Cincin berlian, Baju Hamil dan Perempuan Matre

1.3K 136 17
                                    

"Mas pokoknya nanti kamu harus beliin aku Cincin Berlian tadi, TITIK!"

"Iya sayang kamu tenang aja, Besok aku akan belikan Cincin yang kamu maksud itu, Okey?" Iqbaal mencubit gemas pipi kanan Bianca, "Udah jangan cemberut gitu," kekehnya

Bianca memutar posisi duduknya menjadi menghadap Iqbaal, "Bener ya?"

"Iya sayang iyaa. Tapi kamu jangan cemberut lagi?"

Bianca segera tersenyum dengan tiba-tiba ia mengecup pipi kiri iqbaal membuat pria itu menoleh dengan senyuman menggoda. "Jangan membuat aku kelepasan lagi sayang,"

Bianca menjulurkan lidahnya. "Who's care?"

Iqbaal menaikkan sebelah alisnya, "Udah mulai nakal ya kamu?"

Bianca tercengir. "Ohiya mas," ia memijat pergelangan tangan kiri iqbaal yang sedang menyetir. "Kapan kamu ceraikan istri kamu itu?"

Iqbaal sedikit tersentak. Ia mengerjabkan kedua matanya beberapa kali. Kenapa Bianca tibatiba menanyakan hal itu padanya? Memiliki niat ataupun memikirkan untuk cerai saja tidak. Jadi mana mungkin ia menceraikan (Namakamu) yang dalam keadaan sakit dan sekarang wanita itu tengah mengandung anaknya. Lagipun ada seseorang yang telah memegang janjinya ketika ia meminang (Namakamu), Yaitu Almarhum Zacky-- Ayahnya (Namakamu). Walaupun beliau sudah tidak ada didunia, Namun iqbaal percaya Jiwa dan rohnya masih tetap berada disekelilingnya.

Bianca mengeryit, Ia memiringkan kepalanya. Kenapa Iqbaal terlihat kebingungan? Apa jangan-jangan iqbaal tidak akan menceraikan (Namakamu)? Oh tidak! Itu tidak boleh terjadi.

"Mas? Kok diem?"

"Ah, nggak, nggak. Aku gak diem." Iqbaal tersenyum tipis.

"Terus gimana? Kamu bakalan ceraikan (Namakamu) kan?" Bianca kali ini beralih memijat pundak iqbaal dengan senyuman manisnya, "Aku gak sabar loh mas untuk jadi istri kamu, Istri satu-satunya."

Iqbaal terdiam sejenak dengan wajah penuh kebingungannya. Ia benar-benar bingung harus jawab apa. "Eugh-- sayang... Sepertinya kalau untuk perihal menceraikan (namakamu)," ia mengangkat tangan kirinya untuk mengaitkan anak rambut Bianca kebelakang Telinga. "Itu belum saatnya. Karena yaa yang seperti yang kamu tau, Dia sakit dan sekarang dia sedang mengandung Anakku. Apa kata oranglain jika aku harus meninggalkan dia dalam keadaan seperti itu? Mau disimpan dimana mukaku? Kamu gak mau 'kan lihat aku dicemooh sama oranglain?"

Huft.

Iqbaal berharap Bianca bisa paham apa yang tadi ia ucapkan. Karena jujur ia bingung harus menjawab apa, Tidak mungkin kan ia mengatakan yang sebenarnya? Bisa-bisa Bianca berfikir yang negatif tentang dirinya.

Bianca memasang wajah tak sukanya. Melihat itu iqbaal segera menepikan mobilnya, Ia menggenggam kedua tangan Bianca. "Sayang.. Aku mohon kamu mengerti kondisi aku, Coba kamu bayangin jika posisi kamu adalah (Namakamu). Apa kamu---"

"Kok kamu malah nyama-nyamain aku sama dia sih mas?" Ujar Bianca dengan sewot. Ia bahkan melepas genggaman iqbaal, "Jelas aku gak mau ada diposisi dia!"

Astaga, iqbaal salah bicara!

"B-bukan kayak gitu sayang, Maksud aku itu--"

"Udah deh mas, Kamu jangan banyak Alesan. Bilang aja kamu gaakan pernah cerain Istri penyakitan kamu itu kan?!" Tuduh Bianca dengan tatapan tajam

Iqbaal menghela nafasnya, Ia mengusap wajahnya gusar. Kenapa Bianca sebegitu menyebalkannya hari ini? Ck, apa sedang datang bulan? "Untuk pertanyaan itu, Aku belum bisa jawab. Tapi asal kamu tau, Aku akan tetap menikahi kamu."

Bianca mendengus, "Kamu fikir aku mau jadi istri kedua?"

"Dan kamu fikir, Apa kamu gak mau jadi istri Seorang pria sukses nan tampan seperti Iqbaal Rubyans?"

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang