Suara mobil terdengar menderu semakin jauh dari tempat kami berdiri. Aku dan tanteku melambaikan tangan pada mobil keluargaku yang segera menghilang dari pandangan setelah mereka berbelok di tikungan.
"Ayo masuk, Fin. Kamu istirahat dulu aja di kamarmu. Kalau sudah nggak capek nanti sore tante antar kamu keliling kota sambil cari keperluanmu yang kurang," kata Tante Angelica
Sebenarnya rumah Tante Angelica ini sudah lama menjadi tempat kos cewek. Kebetulan sekali, yaaah, kebetulan sekali aku diterima kuliah di kota yang sama dengan rumah tanteku ini. Orang tuaku memaksa sekali untuk aku tinggal di sini, katanya sekalian biar ada yang mengawasi. Mereka terlalu protektif terhadapku. Tapi tebakanku mungkin untuk menghemat pengeluaran mereka, karena bisa numpang nitip anaknya di rumah saudaranya tanpa bayar uang kos, menghemat pengeluaran bulanan, cukup dibawain oleh-oleh pie apel tiap tahun. Ah tapi nggak juga, buktinya tadi di samping oleh-oleh, orangtuaku juga menyelipkan selembar amplop yang diberikannya ke Tante Angelica. Entah hanya berapa persen yang seharusnya.
Awalnya Tante Angelica sangsi untuk menyetujui ide aku tinggal di rumah kos cewek ini, tapi atas desakan, bujukan, dan tipu muslihat permainan kata manis orang tuaku, entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak sempat menguping pembicaraan orang tuaku saat mereka menelepon tante melancarkan jurus pamungkas bujuk rayunya, dan juga kata Tante Angelica yang sudah membicarakannya dengan para penghuni kos cewek yang lainnya, Tante mengiyakan. Entah apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Udah, kamu tinggal aja di sana, bakal jadi penjaga cewek-cewek cakep, siapa tau ada yang nyantol sama kamu, seloroh mereka. Orangtuaku bisa dibilang termasuk orang nyentrik, apalagi ibuku, kadang sesuka udelnya. Dengan begitu aku menjadi penghuni cowok di rumah ini selain Om Agus yang jarang sekali berada di rumah, maklum dia kerja di pulau lain dan bisa dibilang pulang setahun sekali saat hari raya.
Tante Angelica bilang ada satu kamar yang kosong yang tidak ditempati dari dulu. Aku disuruh menempati kamar itu, bersebelahan dengan kamar cewek-cewek penghuni lainnya. Kamar penghuni kos semuanya di lantai dua, jumlahnya ada enam berjajar. Lorongnya ruang terbuka jadi bisa duduk-duduk di depan kamar di kursi-kursi empuk sambil memandang langit lepas. Di lantai pertama ada kamar utama tante, garasi, ruang tamu dan ada satu lagi kamar pembantu di belakang. Sebagian besar lantai bawah adalah ruang makan dan dapur.
Kamarku berada di lantai dua di deretan paling awal dekat kamar mandi dan tangga menuju ke lantai bawah. Di dalam kamar mandi ada bilik shower dan wc yang disekat terpisah. Mungkin untuk mengakomodir banyak orang sekaligus. Jumlah sekatnya ada tiga ruang yang penyekatnya tidak sampai menempel penuh dari lantai hingga langit-langit. Pintu pertama isinya shower, pintu kedua isinya wc, yang ketiga bathub. Ada bangku panjang di depan pintu yang sebagian besar dibuat meletakkan peralatan mandi.
Setelah tur singkat, aku menggotong sisa barang-barangku yang masih menumpuk di ruang tamu ke kamarku. Ukurannya standar kamar kos dengan kasur empuk, meja dan kursi belajar, serta lemari, terlihat sudah dibersihkan setelah lama kosong sebelum aku datang. Setelah mandi, aku menata sebagian barangku dari koper. Setelah itu aku diantar tante mencari perabot khas anak kos baru. Kota yang lumayan ramai. Setelah menata semuanya aku duduk di atas kasurku dengan sprei barunya.
Dan aku mengucapkan pada diri sendiri selamat menjalani hidup baru di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
Fiksi Umum(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...