Dokter fadi dan (Namakamu) ituuuuu

1.6K 143 12
                                    

Emotnya dong bund bund buat part ini, janlup vommentnya.

Me : 🤡












"Eugh--- sshhh,"

"Sudah sadar mbak?"

(Namakamu) menyipitkan kedua matanya tatkala ia mencari sumber suara, Samar-sama ia melihat seseorang yang berada disampingnya, tidak terlalu jelas masih sedikit buram. (Namakamu) meringis ketika ia merasakan pusing, ia memijat keningnya dengan tangan kanan yang kini terpasang infusan dipunggung tangannya.

"Mbak, ini saya... Fadi."

(Namakamu) terdiam sejenak, lantas ia segera mengerjabkan keduamatanya untuk memperjelas penglihatannya. "D-dokter.. Fadi?"

Fadi tersenyum seraya mengangguk, "Gimana keadaan mbak? Sudah enakan?"

Sebelum menjawab (namakamu) hendak bangkit dari baringnya untuk bersandar disandaran bunker, Fadi yang melihat (Namakamu) masih lemaspun segera membantunya. Disaat Fadi setengah memeluk (Namakamu), secara tidak disengaja mereka saling menatap satu sama lain, Dengan kedua tangan (namakamu) yang berada dileher Fadi dan Kedua tangan Fadi yang berada dipinggang (Namakamu).

Kondisi ruangan Mawar ini terlihat sangat kondusif dan tenang, Kedua manusia ini masih saling menatap tanpa berkedip. Hingga pada akhirnya acara saling tatap-tatapan itu harus terputus tatkala (Namakamu) yang lebih dulu memutuskannya.

"M-maaf dok," Ujar (Namakamu) dengan gugup. Ia segera melepaskan kedua tangannya dari leher Fadi, begitupun dengan Fadi. Lelaki itu segera menjauh, Wajahnya terlihat sedikit memerah, Namun ia berusaha untuk menutupi hal itu dengan cara menguarkan pertanyaan.

"S-saya yang seharusnya minta maaf mbak, Nggak seharusnya saya meluk mbak kayak tadi." Kini rasa canggungpun menyelimuti keduanya. Baik Fadi dan (Namakamu) sama-sama terdiam. Mereka lebih memilih untuk tersenyum ketika keduamatanya tak sengaja saling menatap. Jujur fadi tidak menyukai hal ini.

"Ekhem... Lebih baik, kita lupakan saja kejadian tadi mbak." Ujar Fadi berusaha untuk mencairkan suasana.

"I-iya dok.."

"Ohiya mbak," Fadi menarik kursi lalu ia jatuhkan bokongnya disitu. "Tadi mbak belum jawab pertanyaan saya,"

"Hah? Pertanyaan yang mana?"

Fadi terkekeh, "Gimana kondisi mbak? Sudah lebih baik?"

(Namakamu) tersenyum simpul, Ia mengangguk pelan. "Sudah agak membaik dok, Tapi saya masih ngerasa sedikit pusing."

"Itu wajar, sangat wajar bagi orang yang sudah hampir dua hari koma seperti mbak,"

(Namakamu) menganga, "D-dua hari?"

Fadi mengangguk pelan seraya tersenyum kecil, "Kalau boleh saya tau... Apa yang membuat mbak jadi seperti ini? Saya yakin mbak pasti ingat bahwasanya mbak itu gak boleh kecapean,"

Mulut (namakamu) seakan kaku untuk mengucapkan kata-kata. Ia menunduk sembari memainkan jari jemarinya, ia tidak berani untuk menatap Fadi. Yang ada difikirannya saat ini adalah... Apakah ia harus menceritakan yang sebenarnya? Penyebab ia harus koma selama dua hari? Fikirannya terbuyarkan tatkala kedua tangannya digenggam erat oleh Fadi. Ia lantas mendongakkan kepalanya, Fadi menatapnya penuh ketulusan dan kelembutan.

"Saya mohon mbak, Mbak jujur aja sama saya. Saya... saya sudah menganggap mbak seperti keluarga saya sendiri."

(Namakamu) terpaku atas ucapan serta tatapan Fadi. Ia menunduk sesaat. "Saya gak kenapa-napa dok." Ia melepaskan genggaman Fadi. "Saya cuman kecapean untuk bersih-bersih rumah aja," alibi (Namakamu) diakhiri senyuman kecilnya.

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang