Pindah

6.6K 307 42
                                    

Seorang gadis turun dari mobil sambil mengaitkan salah satu tali ranselnya ke pundaknya. Langkahnya terhenti tepat di depan gerbang sekolah. Menatap dengan seksama gedung bercat putih-abu tersebut. Hembusan napas keluar begitu saja dari bibirnya.

Ada banyak orang yang berkeliaran di sekitar gedung sini. Memakai seragam sama dan memiliki tujuan yang sejalan.

Gadis berambut panjang itu berjalan mengikuti mereka semua. Menjadi sesosok yang sedang menyamar sebagai anggota sekolah baru atau dengan kata lain,

Dia adalah siswa pindahan.

Langkah kakinya membawanya masuk ke dalam sekolah. Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang lewat lima belas menit. Itu tandanya hanya tersisa lima belas menit lagi untuk dirinya mencari ruang kelas yang sudah ditentukan beberapa hari lalu saat pindah ke sekolah ini.

Banyak netra yang menatap ke arahnya. Tatapan penuh tanya terus mereka berikan pada siswa pindahan tersebut. Namun, sebisa mungkin siswa pindahan tersebut harus tetap bersikap tenang. Selayaknya orang yang sudah sangat sering pindah-pindah sekolah.

"Kelas IPS dimana ya?" tanya murid pindahan tersebut.

"IPS semuanya ada di gedung atas." sahut salah satu siswa yang entah siapa namanya.

"Oke. Makasih ya," senyum murid pindahan tersebut.

Dia pun berjalan menaiki anak tangga yang sudah ada di dekatnya. Derap langkahnya yang sedikit menggema membuat beberapa orang yang sedang bersandar di pagar, mulai memperhatikannya.

Setelah sampai di depan pintu kelas berwarna cokelat, gadis itu menghentikan langkahnya. Mengintip ke dalam kelas dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ini bener kelas IPS dua?" tanya gadis itu.

"Iya bener. Kamu siapa?"

"Shani. Murid pindahan."

"Ke kelas ini?"

Gadis pindahan bernama Shani itu mengangguk.

"Iya. Katanya ke IPS dua,"

"Yaudah, masuk aja.."

Setelah dipersilahkan oleh salah satu murid yang tinggal di kelas ini, Shani masuk ke dalam. Menatap kesetiap sudut ruangan yang masih sangat kosong. Hanya ada beberapa orang yang datang. Dan sepertinya di kelas ini dominan perempuan.

"Duduk di depan mau gak? Sama gue," ucap salah seorang gadis yang entah datang dari mana.

Shani nampak sedang menimbang-nimbang ajakan gadis itu. Pasalnya, selama sekolah, bahkan untuk kelas sebelas ini, dia tidak pernah duduk di depan. Alasannya adalah,

Malas.

"Gapapa. Sama gue aja, soalnya udah di tempatin juga meja yang lain,"

"Ya oke."

Shani pun duduk di bangku paling depan. Tepatnya di bagian depan barisan tengah. Detak jantungnya seketika berdegup kencang.

Pasrah.

Ya, Shani benar-benar pasrah dengan pemilihan mejanya.

Bell pun mulai berbunyi. Shani mematikan ponselnya saat lalu lalang orang mulai memasuki kelas dengan padatnya. Akan ada guru yang datang.

Jam pertama adalah Bahasa Indonesia.

"Kenalin, gue Nadhifa Salsabila. Panggil aja Nadse," bisik seorang gadis yang duduk satu meja dengan Shani.

"Aku Shani."

"Jangan aku dong. Gue-lo aja. Kalo aku-kamu jadinya gimana gitu.."

Shani terdiam beberapa saat. Sedetik kemudian dia mengangguk.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang