Pencitraan

2.9K 222 16
                                    

"Aduh, Maagh aku kayaknya kambuh lagi," ringisan kecil itu berasal dari (Namakamu). Wanita itu tengah menyetrika pakaiannya serta pakaian iqbaal. Khususnya pakaian kantor iqbaal, ia harus berhati-hati menyentrika pakaian suaminya itu, ia tidak ingin membuat iqbaal marah jika ia membuat kesalahan walaupun itu hanya secuil saja. Iqbaal itu pria yang sangat perfectionist, Jadi jangan salahkan iqbaal jika ia memarahi istrinya itu. Dengan hati-hati ia menyalakan setrikanya kembali, Ini yang ketiga kalinya. Dan kali ini adalah kemeja  kantor iqbaal berwarna abu muda yang terakhir selanjutnya ia akan menyetrika pakaian yang lain. Ia sengaja mendahului Pakaian kantor iqbaal agar tidak kelupaan atau tidak rapih.

"Awsss, shhh... duh,"

"Kalau aku gak... Setrika sekarang, Mas iqbaal pasti marah."

Dengan sesekali meringis dan memegang perutnya ia mulai menyemprotkan pewangi kebeberapa bagian kemeja yang sudah tergelar diatas meja besi khusus nyetrika, kemudian ia mulai mengambil setrika itu ia melirik sekilas kearah alas setrika itu, Dirasanya sudah panas siap untuk ia gunakan lalu ia mulai menggosokan setrika itu atas kemeja iqbaal, Pertama-tama ia gosokan terlebih dahulu dibagian kerah bagian kiri hingga bawah

"(NAMAKAMU)!!!!"

Telinganya menangkap jelas panggilan dari iqbaal. Ia yakin itu iqbaal, tapi tumben sekali suaminya itu jam segini sudah pulang, Ia melirik pada jam dinding disaat tangan kanannya masih menggosok kemeja iqbaal, "Tumben banget Mas iqbaal udah pulang,"

"(NAMAKAMU)!!! KEMANA SIH KAMU?!"

(Namakamu) tersentak dengan teriakan iqbaal, membuatnya segera bergegas pergi. Ia berlari keluar dari ruangan walk in closets ini. Disaat hampir mendekat ia mendengar iqbaal mendecak kesal membuatnya mempercepat langkah, Maklumi saja Rumah iqbaal ini besar bak istana.

"I-iya mas, Ada apa?" Hal yang pertama kali ia dapatkan ada sorotan mata tajam nan menusuk yang iqbaal berikan. Pria itu berkacak pinggang masih dengan stelan Jas kantornya.

"Ada apa, ada apa!? Kamu tuh kemana aja sih hah?! Dipanggil gak nyaut-nyaut! TELINGA TUH DIPAKE BUKAN CUMAN BUAT DIPAJANG DOANG!?" (Namakamu) menunduk, Ia meringis kesakitan dibagian Lambungnya. Wajahnya kini sedikit pucatpun dengan bibirnya. Ia tidak menghiraukan cercaan iqbaal

"Sekarang bikin Minuman, Dibawah ada Client aku. Cepet!" Titah pria itu tanpa memberitahunya berapa gelas yang harus ia buat. Tanpa babibu (namakamu) segera pergi walaupun harus menahan sakit, ia harus patuh atas semua ucapan iqbaal, Mau seburuk apapun perilaku iqbaal terhadapnya, iqbaal tetap suaminya. Imam baginya, dan ia ingin menjadi istri yang baik untuk iqbaal

Iqbaal menatap (namakamu) yang mulai menjauh. Ia terdiam sejenak masih dengan raut wajah kesal. Namun pikirannya kini tertuju pada wanita itu, walaupun tadi ia marah-marah tak dapat ia pungkiri ia melihat wajah (Namakamu) yang sedikit pucat, Apa yang terjadi? Apakah wanita itu sakit?

..
..
..
..
..
..
..
..
..
..

"Ya seperti itulah pak, bu. Jaman sekarang memang sangat sulit untuk mendapatkan lahan yang kita inginkan," Kekeh iqbaal pada keempat clientnnya. Kedua matanya menangkap (namakamu) yang berjalan kearahnya sembari membawa nampan berisi Lima gelas minuman segar, sangat cocok sekali disiang hari seperti ini, tak lupa dengan tiga toples Makanan Ringan. Wanita itu tersenyum tipis pada mereka berlima namun iqbaal segera membuang muka membuat (Namakamu) memudarkan senyumannya

"Silahkan Pak, bu." Sahut (namakamu) dengan ramah ia segera beranjak dari simpuhannya, Ketika ia hendak melangkah pergi, Salah satu dari client iqbaal bertanya padanya

"Mbak pucat, Apa mbak sakit?" Pertanyaan itu sontak membuat iqbaal mengeryitkan dahinya. (Namakamu) melirik pada iqbaal yang menatapnya juga, Lelaki itu segera menggeleng dan menggerakkan mulutnya yang menghasilkan satu kata yaitu 'Pergi', (Namakamu) menatap nanar iqbaal ia berusaha untuk menarik kedua sudut bibirnya walaupun sebenarnya tidak bisa,

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang