aku tau apa yang Kakak simpen di sana, soalnya aku penasaran jadi aku buka kotaknya!"

"Yak!"

Aisha langsung bergegas keluar dari kamar karena takut diamuk oleh Laila.

💙

Laila, Nikah yu! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang