•••
Flashback
Keyla mengambil benda hitam kecil yang berada di dekat vas di samping keran air di toilet, lalu mengantonginya.
Ia berjalan keluar setelah mendapatkan benda yang ia cari, telponnya berdering membuat ia berhenti di atas tangga.
"Let's start this game!" batin seseorang yang melihat Keyla berdiri di ujung tangga, dan siap di jatuhkan kapan saja.
Baru hendak menempelkan ponsel itu ke telinga kiri, seseorang tiba-tiba mendorong bahu Keyla kuat membuat ia terjatuh dari tangga yang lumayan tinggi. Setelah itu ia langsung berlari pergi dari sana, takut ada yang melihat dirinya.
"AAAA!!" pekik Keyla, membuat dua orang yang berada di lorong bawah langsung beradu tatap
"Ada yang jatoh?" tanya laki-laki dengan satu kancing baju atas terbuka, menampilkan kalung hitam yang ia pakai.
"Kayaknya iya, coba kita cek." Perempuan dengan bando merah itu, menarik tangan Davit ke arah tangga dekat dengan ruangan kelas sepuluh.
Sedikit terkejut saat tau siapa yang jatuh, tapi sedetik kemudian keduanya saling beradu tatap dengan senyum yang saling di lemparkan.
"Kasihan banget sih," ucap Aurora seraya tertawa mendekat ke arah Keyla yang memegangi ujung pelipis yang berdarah, itu sangat pedih, dan tangannya juga terasa sakit, seperti nya terkilir.
"Belum juga di jatuhin, udah jatuh sendiri aja," tukas Davit, ia tertawa mengejek ke arah orang yang sungguh ia benci.
"Kayaknya, main-main sedikit gakpapa deh Kak," sambung Davit, kini berjongkok di depan Keyla Yeng bersimpuh menahan sakit.
"Kita bawa ke gudang belakang aja," usul Aurora
"Ayo,"
Davit menarik Keyla kasar, dibantu dengan Aurora. Dengan tidak berperikemanusiaan, gadis itu berdarah serta lengan yang terkilir, tapi di seret paksa oleh kedua kakak beradik yang terlihat sangat membenci dirinya.
Keyla hanya diam, bukan saatnya untuk melawan. Ia akan mengikuti apa yang akan Davit dan Aurora perbuat padanya.
Davit membuka pintu itu , mendorong Keyla hingga terbentur ke tembok putih yang sudah mulai menguning. Lagi-lagi rasa sakitnya bertambah dengan cepat, namun ia berusaha menahan.
"Gue cari tali dulu," ucap Davit, meninggalkan ruangan itu.
Tiba-tiba ponsel Aurora juga berdering, ia keluar untuk mengangkatnya. Keyla melihat kesempatan ini, dengan tertatih berjalan ke sudut ruangan, baru saja hendak duduk pintu kembali terbuka, menampakkan Davit dan Aurora.
"Ngapain Lo? Sini!" Davit menarik kursi, dan Aurora menarik tangan Keyla, mendorongnya lagi, hingga terduduk di kursi kayu. Davit mengikatnya, serta dengan secara sengaja menjambak rambut Keyla yang terurai, hingga sudut bibir gadis itu mengeluarkan darah.
"Rasain Lo! Ini belum seberapa ya bangsat!" umpat Aurora, mencengkram pipi Keyla dengan kuat hingga meninggalkan bekas kuku di sana.
Keyla mati-matian menahan rasa sakit itu, setelah puas Davit dan Aurora pergi meninggalkan Keyla yang sudah tidak sadarkan diri. Mengunci pintu itu, dan melemparkannya asal hingga hilang dari pandangan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akeyla [TAHAP REVISI]
Novela Juvenil[SEBAGIAN BAB YANG BELUM AKU REVISI, AKU UNPUBLIS DULU UNTUK SEMENTARA] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Ini tentang Callysta Akeyla Anindita dibalik wajah cantiknya, menutup rapat banyak rahasia. Dimulai dari saat ia pindah ke sekolah SMA Kencana, ia m...