Tujuan Busuk

1.3K 141 18
                                    

Vote komennnnnnnnn wouyyy.





Peluh demi peluh (namakamu) tepis dengan tangannya, Keringatnya terus bercucuran dan itu semakin mengganggunya disaat ia tengah mengepel lantai. Rumah yang sebesar ini harus ia bersihkan seorang diri, Iqbaal tidak mengizinkan untuk mempekerjakan Asisten Rumah Tangga. Alasannya karena (Namakamu) adalah seorang istri dan tugas seorang istri apa? Mengurus Rumah! Betul sekali. Maka dari itu iqbaal sama sekali tidak mencari ART.

Pekerjaan rumahnya baru setengah ia kerjakan, Tapi rasa lelah serta letih merasuki tubuhnya. Mungkin karena sekarang ia tengah mengandungpun dengan penyakitnya yang belum juga sembuh. Sebenarnya ia ingin meminta iqbaal untuk mencari seseorang untuk membantunya menyeselesaikan pekerjaan rumah, Tapi... Ah! Iqbaal tetap tidak akan menyetujui keinginannya, barang ia memelas kesakitanpun iqbaal pasti tidak akan Luluh.

"Huh.." (namakamu) menegakkan tubuhnya setelah hampir 15 menit ia membungkuk, ia meletakkan sejenak alat pelnya, Tangan kirinya ia letakkan dipinggang yang terasa pegang sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus pelan perutnya yang semakin hari semakin membuncit saja.

Ohiya, Kandungan sudah memasuki usia ke 3. Ia tahu resiko demi resiko yang dokter katakan setiap kali ia check up selalu saja menghantui kehidupannya. Berbagai resiko yang dokter jelaskan padanya yang tentu tertuju pada keselamatan nyawanyapun dengan calon anaknya, tidak membuat (Namakamu) menyerah, Ia yakin ia dan sang janin akan baik-baik saja sampai pada waktunya anaknya lahir kedunia ini. Jika pada kenyataannya sang anak memiliki tubuh yang tidak sempurna, Itu tak apa. Ia ikhlas, karena mungki itu sudah jadi takdirnya, Ia akan menyayangi calon anaknya sepenuh hati, walaupun...

Tes!

Airmata (namakamu) menetes. Ia masih mengelus perutnya, tatapannya kini terarah pada perutnya "W-walaupun ayah kamu nantinya gak menerima kamu.. Tapi jangan sedih ya sayang? Buna akan selalu sayang sama kamu, A-akan.." ujarnya tertatih menahan isak tangisnya, "Akan selalu ada untuk kamu nak, Kita akan hidup bahagia sekalipun itu tanpa Ayahmu,"

"Buna gak mau kehilangan kamu nak, Buna sayang sama kamu. Kita berdua harus kuat ya?" Senyum getirnya kini terbit, "Kamu harus jadi anak yang kuat, Temani Buna untuk melawan penyakit Buna ya sayang? Buna yakin Buna pasti sembuh, Kamu percaya itu---"

"AARRGH!!!"

(Namakamu) mengangkat kepalanya, Ia terkejut mendengar teriakan itu, dengan segera ia menoleh kebelakang dan mendapati Bianca yang terduduk diatas lantai. Wanita itu meringis kesakitan dibagian bokongnya, (Namakamu) membelalakan kedua matanya, "Yaampun," refleks ia menutup mulutnya

"Awsshh!" Bianca masih meringis, kini wanita itu mendongak dan menatap kesal nan emosi pada (Namakamu), "GAK BECUS BANGET SIH KAMU?! PASTI KAMU SENGAJA KAN?!!"

(Namakamu) menggeleng cepat, "N-ggak Bianca, a-aku gak sengaja. Aku gak tau kalau... Kalau lantainya masih basah, Sini aku ban--"

"GAUSAH!" Bianca menepis kasar uluran tangan (Namakamu). Wanita itu susah payah berusaha untuk bangkit, setelah berdiri ia menurunkan sedikit dress mini super ketat berwarna creamnya itu lalu kini tatapannya beralih pada (Namakamu), "Kamu sengajakan bikin aku jatoh kayak tadi? Kamu mau bales dendam sama aku kan?! Ngaku aja!"

"Nggak Bianca, Aku bener-bener gak sengaja. Mungkin ini efek aku kecapean," ujar (Namakamu) dengan wajah bersalahnya

"Alah! Gausah banyak ngeles kamu! Bilang aja kamu sengaja! Denger ya baik-baik aku akan lapor masalah ini sama Mas Iqbaal! Aku yakin," Bianca tersenyum miring, "Dia pasti akan segera mencerai--"

"Aku bilang aku gak sengaja bianca! Aku gak sengaja!" Bentak (namakamu)

Bianca memandang remeh (Namakamu), "kamu ini! Bukannya minta maaf malah bentak aku! Gak nyadar juga kamu hah?"

(Namakamu) mengertak rahangnya, Ia kesal pada Bianca. Kenapa tidak percaya padanya?ia benar-benar tidak sengaja dan tidak tahu jika ada lantai yang masih basah.

"Sekarang juga, Kamu harus keringin itu lantai. Cepet?!"

"Aku capek Bianca." Lirih (Namakamu)

Bianca terkekeh sinis, "Kamu fikir aku bakalan percaya dan luluh sama kamu? Enggak (nam), enggak! Aku tau kamu pasti itu cuman akal-akalan kamu doang kan?"

"Tapi aku capek Bianca, Aku lagi hamil,"

Bianca memasang ekspres terkejut. Pura-pura. "Ohiya. Aku lupa! Tapi emang aku peduli? Oh jelas tidak! Lagian kamu tuh bego banget sih? Udah bagus mas iqbaal nyuruh kamu gugurin kandungan kamu, Tapi kamu malah sok gak mau! Jadi gini kan? Pura-pura lemes, pura-pura kecapean demi untuk ngambil Atensi Mas iqbaal dari aku! Itu kan tujuan kamu!" Tuduh Bianca diakhiri dengan mendorong pelan bahu (Namakamu)

"Shhh.. Tega banget kamu ngomong kayak gitu, Jahat kamu Bianca!"

"Jelas aku akan jahat disaat ada orang yang mau rebut Mas iqbaal dari aku." Bianca tersenyum miring

Rebut mas iqbaal?

Hey!

Kebalikkan?

"Bukan aku yang mencoba untuk rebut Mas Iqbaal dari kamu Bianca," Airmata (Namakamu) menetes sejadi-jadinya, "Tapi kamu! KAMU YANG SUDAH MENCOBA UNTUK MEREBUT MAS IQBAAL DARI AKU!" (Namakamu) menggeleng pelan, Ia menunduk seraya mengelus perutnya. "Hiks,"

Bianca mendecih, Ia mengambil pel itu lalu ia berikan pada (Namakamu) dengan kasar, "Sekarang juga kamu harus kerja! CEPET!"

"Bianca aku mohon, aku capek. Perut aku sakit,"

"Aku gak peduli!"

Dengan sangat terpaksa (Namakamu) menerima pel itu. Ia meringis disaat perutnya mulai keram. "Bianca perut aku sakit," Lirihnya dengan wajah yang mulai memucat

"CEPET KERJA?!" Tangan kanannya terangkat refleks untuk menyuruh

(Namakamu) menghela nafasnya, ia mengangguk kecil lalu mulai melanjutkan kegiatannya tadi yang tertunda. Bianca yang melihat itupun tersenyum miring seraya melipat kedua tangannya didada.

"Jelas aku gak akan luluh sama kamu (nam). Karena aku akan terus membuat kamu drop dan bayi yang ada didalam kandungan kamu hilang," Batin Bianca tertawa jahat





Bersambung...

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang