•••"SPADAAA!! PUNTEN!!" Arya masuk ke dalam ruangan, dimana Rama dirawat. Suara nyaring yang Arya dengungkan membuat para teman-temannya melotot, termasuk Angkasa yang sudah siap, jika harus membuang Arya ke lubang buaya.
"Ini rumah sakit! Bukan hutan," ucap Angkasa, membuat sang empu tersenyum lebar sembari mengacungkan kedua jari tangannya.
"Di hutan aja gak boleh teriak-teriak," timpal Dimas, yang kini sudah duduk di sofa dekat ranjang dimana Rama terbaring.
Rama mulai membuka mata, mungkin efek dari teriakan Arya. Ini malam kedua Rama dirawat, kondisinya sudah sedikit lebih baik dari malam kemarin.
"Nahh!! Fadhilah Pramadan, akhirnya bangun juga," Arya sontak menghampiri Rama, membawa kantong plastik hitam berisikan makanan.
"Dia bangun, karena Lo ganggu!" ketus Angkasa, matanya menatap tajam Arya.
Arya memutar bola matanya malas. Membuka kantong itu, dan mengeluarkan bubur yang tadi sempat mereka beli sebelum kesini.
"Thanks guys!" kata Rama, "Keyla mana?" sambungnya, sambil membenarkan posisi badannya agar lebih nyaman dibantu Dimas.
Fierza mendaratkan bokongnya di sofa panjang, "dia tadi bilang, udah dijalan." Jawabnya.
"Imanuel?" Rama menatap teman-temannya secara bergantian, ia penasaran bagaimana keadaan ketua R-tiger itu, karena belum sempat ia melihat semuanya, kesadaran sudah menghilang dan ketika ia membuka mata, ia sudah berada didalam ruangan bernuasa putih dengan bau obat yang menyengat.
Arya mengambil sesendok bubur, lalu menyuapi Rama. "Dia koma," hanya dua kata itu yang Arya lontarkan, dan seketika suasana disana langsung terasa sunyi.
Suara decitan pintu membuat mereka dengan bersamaan menoleh, wanita dengan rambut full kepang serta balutan perban ditangan kanan itu masuk dengan senyuman manis, hal yang jarang sekali mereka lihat.
"Gimana keadaan Lo?"
Rama tersenyum, "gue udah baikan Key, makasih Lo udah nyela──"
"── Abisin dulu tu makan," potong Keyla.
"Tangan Lo, gimana?" tanya Fierza saat Keyla duduk diantara dia dan juga Angkasa yang kini sedang menyesap rokoknya.
"Aman!"
Angkasa berdiri, Keyla menoleh. "Mau kemana, Lo?"
"Mau kebawah, kenapa Key?" tanya Angkasa, mulutnya menghembuskan asap keudara sambil menatap Keyla.
"Dim, ikut Angkasa kebawah!" Dimas mengangkat dagu, dengan sorot mata yang bertanya.
"Ngapain?"
"Ambil semua helm Lo pada, dibawah! Gak pake lama," titah Keyla, entah apa yang gadis itu pikirkan sekarang, intinya ia tersenyum kecil.
Dimas langsung menuruti perkataan Keyla, mereka berdua langsung keluar dari kamar dan kembali ke parkiran untuk mengambil helm.
Sekitar sepuluh menit, pintu kembali terbuka menampakkan tiga orang dengan tangan yang penuh dengan helm, terlihat wajah Angkasa yang sedikit tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akeyla [TAHAP REVISI]
Fiksi Remaja[SEBAGIAN BAB YANG BELUM AKU REVISI, AKU UNPUBLIS DULU UNTUK SEMENTARA] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Ini tentang Callysta Akeyla Anindita dibalik wajah cantiknya, menutup rapat banyak rahasia. Dimulai dari saat ia pindah ke sekolah SMA Kencana, ia m...