(Namakamu) sedikit Bar-Bar

2.3K 194 34
                                    

3 bulan kemudian....





"Semoga kamu tenang disana Bianca," (Namakamu) mengelus lembut batu nisan yang tertulis Bianca Adelinne serta tanggal lahir dan tanggal kematian dari wanita itu. Bianca tidak bisa mempertahankan hidupnya, Akibat kejadian tabrakan itu ia harus kehilangan nyawa. Selama hampir 1 minggu Bianca dirawat, wanita itu harus bertaruh dengan kritis, (Namakamu) dengan rasa ketulusan yang besar senantiasa menjaga dan menunggu harap Bianca sadar dari kritisnya tapi nihil harapannya pupus. Dan kini Bianca sudah tenang dialam sana.

(Namakamu) tersenyum tipis bersamaan itupula airmatanya menetes. Entah karena apa ia bisa menitikan airmata. "Aku fikir..." Tangan kanannya tergerak untuk memainkan gumpalan tanah yang tentu masih basah dan berwarna merah, Tercium sekali aroma tanah dan tak lupa taburan bunga. "Tuhan akan mencabut nyawaku lebih dulu, dan dengan begitu Kamu dan Mas iqbaal bisa menikah. Tapi akhir ceritanya seperti ini, Tentu itu diluar ekspetasi aku."

"Kamu harus kehilangan nyawa dengan hal yang tragis. Jujur aja, aku miris." (Namakamu) sedikit membenarkan jilbab hitam yang ia pakai. "Entah ini hukuman dari tuhan atau bukan... Tapi kalau aku ingat-ingat lagi sama semua yang sudah kamu lakukan sama aku dan almarhum anakku...." (Namakamu) mengulum bibirnya dengan keduamata yang berkaca-kaca. "Apa salah aku bilang kalau.... Kamu memang pantas mendapatkan ini semua? Terdengar jahat memang," Ia terkekeh hambar. "Tapi emang itu kenyataannya kan Bi? Kamu berhasil menghancurkan hidupku, rumah tanggaku, harapanku. Bukan hanya kamu, Tapi Mas iqbaal juga."

(Namakamu) menelan salivanya kuat-kuat. Raut wajahnya kini berubah menjadi datar dan sorotan matanya sinis yang mengarah terus menerus pada batu nisan itu. Ia meremas kuat tanah yang saat ini ada dikepalannya, "Kalian berdua memang cocok." Ujarnya penuh penekanan seakan ia menahan amarah, "Cocok untuk menjadi pasangan terjahat didunia ini."

Tangan kirinya meremas kuat batu nisan itu dengan tatapan penuh kebencian namun airmatanya menetes. "Setelah aku kehilangan anakku, Aku fikir itu karena kecerobohanku. Kamu tau?" Ia tersenyum lebar dengan bibir yang bergetar, "Berhari-hari, berminggu-minggu, Rasa bersalah terus menghantui aku. Ssshh! Bisikan demi bisikan selalu aku ada ditelingaku. Aku ibu paling jahat sedunia! Aku ibu yang gak becus! Anakku pasti membenciku!" Ujarnya dnegan nada sedikit tinggi, "Tapi itu semua bukan karena kesalahanku, Tapi kamu Bianca!" (Namakamu) melempar tanah yang ia kepal itu, Ia bangkit dari jongkoknya, Ia harus sedikit menunduk untuk menatap pada tempat peristirahatan terakhir Bianca. "KAMU DALANG DIBALIK ITU SEMUA! Hiksss!" (Namakamu) meremas rambutnya dnegan kasar. Ia frustasi sekarang. "Susah payah aku mencoba untuk mempertahankan anakku, Walaupun masih banyak manusia yang mencoba untuk membunuhnya, Termasuk Ayahnya sendiri! Dan kamu..." Ia menunjuk pada batu nisan itu, "Dengan mudahnya berhasil membunuh anakku Bianca,  Kamu jahat!"

"Sshhh! Hikssss.... Aku rela mati demi anakku, Aku ingin dia hidup dan tumbuh besar seperti anak lain sshhh! Tapi kenapa kamu setega ini Bianca?" Lirihnya. "Aku salah apa sama kamu Bianca? Dosa apa yang udah aku perbuat sama kamu?"

"Keinginanku hanya satu... Melihat anakku hidup sehat walaupun dari jarak jauh dan dimensi yang berbeda sshhh!"

"D-dan.. Dan kenapa kamu mencoba untuk membunuh aku Bi? Aku butuh penjelasan kamu sshhh! Belum puas kamu nyiksa hidup aku hah?"

.
.
.
.

"Itu sudah jadi keputusan aku mas, Dan aku harap." (Namakamu) menatap lekat iqbaal dengan senyuman tipisnya. "Kamu tidak mencoba untuk menghalangi semua prosesnya,"

"I'll tried it." Iqbaal tersenyum miring. Ia menunjuk pada (Namakamu) disertai wajah datarnya. "Aku nggak akan pernah membiarkan kamu lepas dari kehidupan aku, Dan ingat! Aku akan melakukan segala cara agar kita Tidak bercerai,"

𝐋𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐮 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang