Ramein dong gais :(
Follow akuuuu
"Sshhh"
"Ya ampun, kok sakit banget ya?"
Dengan terpaksa (Namakamu) mematikan kompor yang menyala, Padahal masakannya belum tuntas dan belum satupun yang matang. Tangan kirinya mencengkram kuat pakaian luarnya, Bagian atas pinggangnya tepatnya dekat perut terasa nyeri bagai tertusuk-tusuk oleh jarum. Rasa sakit yang ia alami ini sudah kedua kalinya, Dan ia berusaha untuk tidak terlalu fokus pada rasa nyerinya ini karena akan menghambat pekerjaan rumah. Dan lagipun, ia tidak ingin iqbaal khawatir padanya, atau bertanya yang aneh-aneh.
"Akh!" Hingga akhirnya ia tumbang. Meringsut kelantai, tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya. Sepertinya ia kali ini sudah tidak bisa menahan, Ia harus memanggil iqbaal. Kebetulan suaminya itu kini sedang berada dirumah
"M-maashhh!" Kedua matanya beberapa kali mengerjab, iapun menggigit bawah bibirnya guna menahan rasa sakit yang semakin menjadi. Ia tidak kuat lagi untuk memanggil iqbaal, Tapi ia butuh pertolongan iqbaal.
"Sshhh, MAS IQBAAL!!!"
Tak lama iqbaal datang dengan wajah sedikit terkejut diawal. Ia berjalan mendekati istrinya itu. "Kamu kenapa?" Tanyanya dengan ekspresi datar, Pria itu melipat kedua tangan didada
(Namakamu) meringis kesakitan, Ia menengadahkan kepalanya guna menatap iqbaal yang kini berdiri dihadapannya. "M-masshh, Tolong bawa Sshhh A-aku kerumah sakithhh,"
Iqbaal mendecak kecil, "Ngapain sih? Udah kamu minum obat warungan aja, Oke?"
"Masshh, Aku mohonn! Perut aku sakitt,"
"Pergi aja sendiri, aku sibuk!" Iqbaal hendak melangkah namun kaki kanannya segera dicekal oleh tangan (Namakamu). Wanita itu memelas disertai berusaha menahan rasa sakitnya
"Aku mohonn mass, Sakit masshh!"
Iqbaal mendecak kesal, Ia menarik kakinya agar cekalan (Namakamu) terlepas. Hingga akhirnya ia luluh, Karena ia melihat wajah (Namakamu) yang pucat pasi disertai mengeluarkan keringatpun dengan airmata yang bercucuran. "Oke fine! Aku tunggu diluar, Nyiapin mobil dulu!" Segera ia pergi tanpa berniat untuk membantu (Namakamu) untuk berdiri. Kejam lo!
...
"Masshh, Bisa lebih cepet gak? Shh, Hiksss, Perut aku sakit mass," (namakamu) tak henti-hentinya untuk meracau karena sakit yang amat sangat kejam ini. Rasa nyerinya semakin kuat saja.
"Kamu bisa diem gak sih?! Berisik tau gak! Masih mending ya aku mau nganterin kamu kerumah sakit!" Omel iqbaal seraya memukul stir mobil yang sebenarnya sudah jalan
(Namakamu) sudah tidak peduli dengan omelan iqbaal. Yang ada dipikirannya kali ini hanyalah berusaha untuk menahan rasa sakit agar iqbaal tidak terganggu oleh ringisannya. "Maaf mass," (namakamu) berusaha untuk membungkap mulutnya. Sesekalipula ia menutup mulutnya dengan tangan.
"Harusnya nih ya, Penyakit itu jangan dimanjain. Dikasih obat warungan aja ntar juga sembuh!"
(Namakamu) menoleh pada iqbaal dengan kedua mata yang memerah, "T-tapi perut aku sakit banget mas, Sshhh!"
"Alah, Itumah kamunya aja yang lebay! Kamu sengaja kan bikin aku kerepotan kayak gini? Ngaku aja!"
"Enggak mas, Aku..."
"Udah gausah banyak omong!"
(Namakamu) segera bungkam. Tangan kirinya masih setia memegang bagian perut kirinya. Omongan iqbaal sangatlah pedas didengar. Kenapa iqbaal berbicara seperti itu? Salah bila ia meminta diantar kerumah sakit? Lagipun, Ia takut terjadi sesuatu dalam tubuhnya.
"Nyusahin aja jadi orang!" Desis iqbaal
"Maaf mas,"
...
"Jadi dok, perut saya kenapa? K-kenapa sampai sakit banget?" Lirih (Namakamu) dengan kedua alis yang bertaut. Sementara iqbaal yang terduduk disampingnya hanya memasang wajah datar. Ia juga kepo kenapa istrinya itu sampai kesakitan
"Sebelum menjawab, Saya ingin bertanya. Sudah berapa lama mbak mengalami rasa sakit ini?" Rania. Dokter itu bertanya membuat (namakamu) melirik pada iqbaal yang sama sekali seperti tidak minat saja
"S-saya, Saya baru mengalaminya dua kali dok. Emangnya kenapa ya?"
Rania menghela nafasnya. "Sebenarnya, Mbak terkena penyakit yang cukup membahayakan bagi tubuh mbak,"
Iqbaal mengeryit mendengar penuturan Rania. Penyakit membahayakan? Apa maksud dokter itu? (Namakamu) meneteskan airmatanya setelah mendengar ucapan dokter itu.
"A-apa dok?"
"Mbak terkena penyakit Kanker Ginjal. Sudah stadium dua."
JEDARR!!
Bagai petir disiang bolong. Seketika tubuh (namakamu) melemas. Jadi rasa sakit yang ia alami itu adalah Kanker Ginjal yang saat ini sedang menggerogoti tubuhnya? Dan sudah stadium Dua? Astaga! Kenapa jadi seperti ini? Kenapa harus dirinya yang mengalami hal buruk seperti ini tuhan? Apa salahnya? Berbagai pemikiran tentang kehidupannya nanti seketika memenuhi otaknya, Apa nanti ia akan divonis hidup tidak akan lama lagi? Apa nanti kepalanya akan botak? Apa nanti iqbaal akan meninggalkannya? (Namakamu) menggeleng pelan, Ia membekap mulutnya. Tidak kuat untuk membayangkan semua hal itu terjadi. Ia tidak ingin iqbaal meninggalkannya. Apa yang harus ia lakukan?
Iqbaal membelalakan kedua matanya. Tadi apa kata dokter? Kanker Ginjal? J-jadi, Istrinya itu kini ada penyakit? Penyakit yang membunuh secara perlahan? Ia mengusap wajahnya dengan wajah yang masih tak percaya. Dalam diamnya ia menoleh perlahan kearah (namakamu), Wanita itu menangis dalam diam.
Iqbaal segera berdehem, "Terimakasih dok, Ayo pulang!" Ia menarik lengan (namakamu) dengan kasar. Setelah keluar dari ruangan dokter itu, ia segera menghempaskan genggamannya itu
"Itu akibatnya kalo kamu udah berdosa sama aku!" Cercanya dengan nada yang merendam namun dengan tatapan menusuk
"Dosa apa mas? Salah aku apa?" Lirihnya
Iqbaal tersenyum miring, "Setelah tuhan ngasih cobaan yang besar untuk kamu, Kamu masih sempet-sempetnya nanya salah kamu apa? Iya?! Emang benar-benar pantas kamu dikasih penyakit mematikan kayak gitu!"
Bibir (namakamu) bergetar, Kedua telinganya seakan tuli atas apa yang iqbaal ucapkan. Lagi-lagi ia harus mendengar cacian iqbaal. "Kenapa sih mas? Shhh, Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku?! Aku ini istri kamu! Dan sekarang aku sedang kena musibah mas!" Jengah (namakamu)
"Terus mau kamu apa, hm? Kamu mau aku bersikap baik sama kamu, Menanggung penyakit kamu itu sama-sama iya?!" Iqbaal terkekeh sinis, "Enggak (nam), Jangan ngimpi!"
"Denger ya," iqbaal berjalan mendekat, "Penyakit kamu datang itu, Karena ulah kamu sendiri. Kamu yang selalu negatif thinking sama aku! Berfikir yang enggak, enggak tentang aku! Jadi ini kan akibatnya? Sekarang, Kamu hanya bertugas untuk menikmati penyakit kamu itu, Oke?"
"Tapi ini bukan salah aku mas! Ini sudah takdir dari tuhan!"
"Masih aja ngeles kamu! Ini bukan takdir (nam), bukan! Ini karma karena kamu sudah kelewatan sama aku!" Ujar iqbaal segera melengos pergi
"MASSSS!!"
"Hiksss!"
"Kamu tega sama aku mass, Sshhh! Tegaa!!!"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) 𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐚𝐝𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 (𝐍𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐦𝐮) 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢 ...