Duri Dalam Daging (D3)

1.4K 156 14
                                    

TINGGALIN JEJAK.





(Namakamu) barusaja menutup pintu kamarnya. Ia akan segera masak untuk makan siang kali ini. Kebetulan iqbaal akan makan dirumah, Tidak biasanya memang. Ia melangkah dengan hati-hati untuk menuruni anak tangga. Lalu ia melangkah menuju kearah dapur, Dahinya mengeryit ada seseorang yang sedang berada didapurnya, Tapi siapa? Ia terdiam sejenak, Namun detik selanjutnya kedua matanya melebar, sesegera mungkin ia melangkah kedapur

Dugaannya benar. Ternyata ada Bianca disini. Cih, wanita itu tidak punya urat malu sama sekali. Masuk kerumah orang tanpa permisi. Mungkin beberapa kalimat tadi akan ia ucapkan sebelum ia segera mengambil alih Spatula standless yang semula ada ditangan Bianca. Wanita itu tengaj menggoreng ayam, Sebelum berucap ia mematikan kompor listrik itu

"Loh, Kok dimatiin sih!?" Omel Bianca padanya

"Kamu udah gak punya urat malu ya?" Tanyanya membuat Bianca mengeryit, "Ohiya, Aku lupa. Kamu emang gak punya urat malu kan? Buktinya kamu berani rebut suami oranglain, Dan lihat sekarang? Kamu malah goreng ayam dirumahku dan mas iqbaal. Emangnya dirumah kamu udah gaada alat penggoreng dan kompor apa? Sampai harus ikut goreng ayam dirumahku segala?" Lanjutnya dengan katakata pedas nan gurih nyoy nyoy

Bianca tersenyum miring, "Lupa ya? Aku ini calon istri keduanya mas iqbaal. Dan tentu ini adalah rumahku juga, Gausah kepedean deh jadi orang!" Bianca segera menyalakan kompor itu lagi namun (Namakamu) matikan kembali

"Kamu yang harusnya gausah kepedean! Baru jadi calon istri aja udah seenaknya kayak gini, Semua yang ada dirumah ini hanya saya yang boleh memegang, Jadi kamu gaada HAK untuk melakukan apapun!"

Bianca mendecih. "Mbak berani sama saya?"

"Kamu fikir saya takut? Jangan mentang-mentang kamu sekarang pacarnya mas iqbaal, Kamu seenaknya nyelonong masuk kerumahku tanpa permisi. Masih mending ya, Aku gak panggil warga untuk pukulin kamu,"

"KAMU FIKIR SAYA MALING APA?!"

"Jelas kamu maling, Toh kamu sudah berani merebut Suami aku kan?"

"Jangan kamu fikir saya lemah karena saya punya penyakit sementara kamu sehat bugar. Pemikiran kamu jelas salah!" Kekeh (Namakamu). "Selama saya masih hidup dan selama saya masih menjadi istri mas iqbaal, Saya gaakan membiarkan kamu untuk menjadi istri keduanya dia. Karena mau sampai kapanpun, Saya gak mau dimadu. Apalagi sama pelakor seperti kamu!" Gertak (Namakamu)

"Kamu itu bagi saya hanyalah sebuah duri dalam daging. Menyakitkan, Tapi saya bisa menghempaskannya secara cepat."

"Oh? Mbak ngancam? Mbak fikir saya takut sama ancaman lemah sama seperti orangnya? Ck, Nggak mbak!" Bianca melangkah mendekati wajah (Namakamu). "Justru, Semakin mbak mencoba untuk memisahkan saya dengan Mas iqbaal, Maka Rasa benci mas iqbaal pada Mbak, Akan semakin membesar. Dan dengan begitu..." Bianca memasang wajah bencinya, "Situ yang akan saya hempaskan, Camkan itu!" Bianca mendorong tubuh (Namakamu) hingga wanita itu terjatuh kelantai. Bianca segera jongkok didepan (Namakamu), Ia menangkup kedua pipi (Namakamu) dengan kasar

"Saya akan membuat mbak menderita. Dan kalau boleh... Sampai mbak mati. Supaya tidak ada lagi duri yang mencoba untuk menghalangi hubungan saya dengan mas iqbaal!" Bianca melepaskan genggamann itu dengan kasar membuat wajah (Namakamu) terhuyung.

Bianca segera bangkit dan terkekeh sinis, "Siapa disini yang terlihat Lemah tak berdaya? Saya atau mbak, hm?" Tanyanya diselingin senyuman miring, Ia sedikit membungkukkan tubuhnya

(Namakamu) meringis. Dengan refleks ia nenyentuh pinggangnya. Sepertinya ginjalnya kembali berkontraksi. Bianca yang melihat itu justru tertawa senang.

"Ciee yang kesakitan, Gimana rasanya saya dorong? Enak? Atau kurang?"

"Jawab dong! Masa cuman ringis doang sih? Ah gaasik!"

"Awsss! T-tolong bawa aku kekamar, shhh!"

Bianca memasang wajah sedih, "Sakit ya? Sakit banget atau sakit aja?"

"Awsshh! Yaampunn, Aduhh!"

Bianca terkekeh geli, "yaudah, yaudah sini. Saya bantu," Bianca mengulurkan tangan kanannya pada (Namakamu), Namun ketika (Namakamu) ingin menggapainya, Bianca segera menariknya kembali. "Eits! Kena tipu! Hahaha. Kasian banget sih!"

"Mana sih yang tadi udah berani ngancem aku hm? Mana sih orangnya yang bakalan menghalangi hubungan saya sama mas iqbaal hm? Mana coba?" Bianca tersenyum senang, "Oalah, ini toh orangnya! Yaampun, Lagi ngerasain sakit ya ternyata? Makanya mbak, Jadi orang jangan sok kuat deh! Kalo lemah bilang aja lemah!" Cibir Bianca

"Awssh! B-bianca tolonggss, sshhh!"

Bianca terlihat sedang berfikir, "Mending aku bantuin kamu yang lemah ini, Atau aku kekantornya Mas iqbaal untuk makan siang ya? Hm. Bingung nih! Eh mbak, Kira-kira aku harus pilih yang mana ya? Tolong dong bantuin aku." Titah Bianca dengan wajah sok sedihnya

"Awhh! B-bianca aku mohonn, Pinggang aku sakit mbak! Shhh," Ringisan (Namakamu) tidak mampu membuat Bianca luluh.

"Hm, kayaknya aku pergi kekantornya mas iqbaal aja deh! Yaudah deh mbak, Aku pergi kekantornya mas iqbaal dulu ya? Bye!" Bianca segera pergi dengan langkah anggunnya. Sementara (Namakamu) berusaha untuk menahan rasa sakit, Ia ingin bangkit namun nihil rasa sakitnya lebih mendominasi.

"Awssh! Aku gak kuat---"

Bersambung...

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang