Pagi menjelang siang Bianca sudah stay didepan rumah depan iqbaal. Ia sedang berada di dalam mobilnya. Sorotannya matanya tertuju pada satu rumah, yaitu rumah iqbaal. Ia sengaja tidak masuk kedalam rumah itu, karena tidak ada iqbaal, Jadi untuk apa ia berada disana? Sangat malas jika harus bertatap muka dengan wajah sok polos (Namakamu). Walaupun tubuhnya terdiam tapi otaknya terus bekerja, Karena ia sedang memikirkan rencana yang menurutnya sangat bagus dan tentu itu akan membuatnya semakin cepat untuk menjadi istri satu satunya iqbaal.
Mobilnya terparkir rapih tak jauh dari rumah iqbaal, Ia akan sedikit memantau pergerakan (Namakamu). Memantau? Hm. Itu adalah salah satu rencananya.
"Kayaknya aku harus manfaatin Dokter Fadi. Karena dengan begitu kesempatan aku untuk menjadi istri satu-satunya Mas iqbaal akan semakin besar." Bianca tersenyum miring.
"Sepertinya niat aku kali ini akan berhasil sesuai ekspetasi." Ia terkekeh sinis. Tak lama ia melihat (namakamu) keluar rumah, wanita itu berjalan keluar pekarangan rumah sembari membawa keranjang belanjaan. Hm, Sepertinya wanita itu hendak berbelanja. Bianca tersenyum miring, Baguslah dengan begitu ia akan segera melancarkan rencananya.
Setelah memastikan (Namakamu) telah jauh pergi, Bianca segera turun dari mobilnya. Ia berjalan agak cepat untuk masuk kedalam rumah itu, Dengan wajah yang cukup tegang ia segera berlari untuk naik tangga ia hendak pergi kekamar (Namakamu) yang dimana itu adalah kamarnya iqbaal juga.
Cit!
Bianca menutup pintu itu dengan pelan. Walaupun dirumah tidak ada siapa-siapa namun sebisa mungkin ia harus berjaga-jaga, Kemudian ia mengedarkan kedua matanya untuk mencari sesuatu.
"Mana ya handphonenya dia?" Gumamnya. Ia berjalan kesegala arah, membuat laci demi laci untuk menemukan barang yang dimaksud. Hingga pada Laci terakhir dekat Jendela, Barang yang dimaksudpun akhirnya ia dapatkan. Bianca segera mengutak atik ponsel itu, Lebih tepatnya mencari nomor kontaknya
"Aku yakin (namakamu) pasti simpan nomor telfonnya Dokter Fadi." Kedua jempolnya dengam cepat meng-scrolldown guna mencari nomor kontak Dokter Fadi.
Gotcha!
Tak butuh waktu lama Bianca segera mencopy nomor Dokter Fadi ke ponsel pribadinya. Setelah itu ia kembali menyimpan ponsel (Namakamu) dilaci semula. Bianca rasa nanti saja ia menghubungi Fadi, Disaat ia sudah berada didalam mobilnya agar lebih leluasa. Bianca segera bergegas pergi agar (Namakamu) tidak menemukan keberadaannya. Ketika ia hendak membuka pintu utama, Pintu itu justru lebih dulu terbuka, Otomatis Bianca terkejut bukan main, Ia segera bersembunyi dibalik gorden.
Clek!
"Huft! Ikan sama tahunya gak ada, (Namakamu) menatap keranjang belanjaannya, "Mudah-mudahan aja mas iqbaal gak marah,"
Sementara Bianca yang berada dibalik gorden menggerutu kesal. Pasalnya (Namakamu) berdiri tak jauh darinya, Membuat jantungnya berdegub duakali lebih kencang saja. "Pergi aja bisa gak sih?!"
"Ohiya, Apa aku delivery aja ya? Gak mungkin juga kan mas iqbaal cuman makan Ayam, Nugget sama Cumi aja? Hm, yaudah deh aku pesen aja." (Namakamu) segera melangkah pergi, Bersamaan dengan itupula Bianca segera pergi.
Bugh!
Bianca menutup pintu mobil dengan kasar. Ia menengadahkan kepalanya, Bersandar dijok mobil. "Untung aja aku gak ketauan! Lagian si (namakamu) pake sok-sok an mikirin makanan buat mas iqbaal lagi! Dikasih mie aja dia doyan kok!"
"Ohiya aku kan harus telfon dokter itu!" Bianca segera menyalakan ponselnya lalu ia kemudian menghubungi Fadi.
"Halo.. Dengan dokter Fadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) 𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐚𝐝𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 (𝐍𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐦𝐮) 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢 ...