Salah paham

1.4K 144 41
                                    

Sok silahkan komen yang banyak ya. Votenya juga 😢







"Silahkan ditunggu ya mbak,"

(Namakamu) tersenyum seraya mengangguk. Ia harus berdiri untuk beberapa saat guna menunggu obat pereda nyeri yang ia pesan tadi. Hari ini ia sedang berada di Apotik, Kebetulan obat pereda nyeri kankernya sudah habis, dan menurut dokter jika sudah habis ia bisa membelinya di Apotik sesuai dengan anjuran itu. Agak sedikit lega, jadi ia tidak perlu harus pergi ke rumah sakit, Ck (Namakamu) tidak menyukai tempat itu!

"Lucu," Pujinya kala ia melihat kearah bayi perempuan yang sedang berada digendongan ibunya. Ia tersenyum pada Bayi itu, "Dedek bayinya berapa bulan bu?"

"7 bulan mbak," Wanita yang notabenenya adalah Ibu dari Bayi itupun melirik kearah perut (Namakamu), "Mbak lagi hamil ya? Berapa bulan mbak?" Wanita itu mengelus perut (Namakamu)

"Baru jalan 4 bulan bu." (Namakamu) terkekeh diakhir. Ia mengelus perutnya, "Buna sayang kamu nak," bisiknya, iapun mengangkat kepalanya tatkala wanita yang tadi berbincang dengan dirinya pergi.

"Aku kok rasanya pengen es krim ya?" Gumamnya. Ia menatap kesekeliling luar Apotik tidak ada yang jualan Es krim, (namakamu) menghela nafasnya. "Emang gak apa-apa ya aku makan es krim?" Ia kembali mengelus perutnya, "Kamu mau es krim ya nak? Tapi Buna takut kamu kenapa-napa," Sangat wajar sekali jika (Namakamu) merasakan hal cemas seperti itu. Ini kali pertamanya ia mengandung, dan tentu ia tidak ingin terjadi apa-apa pada calon buah hatinya. Pokoknya ia harus menjaga dedek bayinya ini dengan sangat ketat, walaupun hanya ia seorang diri saja yang melakukan hal itu.

"Mbak saya pesan Betadine sama Perbannya ya masing-masing 10 package,"

(Namakamu) mengeryit. Ia seakan tidak asing dengan suara itu. Lantas iapun mengangkat wajahnya, Disampingnya kini ternyata seseorang beberapa hari yang ia temui.

"Dokter Fadi!" Sapanya membuat pria itu menoleh. Fadi sama-sama terkejut, ia tidak menyangka bisa bertemu dengan pasiennya untuk yang kedua kalinya.

"Eh, mbak (Namakamu) ya?" (Namakamu) mengangguk, "Mbak lagi apa disini?"

"Saya..." (namakamu) tersenyum tipis, "Lagi beli obat pereda nyeri kanker saya dok,"

Fadi tersenyum kecil, Ia tau pasiennya ini pasti sangat merasa sedih. Ia juga ikut merasakan hal itu, ntahlah!

"Nggak nyangka ya mbak, Kita bisa ketemu disini." Kekeh Fadi. Ia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"Iya dok saya juga gak nyangka. Ternyata, dunia sesempit itu,"

Mereka berdua akhirnya keluar Apotik bersama-sama. Tidak. Sebenarnya Fadi yang lebih dulu mendapatkan barang yang ia beli, tapi ia ingin menunggu (Namakamu), Tidak mungkin juga ia pergi duluan. Agak aneh didengar!

"Yaudah dok, Kalau gitu saya pulang dulu ya?"

"Em, mbak! Tunggu sebentar, saya antar aja gimana? Kebetulan saya bawa mobil dan lagi mbak sendirian," Tawar Fadi. Ia harap ia tidak ditolak untuk yang kedua kalinya.

"Tapi dok, Saya mau mampir dulu ke toko es krim disana." Ia menunjuk kearah toko itu, Fadipun mengikuti arah telunjuk (Namakamu). Hm, bagus juga. Ia jadi punya kesempatan untuk menemani (Namakamu).

"Mbak pasti lagi ngidam es krim kan? Yaudah ayo saya temenin,"

"Loh? Emangnya dokter gak ada tugas?"

Fadi menggeleng disertai senyumannya. "Mbak lihatkan saya pakai baju apa?"

"Basket?" (Namakamu) memiringkan kepalanya,

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang