•••
Langit malam ini tidak menampilkan para bintang, bulan juga tertutup awan hitam, angin berhembus secara pelan membawa hawa dingin. Seorang perempuan berada di balkon, menikmati angin malam. Netra coklat itu terus memandang langit, namun suara percikan air mulai turun, membuat atensinya teralih.
Beberapa detik kemudian, bulir-bulir air mulai deras turun secara bersamaan. Hujan di malam Rabu, bibirnya secara perlahan tertarik mengukir senyum kecil.
"Jika ada yang lebih indah dari hujan, itu kamu Callysta Akeyla."
Masih terdengar jelas di telinganya saat Rafa berbicara dengan tulus padanya, hatinya luluh?
Akeyla sedang asik dengan lamunannya, namun tiba-tiba ponselnya berdering, saat ia melihat sekilas nama si penelpon dan langsung mengangkatnya.
"Keyla di balkon, Ma," ucap Keyla, padahal seseorang diseberang sana belum juga bertanya.
"Mama kenapa nelpon?" tanyanya lagi, seseorang di sambungan itu tertawa kecil, membuat Keyla mengerutkan kening, lalu melihat kembali nama si penelpon.
"Ngapain hujan-hujan di balkon? Gak dingin?" tanya seorang laki-laki yang menelpon Keyla, itu Rafa.
Keyla langsung memandang layar ponsel, dan benar saja itu Rafa, bukan Griselda.
"Maaf gue kira Mama, pengen aja," jawab Keyla, berbicara seolah-olah tidak ada kesalahan tadi.
"Tunggu sebentar," kata Rafa. "Kena──" belum sempat Keyla melanjutkan ucapannya, Rafa sudah lebih dulu memutus sambungan telpon itu, Keyla mengerinyit heran dan penuh tanya.
Ia kembali menatap langit serta air yang turun, sekitar sepuluh menit atensi teralih pada seseorang yang berdiri di depan gerbang rumahnya sambil melambaikan tangan, mata gadis itu menyipit memperhatikan seseorang dengan jas hujan bewarna hijau yang kini duduk di atas motor.
Ponselnya kembali berbunyi, ia langsung mengangkatnya.
"Gue di depan," kata Rafa dan langsung mematikannya.
Keyla cepat-cepat turun kebawah, mengambil payung sebelum keluar dari rumah, karena hujan yang turun sangat deras. Dengan perlahan Keyla membuka gerbang, Rafa tersenyum kecil ke arahnya.
"Ngapain?" tanya Keyla, menatap Rafa penuh tanya. Pasalnya laki-laki nekat kesini disaat hujan sedang deras-derasnya.
Rafa turun, menghampiri Keyla. Masih diam tidak menjawab pertanyaan Keyla, ia semakin mendekat kearah gadis dengan payung hitam di tangannya, kini ia berada di bawah payung yang sama, jarak di antara keduanya sangat dekat, jantung Keyla berdetak lebih kencang.
"Ini hujan kedua setelah gue ungkapin perasaan yang sempet gue pendam, hujan itu indah apalagi kalo ada Lo di sana. Sampai kapanpun, hujan akan selalu ngingetin tentang kita." Ucap Rafa tepat di depan Keyla, gadis itu berusaha menetralkan rada gugup yang tiba-tiba melanda.
"Mau main hujan-hujanan sama gue? Gue mau hujan jadi kenangan tersendiri buat suatu saat nanti," tawar Rafa, melangkah mundur lalu melepas jas hujan menyisahkan kaos hitam polos yang kini mulai basah terkena air.
Keyla perlahan melepas payungnya, air hujan perlahan membasahinya. Rafa dengan sengaja mencubit hidung Keyla, membuat gadis itu menatapnya tajam.
"Kejar gue!" pekik Rafa yang kini berlari kearah jalanan komplek yang sepi akan kendara, Keyla mengejarnya. Membuat keduanya saling berlari di tengah-tengah jalan, serta derasnya hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akeyla [TAHAP REVISI]
Genç Kurgu[SEBAGIAN BAB YANG BELUM AKU REVISI, AKU UNPUBLIS DULU UNTUK SEMENTARA] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Ini tentang Callysta Akeyla Anindita dibalik wajah cantiknya, menutup rapat banyak rahasia. Dimulai dari saat ia pindah ke sekolah SMA Kencana, ia m...