Suami macam apa?

2.3K 216 11
                                    

"Mas.."

(Namakamu) meletakkan piring yang diatasnya terdapat ayam goreng kemudian ia mengambil piring iqbaal untuk ia isi dengan nasi. Makan malam kali ini sangatlah berbeda-- Ralat. Sama seperti malam sebelumnya, dingin. Tapi bagi (namakamu) ini lebih dingin lagi, Dan semua ini karena kesalahannya. Ia merasa bersalah pada iqbaal

"Mas aku---"

"Gausah banyak omong! Fokus layani aku!" Ketus pria itu dengan sedikit membentak membuat (namakamu) segera menutup mulutnya

"I-iya mas."

Setelah mengambil makanan untuk iqbaal. Ia segera duduk namun ketika ia hendak mengambil nasi, Tangannya di pukul oleh iqbaal

"Makan di dapur. Aku gak sudi makan semeja sama orang yang udah rusak barang-barangku!" (Namakamu) menatap nanar iqbaal. Pria itu mengalihkan pandangannya, Ia segera menyantap makanannya itu dengan wajah yang datar

Tanpa izin airmata (namakamu) menetes. Ia menarik kembali tangannya, Lalu ia menunduk dengan sesengukkan kecil. "Hiks... M-maafin aku mas, Hikss."

Brak!

Iqbaal membanting alat makannya dengan keras hingga berjatuhan kebawah membuat (namakamu) tersentak. Pria itu masih tempatnya dengan wajah emosinya. Tangan kananya terangkat untuk menunjuk kearah (Namakamu). "Pergi kedapur atau aku yang kedapur!?!"

Sesegera mungkin (namakamu) bangkit dari duduknya, Dan bergegas pergi bukan kedapur melainkan kekamarnya. Wanita itu tidak membawa sepiring makanan sedikitpun, Dengan rasa bersalah dan tangisan yang mendalam ia membawa rasa itu kedalam kamar. Ia tidak ingin iqbaal semakin marah

Iqbaal acuh. Ia tidak peduli pada istrinya itu. Dengan grasak-grusuk ia kembali mengambil alat makan yang bersih dan baru, Kemudian ia melanjutkan makan malam yang menurutnya sama saja seperti kemarin-kemarin.

Didalam kamar hanya terdengar sesenggukan dari wanita muda ini. (Namakamu) menangis dibawah lantai beralaskan karpet bulu halus dengan tubuh yang bersandar pada ranjang. Ia memeluk kedua kakinya, Ia meringis merintih kesakitan, bukan karena fisik melainkan jiwanya. Ia merasa bersalah pada iqbaal.

"A-aku bener-bener gak sengaja masshh, Hiksss..."

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan sudah dipastikan itu iqbaal. Pria itu melihat kearah (namakamu) yang ada dilantai, Hanya melihat tanpa ada ucapan apapun ia berjalan kearah ranjang mungkin hendak tertidur namun ekspetasi (namakamu) salah. Justru ia melihat suaminya itu membawa bantal serta selimut keluar kamar dengan segera ia mendekat

"Mas mau kemana?" Tanyanya pelan dengan wajah menyedihkan

"Tidur." Hendak melangkah namun (namakamu) tahan kembali

"Kenapa gak disini mas?"

Iqbaal menoleh dengan senyuman miringnya. "Kamu fikir aku sudi tidur sama orang yang udah rusak kemeja aku? Iya?!"

Lagi-lagi airmata (namakamu) menetes. Ia menggeleng kecil, "Jangan dikamar lain mas, Disini aja."

"Gak, aku mau. Kecuali... Kalau kamu yang keluar dari kamar ini,"

(Namakamu) tertegun mendengar itu. Sepertinya ia harus mengalah. Agar iqbaal tidak marah-marah. Baiklah! Dengan senyuman getirnya, Ia mengangguk, "y-yaudah.. Aku... tidur dikamar lain aja mas,"

..
..
..
..
..
..
..
..
..

"(Nam)! Pijitin badan mas,"

"(NAM)!"

"Oh astaga!" Iqbaal melenguh ketika ia membalikan badan. Tidak ada siapa-siapa. (Namakamu) tidak tidur disampingnya. Ia bahkan lupa. Iqbaal terbaring menghadap kelangit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang tersimpan diatas perut

"Pegel banget badanku." Kedua tangannya tergerak untuk memijat pergelangan tangannya sendiri. "Shhh, Ck!" Ia mengacak rambutnya kesal

"Apa aku harus panggil dia? Ah, gak! Gengsi lah, Ngapain tadi ngusir sekarang manggil doang cuman hanya karna aku pengen dipijit."

"Tapi duh, pegel banget!"

"Ah bodoamat! (NAMAKAMU)!!!"






Bersambung...

Gengsi digedein lo bal, bal. Hadeuh!






𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang