Tersenyum Lemah

7.9K 285 9
                                    

(Namakamu) Atmaja. Wanita berumur 25 tahun ini tengah menyiapkan sarapan untuk Suaminya. Apa yang ia lakukan ini, Selalu ia lakukan dengan baik, walaupun terkadang sikap yang ditunjukkan oleh Suaminya itu sama sekali tidak patut ia dapatkan, terlihat dari sikap baik yang ia berikan. Layaknya seorang Istri yang melayani Suaminya dengan baik. Intinya,Timbal balik Antara ia dan Suaminya itu sama sekali tidak ada selama hampir kurang lebih 3 tahun membangun bahtera rumah tangga.

Ketika ia sedang fokus untuk membersihkan piring menggunakan tissue terdengar langkah sepatu yang berasal dari seorang pria gagah dengan jas rapihnya, (Namakamu) tersenyum seraya meletakkan piring yang sudah bersih itu

"Mas, Kamu mau sarapan sama apa?" Tanyanya disaat Pria yang menjadi Suaminya itu udah berada didekatnya

Bukannya menjawab pria itu malah mengambil segelas Susu putih hangat, Ia meneguknya hingga menyisakan setengahnya. Selepas itu ia memutarkan tubuhnya agar menghadap kearah (Namakamu). Dengan wajah tanpa ekspresi apapun ia meminta pada Wanita itu agar merapihkan dasi berwarna cokelat tua

"Kamu gak sarapan---"

"Gausah banyak omong," Potong pria itu tanpa berniat untuk menatap (Namakamu) yang ada dihadapannya. (Namakamu) menghela nafas lalu ia tersenyum tipis. Ia memulai untuk mengangkat kedua tangannya, Merapihkan Dasi sang suami. Setelah selesai ia melangkahkan kakinya satu langkah, Ia mengulurkan tangan kanannya bermaksud untuk menyalami sang suami, Namun apa yang respon pria itu? Pria itu terdiam sejenak dengan tatapan datar, kedua tangannya terangkat untuk merapihkan Jas kebanggaannya lalu pergi begitu saja tanpa membalas uluran tangan (Namakamu)

Dirasa sang suami tidak membalas uluran tangannya, (Namakamu) segera menarik tangannya kembali. Kedua matanya menangkap nanar sang suami yang telah pergi. "Kapan kamu bersikap baik sama aku Mas?" Lirihnya, Tanpa ia sadari airmatanya menetes

"Berkali-kali aku mencoba untuk mengambil atensi kamu, Tapi kamu gak pernah sedikitpun untuk peka. Salah aku apa Mas shhh?"

(Namakamu) memejamkan kedua matanya, Dengan rasa sedih yang meronta dalam jiwanya. Ia kembali mengedarkan pandangannya kearah meja makan yang terdapat Nasi goreng dan Roti tak lupa selainya. Suaminya itu sama sekali tidak menyentuh hasil masakannya, Padahal ia berharap 'Mas' nya itu memakannya, Malah segelas Susu yang diminum, Apa sebaiknya setiap pagi ia harus menyiapkan segelas susu saja agar perut suaminya itu tidak kosong? Daripada ia capek-capek harus bangun pagi demi untuk menyiapkan sarapan? Suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan perhatian kecil yang ia berikan, contohnya Makanan sarapan ini.

..
..
..
..
..
..
..

"Permisi mbak,"

Siangnya (namakamu) berniat untuk membawakan makan siang untuk Masnya itu. Dan tepat pukul 11 siang, Ia sudah sampai di Kantor sang suami. Ia sengaja tidak memberitahu terlebih dahulu perihal ia akan datang ke Kantor pada Masnya itu. Alasannya simple, Agar ia tidak mengganggu konsentrasi suaminya itu hanya untuk mengangkat telfon darinya.

"Bu (Namakamu). Apa kabar bu?" Pertanyaan itu muncul dari sekretaris suaminya. Panggil saja Mawar. (Namakamu) tersenyum seraya menjawab pertanyaannya itu.

"Mas Iqbaal ada diruangannya gak mbak?"

Mawar mengangguk ramah. "Ada bu, Silahkan masuk aja." Setelah mendengar itu (Namakamu) segera masuk, Ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya ia membuka pintu yang terbuat dari kaca berlapis-lapis. Hal yang ia lihat pertama kali adalah, Suaminya itu tengah fokus berkutat dengan laptopnya. Huh, Sibuk sekali. Ia menutup pintunya dengan lembut lalu ia beranjak menghampiri pria itu, Namun baru beberapa langkah ia harus menghentikan langkahnya itu

"A-aku mau nganterin kamu makan siang Mas," jawabnya ketika ditanya maksud dan tujuan ia Harus berada di kantor ini, Sekiranya itulah yang ditanyakan Iqbaal Rubyans Direktur PT X-changeRubry

Pria itu bangkit dari duduknya sembari menutup laptopnya itu dengan sedikit kasar. Ia berjalan mendekat (Namakamu) dengan tatapan tajam. "Pergi,"

"Mas tapi---"

"AKU BILANG PERGI YA PERGI BODOH!" Sentak Iqbaal dengan tangan kiri yang menunjuk kearah pintu

Kedua mata (namakamu) sudah berkaca-kaca disini. Kedua kakinya bergetarpun dengan bibirnya, Ia mengeratkan pegangan tupperware yang bertingkat tiga itu. Kini mereka saling menatap satu sama lain, Iqbaal dengan raut wajah amarah, dan (namakamu) menangis sekaligus ketakutan

"Hikss..."

Mendengar rintihan tangisan itu tidak membuat iqbaal luluh, Malah ia mengambil paksa tupperware itu dan dengan arogannya ia menumpahkan segala isi tupperware itu darimulai Nasi dan juga laukpauknya membuat (namakamu) tercengang

"AKU GAK BUTUH SEMUA ITU! PERGI!!"

"M-maasss.. K-kenapa kamu kayak gini sama aku? Hikss, sshhh.."

Iqbaal mendecak kesal, Ia mendorong tubuh wanita itu agar segera keluar dari ruangannya. "Dasar wanita pengganggu!! Pergiiii!"

Iqbaal berhasil membawa (namakamu) keluar dari ruangannya. Pria itu mendorong tubuh (namakamu) hingga wanita itu terjatuh kelantai. Sontak karyawan yang berlalu lalang serta Mawar sekretaris yang memang meja kerjanya didekat ruang kerja iqbaal terkejut. Mereka tak habis fikir kenapa Atasannya itu tega mengusir istrinya sendiri disaat istrinya itu sudah menangis sesenggukannya. Semua yang melihat adegan tak terpuji ini hanya bisa membelalak, Terkejut, Dan sebagian dari karyawan wanita hanya bisa menutup mulut betapa kasarnya Atasannya itu. Setelah benar-benar keluar dari ruangannya, Sorot amarah iqbaal beralih pada Karyawannya.

"KENAPA KALIAN SEMUA DIAM?!" Ujarnya dengan nada tinggi sontak membuat semua karyawannya tersentak lalu mereka kembali beraktivitas seperti biasa.

BRAK!

Iqbaal menutup pintunya dengan keras, Mawar terdiam sejenak dengan detak jantung yang berdetak 3x lebih cepat. Lalu kedua matanya tersorot pada istri dari Atasannya itu yang tengah menangis dibawah lantai, dengan segera ia keluar dari bilik kerjanya,

"B-bu... Ibu gak kenapa-napa?" Ck, oh ayolah! Pertanyaan macam apa itu mawar? Astaga! Ia menggerutu dalam hatinya,

"Sshhh, hhh.." (Namakamu) merintih seraya menghapus airmatanya, Ia tersenyum lemah pada Mawar. "Saya baik-baik aja mbak,"











Bersambung...


Semoga kalian suka. Aku ingin euforianya seperti Tegar 1 dan 2.


𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang