Selya dan Daniel sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka terbang ke New York, tentunya menggunakan pesawat pribadi milik Daniel. Mereka hanya berdua karena kedua orang tua Daniel memilih lebih lama di Indonesia. Sedangkan, Daniel harus segera kembali mengurus bisnisnya.
We suggest that you keep your seat belt fastened throughout the flight. Your phone has to be turned off or set to airplane mode for the duration of the flight.
Suara pramugari yang mengarahkan untuk memasang sabuk pengaman dan mematikan telepon menggema di kabin pesawat.
Selya bergerak gelisah di samping Daniel, menutup erat matanya dan meremas kedua telapak tangan sembari menggerak gerakan bibirnya seperti merapalkan do'a. Daniel yang duduk di samping Selya tidak luput memperhatikan tingkah gadis yang belum 24 jam menjadi istrinya. Tingkah gadis itu seperti pertama kalinya menaiki pesawat dalam 23 tahun hidupnya.
"Ya. Tuhan lindungi aku," lirih Selya
Daniel melirik dan tersenyum simpul. "Dasar gadis bodoh."
Selya yang mendengar Daniel bergumam pun, membuka kedua matanya. Memicing kearah Daniel yang duduk diam dengan majalah di tangannya.
"Tidak usah menatapku seperti itu!" seru Daniel
"Huh ...." Selya mendengus membuang muka dari Daniel.
Beberapa saat kemudian sayap pesawat terlihat bergerak secara perlahan. Kemudian naik ke udara semakin cepat. Selya merasakan ketakutan. Sebab, Ia pernah melihat di televisi ada pesawat terbang yang jatuh dan semua penumpang meninggal dunia.
Daniel menggenggam tangan Selya yang sedari tadi Ia remas,memanggut dan mengusapnya perlahan seolah memberitahu bahwa penerbangan ini akan baik-baik saja.
Selya sendiri tidak fokus dengan apa yang baru saja terjadi. Ia seperti patung hidup diam tak bergerak,Ia berfikir kalau Ia bergerak sedikit saja maka pesawat akan goyah kemudian jatuh. Sungguh pemikiran yang sangat tidak logis.
Setelah tangannya digenggam oleh Daniel, Selya semakin ketakutan bahkan kini tubuhnya sudah bergetar, matanya semakin menutup erat, bibirnya terus merapalkan do'a tiada henti.
"Apakah ini pertama kalinya kamu naik pesawat?" Selya tidak merespon ucapan Daniel.
"Buka matamu...," perintah Daniel, "Lihatlah awannya bagus," ujarnya kemudian.
"T-tidak mau," sergah Lya cepat.
"Bagaimana jika aku membuka mata pesawat ini jatuh atau kehabisan bahan bakar," panik Lya
"Aku masih mau mau hidup, Daniel." Selya semakin panik.
"Bodoh! tidak ada kaitannya jatuh dan kau membuka mata." Daniel melepas genggaman tangannya dari Selya. Ia heran bagaimana Selya bisa berfikir sejauh itu.
Pramugari mendatangi mereka. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
"Tenangkan gadis ini!" Daniel berucap tegas.
Pramugari tersebut berusaha membuat Selya tenang, memberi pengertian bahwa tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang akan membuatnya tertekan sekaligus memberikan instruksi-instruksi yang boleh dan tidak boleh Selya lakukan. Dalam keadaan mata yang masih tertutup, Selya mendengarkan penjelasan dari pramugari dengan seksama. Kemudian, Selya mulai bisa menguasai dirinya. Secara perlahan Selya mengikuti instruksi dari pramugari, mulai dari menghirup dan menghembuskan nafas secara perlahan.Ia melakukannya berulang kali agar dirinya lebih tenang. Kemudian, Ia menurunkan kedua tangan dan membuka mata sebisa mungkin.
Daniel masih bisa mendengar deru nafas Selya yang memburu ketika membuka mata, tetapi itu hanya berlangsung sebentar. Selya mulai mengatur nafasnya kembali, berikutnya keadaan Selya sudah lebih membaik.
"Apa yang anda rasakan sekarang, Nona?" Pramugari memperhatikan raut wajah Selya.
"Aku pusing dan sedikit mual," lirih Selya yang kembali menutup mata dan menyenderkan kepalanya pada kursi.
"Baik, Nona akan saya bawakan air hangat." Pramugari berlalu.
Selya benar-benar merasa pusing saat ini, mungkin karena Ia terlalu tegang dan khawatir.
"Perjalanan ini memakan waktu yang lama, istirahatlah selagi bisa," ucap Daniel.
Selya masih bisa mendengar apa yang Daniel katakan, tetapi Ia terlalu lemas dengan keadaannya. Sehingga membiarkan ucapan Daniel melayang tanpa balasan darinya.
***
Happy reading ... enggak bosen nih aku ingetin, kritik dan sarannya aku tunggu. Mungkin cerita aku beda jauh dari yang lain, tetapi melalui kalian menilai cerita aku. Maka, aku akan membenahi dan berusaha lebih baik lagi ...
Semangat juga untuk kalian yang lagi berjuang.
Salam sayang dari aku
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...