Menutup Telinga

1.5K 172 11
                                    

100 readers
100 votes
10 komen

HAI IM BACK!






Malam harinya....

(Namakamu) sedang berada di Dapur, Dengan wajah tanpa ekspresi Ia mengiris Tempe yang akan ia goreng untuk Makan malamnya bersama iqbaal. Setelah selesai mengiris ia segera memasukkannya kedalam penggoreng yang sudah terisi minyak panas, butuh waktu beberapa menit hingga Tempe itu matang merata, Tempe yang ia goreng saat ini sengaja ia masak agak garing, Berhubung iqbaal menyukai itu dan iapun suka juga.

Sembari menunggu tempe itu matang, Ia melangkah menuju Rak Alat Makan untuk mengambil satu piring datar berwarna biru laut. Mulutnya bungkam, Hanya terdengar tempe yang tergoreng. Kedua matanya sedikit memerah, Ia harus bersusah payah menahan rasa nyeri yang ada pada dalam tubuhnyapun dengan hatinya. Setelah mengingat kejadian tadi siang membuatnya yang awalnya fit karena barusaja keluar RS kini harus lemah kembali, Pinggangnyapun seringkali menimbulkan rasa sakit lagi, Sebenarnya ini waktunya ia minum obat namun dikarenakan ia belum memakan sesuap nasi jadi alhasil ia harus makan dulu.

"Saya Bianca."

"Saya pacarnya Mas iqbaal,"

Prank!

Piring yang tadi ia ambil dari Rak kini jatuh dan pecah berceceran. Ia tentu kaget, Bersamaan dengan itu ia segera jongkok untuk mengambil satu persatu pecahan Piring itu. Tanpa ia sadari, ia meringis pelan dan setetes airmatapun kini terlihat. Bukan karena penyakitnya, Tapi karena ia mengingat perkataan Bianca. Ia fikir wanita itu benar clientnya iqbaal, Namun nyatanya tidak. Ternyata wanita itu adalah kekasih iqbaal, (Namakamu) tak menyangka iqbaal akan secepat itu mencari pendamping baru, Lelaki itu benae-benar tidak memikirkannya sama sekali. Disaat kondisinya seperti ini ia ingin iqbaal bersikap baik padanya, Walaupun itu hanya sedikit tapi itu membuat (Namakamu) senang, Tapi itu hanyalah sebuah khayalan semata. Bukannya iqbaal sibuk untuk mengurusi kesehatannya, Pengobatannya, Ini malah sibuk untuk mencari Wanita lain untuk dijadikannya sebagai Istri Kedua.

Dengan wajah yang menyedihkan, Ia berusaha untuk menahan tangisannya, ia tidak ingin mengeluarkan suara barang sedikitpun, Ia tidak ingin iqbaal tau.

"Aw!"

"Sshh!" Refleks (Namakamu) mencium jari telunjuk serta tengahnya yang kini mengeluarkan darah segar efek terkena sayatan pecahan piring. Mungkin ini efek ia tadi melamun, Memikirkan apa yang seharusnya tidak ia fikirkan.

"Sshh, sakit banget!" Ringisnya pelan. Ia mengibaskan tangannya itu guna menghilangkan rasa sakit, Namun nihil angin yang timbul kibasan itu justru membuat rasa perih yang semakin menjadi. Tiba-tiba saja ia terdiam, Hidungnya mencium aroma menyengat. Kedua matanya terarah kearah kompor, Astaga ia lupa!

Dengan segera ia bangkit dan mematikan kompor itu, Tempe yang ada dipenggorengan itu kini gosong-- Setengah gosong. Ia menghela nafas, Konsentrasinya kini jadi terganggu.

"(Namakamu), Tadi aku seperti mendengar suara pecahan?"

(Namakamu) menoleh kebelakang, Disitu iqbaal berdiri. Ia tersenyum kecil, "Iya mas, Piringnya gak sengaja aku jatuhin."

Iqbaal terdiam, Mencerna setiap kata yang (Namakamu) ucapkan. "Gak sengaja? Kamu tau kan itu piring harga satuannya berapa?"

(Namakamu) mengangguk kecil, Ia mengeratkan kedua tangannya. Dan ia lupa, kedua jari yang terkena pecahan piring itu tersenggol, Hingga membuatnya meringis.

"Aw!"

Iqbaal tentu terkejut bukan main. Dari kejauhan ia bisa melihat baju bagian bawah (Namakamu) yang memerah, Kedua matanya menyipit, Itu apa? Dengan segera ia melangkah mendekati (Namakamu). Wanita itu sibuk meniup kedua jarinya, "Ini kenapa?!" Tanya iqbaal terdengar panik, "Yaampun! Kamu tuh gimana sih gak becus banget jadi diri?!"

"T-tadi gak sengaja aku-- aws!"

Iqbaal menarik tangan (Namakamu) lalu ia menyuruh wanita itu untuk duduk. Dengan gerakan cepat ia mengambil kotak P3K yang ada didalam laci Dapur. Ia segera duduk dan mengambil tangan kanan (Namakamu), "Jangan buat aku khawatir!" Omel lelaki itu disela sedang menuangkan betadine diatas helaian kapas

(Namakamu) yang mendapat perlakuan seperti itu tentu senang. Tanpa ia sadari ia tersenyum tipis, Namun disaat iqbaal menatapnya, Ia segera mengalihkan pandnagannya kearah Jarinya yang kini tengah diobati

"Ngapain kamu lihatin aku kayak gitu?" Ketus pria itu menghentikan aksinya,

"Eugh--enggak mass, Nggak."

Iqbaal menatap lamat (Namakamu), Ia segera melepas kedua tanagnnya yang tadi sedang menggenggam kedua tangan (Namakamu) dan meletakkan kapas itu dengan tak santai. "Gausah geer. Aku lakuin itu karena aku gak mau, Oranglain nyangka aku main KDRT sama kamu,"

Suasana hati (Namakamu) yang semula cerah kini redup kembali. Perkataan iqbaal mampu membolakan suasana hatinya. Ia segera menarik tangannya dan mengambil kapas itu yang tadi iqbaal letakkan, "Iya mas maaf. Tapi apapun yang Mas bilang tadi," Ia tersenyum kecil, "Aku gak peduli. Aku tau mas khawatir sama aku,"

Iqbaal mendecih, ia segera bangkit dari duduknya. "Udah aku bilang, Jangan geer bisa kan?! Udah sana lanjutin masak, Aku lapar! Dan jangan lupa cuci tangan kamu, Aku gak mau darah kamu menetes kedalam masakan itu, Paham?"

"Iya mas, Aku obatin dulu ya? Setelah itu aku masak," Iqbaal segera melengos tanpa mengucapkan sepatah katapun. Setelah memastikan iqbaal pergi, (Namakamu) kembali tersenyum. Ia senang iqbaal tadi khawatir padanya.

....

"Aku gak mau ya dirumah ini harus ada insiden layaknya drama kayak tadi, Cukup itu yang pertama dan yang terakhir." Ujar iqbaal menatap tajam (Namakamu), Sementara yang ditatap hanya fokus untuk makan

"Heh! Denger gak?!"

"Iya mas, Iya. Maafin aku tadi bikin kamu kesel,"

Iqbaal meletakkan garpu dan juga sendok dengan kasar, "Jelas itu bikin aku kesel! Lagian kamu ngapain sih pake harus jatohin piring segala? Ingat ya, Barang-barang yang ada didalam rumah ini, Harganya mahal semua!"

(Namakamu) yang sedang mengunyahpun kini terhenti. Ia segera menoleh dengan tatapan tak menyangka. "M-mas. Kenapa kamu malah mikirin hal yang gak harus kamu fikirin? Kenapa kamu gak mikirin aku yang terluka?"

Iqbaal terkekeh sinis, "Ngapain aku mikirin hal yang sudah jelas itu adalah kesalahan kamu, Buang-buang waktu!"

(Namakamu) meletakkan garpu serta sendok, Lalu ia menurunkan kedua tangannya kebawah meja. Ia menunduk menatap kedua jarinya yang terbalut perban, Airmatanya menetes. Benarkah ini seratus persen adalah kesalahannya? Ia fikir iqbaal ikut andil karena goresan ini. Nyatanya tidak toh?

"Ohiya," Iqbaal mengambil gelas yang berisi airputih lalu ia teguk hingga tersisa setengahnya, (Namakamu) dengan setia menunggu kelanjutan ucapan iqbaal. Setelah selesai iqbaal segera meletakkan kembali gelas itu ditempat semula, "Sebenarnya aku gak mau kamu tau akan keberadaan Bianca dikehidupanku, Bukannya gak mau tapi belum saatnya, dan..  kejadian tadi siang itu menurutku terlalu cepat. Tapi tak apa, Aku seneng--"

"Maaf mas, Aku gak mau bahas itu."

Iqbaal terkekeh pelan, "Jelas kamu harus mau dong (nam), Ini perihal---"

"POKOKNYA AKU GAK MAU MAS!"

"Oh? Rupanya kamu masih belum menerima takdir kamu, Bahwasanya aku akan segera menikah lagi, Iya?"

"Bukan belum mas, Tapi aku gak akan pernah menerima takdir busuk yang kamu maksud itu!" (Namakamu) segera bangkit dan melengos pergi


Bersambung....

Dialognya dikit, kebanyakan narasi.

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang