Bukan Pelakors.

1.4K 160 22
                                    

Posisinya sama-sama berdiri ya!

Gais bikin story itu ga gampang loh, jd mohon untuk tinggalin jejak ya. Makasii






"J-jadi.." Bianca melirik pada (Namakamu) dengan ekspresi terkejut. "D-dia istri kamu mas?"

Iqbaal menghela nafasnya seraya mengangguk. "Maafin aku sayang, Aku gak bermaksud untuk bohong atau menutupi statusku yang sebenarnya. Kamu gak marah kan?"

Bianca terdiam sejenak, Ia menatap lekat pada iqbaal yang kini memegang kedua tangannya. Ia dapat membaca pancaran rasa bersalah yang iqbaal berikan, Lalu ia menoleh kembali pada (Namakamu) yang berdiri tak jauh dari mereka. Wanita itu memasang wajah sendu, Sedih. Itu yang dapat Bianca dapatkan, Ia tersenyum miring. Lalu ia kembali menatap Iqbaal yang masih setia menatapnya dengan tatapan bersalah, "Ngapain aku harus marah sih mas? Aku gak marah kok!" Jawabnya sembari membalas genggaman iqbaal

Mendengar itu terbitlah senyuman lebar, "Beneran? Kamu gak marah sama aku?"

"Iya, Beneran. Kan..." Bianca melirik dengan senyuman miringnya pada (Namakamu). "Aku sayang sama kamu mas."

"Terima kasih sayang, Kamu bener-bener pengertian banget!" Iqbaal beberapa kali mengecup kedua punggung tangan Bianca, Adegan itu terlihat jelas (namakamu) lihat. Bagaimana tidak ia berdiri hanya sekitar 3 meter dengan mereka. Hatinya tersayat melihat ekspresi iqbaal yang begitu bahagia sekali. Perlakuan manis itu sudah lama tidak ia dapatkan lagi semenjak ia dan iqbaal menikah. Keberadaannya disini mungkin mereka anggap angin saja. Iqbaal terus saja mengecup tangan Bianca tanpa ada rasa keraguan padahal Istri sahnya ini ada disitu juga. Sementara (Namakamu) yang mendapatkan senyuman miring dari Bianca hanya bisa memejamkan kedua matanya bersamaan dengan itu Airmatanya menetes. Nafasnya tercekat, Ia butuh oksigen. Ia seperti tenggelam dilaut bebas, Ntah siapa yang akan menolongnya.

"Iya mas, Sama-sama. Ohiya, Kalau boleh aku tau... Kenapa kamu mau menikah lagi mas? Emangnya Istri kamu ini, udah siap dimadu?" Tanya Bianca menatap sinis (Namakamu)

Iqbaal menatap (Namakamu) datar, "Siap gak siap, Dia harus siap. Lagian sayang," Iqbaal tersenyum seraya mengelus lembut pipi Bianca, "Aku gak butuh izin dari dia. Dia gak berhak untuk larang-larang aku, Dan... Alasan yang paling konkrit adalah, Karena dia punya penyakit. Tentu aku sebagai pemilik perusahaan tersukses gak mau punya istri yang lemah," ia menatap (Namakamu), "Iya kan (nam)?"

(Namakamu) tak menjawab, Ia hanya terdiam. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah bersabar dan sabar.

Bianca cekikikan, "Oalah! Penyakitan rupanya," Bianca memasang wajah sedihnya pada (Namakamu), "Kasian banget sih mbak? Yang sabar ya!" Tangan kanan Bianca terangkat untuk mengelus pundak kiri (Namakamu) hanya sekilas karena (Namakamu) segera menepisnya, Iqbaal yang melihat perlakuan kasar itu tentu kesal

"(Nam) bisa gak kamu gausah kasar kayak gitu sama Bianca?" Bentaknya

(Namakamu) menepis airmatanya dengan kasar, "Terus aku harus apa mas? Bersikap lembut seperti yang sering aku lakukan untuk kamu?" (Namakamu)terkekeh sinis, "Nggak mas! Aku gak sudi!"

"Dan ini alasan keduaku, Kenapa aku ingin menikah lagi. Sayang," Iqbaal menatap lembut Bianca, "Aku harap, Setelah kita menikah nanti. Kamu jangan menjadi istri pembangkang seperti dia,"

"Jelas aku gaakan seperti itu mas, Lagian wajar aja Kamu bersikap kasar kayak gini sama dia, Orang kamu mbak... Jadi istri itu jangan kasar dong sama suami, Gimana sih?"

"Diam kamu!" Ancam (Namakamu) terlihat kesal

"Kenapa? Bener kan apa yang aku bilang? Mbak harusnya introspeksi deh!" Titah Bianca dengan santai

"Tentu kamu yang harusnya instrospeksi diri! Kamu sudah berani merebut Mas iqbaal dari saya. Gak malu kamu disebut Pelakor hah?!" Sentak (Namakamu) membuat Bianca tak terima dicibir seperti itu

"Siapa yang rebut mas iqbaal mbak hello!? Justru mas iqbaal yang berusaha merebut atensi saya! Jangan sok tau deh! Dan denger ya mbak, Saya bukan pelakor!" Tegas Bianca

"Terus apa hah? Wanita yang suka Merebut suami orang? Iya?!"

"AKU GAK REBUT!"

"UDAH STOP! (NAMAKAMU) DIAM KAMU!" Bentak iqbaal terlihat marah pada (Namakamu), "Berani sekali kamu berbicara kasar kayak gitu sama Bianca,"

(Namakamu) tak suka jika ia hanya dia seorang saja yang disalahkan, "Mas dia yang mulai! Bukan aku!"belanya

Bianca hanya memenye-menye mulutnya saja. (Namakamu) yang melihat itupun geram, Ingin rasanya ia jejelin sambel!

"Tetep aja kamu yang salah! Benar apa kata Bianca, Kamu harusnya instrospeksi diri, Dan jangan sebut Bianca dengan sebutan memalukan seperti itu! Dia bukan pelakor! Seharusnya kamu tanya sama diri kamu sendiri, Kenapa aku membawa Bianca kedalam rumah tangga kita!"

(Namakamu) menelan salivanya. Iqbaal begitu kekeuh untuk membela wanita yang barusaja pria itu kenal ketimbang dirinya sendiri. "Aku... Shhh, Aku gak boleh sebut dia dengan sebutan memalukan, Tapi kenyataannya apa yang sudah dia lakukan itu jauh lebih memalukan dari sekedar sebutan PELAKOR mas!"

"Jangan terus membela diri kamu (nam), Kamu udah salah masih aja bela diri sendiri! Bianca itu pacar aku!"

"Dan aku istri kamu mas! Istri sah kamu! Drajat seorang istri jauh lebih tinggi hanya dibandingkan dengan seorang pelakor kayak dia!"



PLAK!


"CUKUP (NAM)!"

Pipi kanan (namakamu) memanas akibat tamparan iqbaal. Sementara Bianca yang melihat itu terkejut dibarengi senyuman miringnya, Wow! Batinnya.

"SEKARANG KAMU PERGI DARI SINI!" Usir iqbaal dengan tidak hormat.

Sebelum pergi. (Namakamu) menatap tajam iqbaal dan Bianca. Kedua matanya memerah dan berair. Lalu ia melengos pergi.

"Sayang, Kamu gak kenapa-napa kan?"

"Nggak mas, Aku gak kenapa-napa kok!"


Bersambung....

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang