Akeyla 7

11.3K 688 172
                                    

•••

"Ini jawabannya yang mana?" tanya Vian sedari tadi membolak-balik buku bewarna merah milik Rafa.

"Ini! Mata Lo buta apa gimana?" kesal Gibran yang tengah bermain game, namun sejak tadi mulut Vian tidak berhenti berbicara. Membuat ia ingin sekali, membuang Vian kedalam jurang saat ini juga.

Vian Nugraha, dengan julukan 'Idaman SMANCA' itu julukan yang ia buat sendiri sebenarnya. Dia itu pintar, tapi ia sangat malas jika harus mengerjakan sendiri, lebih baik menyalin daripada harus repot-repot berpikir.

"Santai aja dong!"

"Neng Soraaaa! Baru dateng nih?" tanya Vian, saat siswi dengan tas bewarna pink itu masuk kedalam kelas sambil mendekap satu buku cerita ditangannya.

Sudah jadi kebiasaan bagi Vian setiap pagi menyapa teman-teman, sifatnya itulah yang membuat banyak siswi semakin suka padanya.

"Mending Lo kerjain aja tu, tugas!" kata Sora yang memperhatikan jika Vian sedang menyalin catatan milik seseorang, buku siapa lagi jika bukan punya Rafa atau Gibran.

"Iya neng, ini Abang kerjain kok," Vian menampilkan deretan gigi, membuat Sora langsung mengalihkan pandang.

Sedangkan dimeja samping, laki-laki yang masih memakai Hoodie itu terus fokus pada layar ponsel. Dari raut muka yang serius, sudah dipastikan ia tengah bermain game. Namanya Gibran Alfareza.

"Aelah! Kenapa ni orang afk sih, goblok!" umpat Gibran, menghempas pelan bedan pipih itu keatas meja.

"Masih pagi, jangan toxic." Kata Rafa yang sedang menulis, matanya tetap fokus pada tulisannya.

"Nih dengerin kata orang pinter," celetuk Vian.

Rafa menoleh kebelakang, dimana kedua temanya duduk. "Lo kata gue dukun?" tanya Rafa.

"Orang pinter harus dukun?" bukannya menjawab, laki-laki itu malah balik bertanya.

"── Udah-udah, buruan kerjain. Keburu bel," kata Gibran, kedua tangannya terangkat melepas Hoodie hitam itu dari badannya.

Davian Rafa Adhitama, siapa yang tidak mengenalnya?? Tampan, pintar dan Kaya. Banyak yang menyukai dirinya, apalagi dia termasuk orang yang ramah tapi sedikit pendiam. Menyandang sebagai keturunan Adhitama yang notabenenya adalah keluarga terpandang, dan merupakan salah satu donatur besar di SMA Kencana ini.

Tiga murid laki-laki itu sudah berteman saat duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.

"Minggu mau jam berapa?" tanya Rafa yang berada dibangku depan.

"Pagi aja lah," jawab Gibran yang tengah menscrool beranda Instagram.

"Jangan pagi lah, gue kan mau ke Gereja dulu, Lo gimana si Gib?" kata Vian, jari jemarinya masih sibuk menulis tapi matanya sesekali melirik Gibran.

Gibran menghentikan sejenak kegiatannya, "eh? Gue lupa," jawabnya begitu polos, dia benar-benar lupa kali ini bahwa Vian setiap Minggu akan rutin ke Gereja.

"Lupa? Lima tahun Lo temenan sama gue, dan Lo bilang lupa? Parah banget si," ucap Vian mendramatisir, memasang wajah sedih. Sesekali jemarinya, mengusap bawah mata, yang bahkan air saja tidak turun disana.

"Ya gimana yaa, namanya manusia An. Tidak luput dari kata Lupa,"

"Iyain aje!"

Persahabatan mereka erat, jarang bertengkar. Walaupun berbeda-beda keyakinan, mereka saling menghargai satu sama lain.

••••

"Key Lo cantik banget si," puji seorang laki-laki yang berada diantara teman-temannya, dengan topi abu-abu yang ia mainkan di jari telunjuk.

Akeyla [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang