Daniel menyeringai mendengar ucapan Selya. Gadis ini polos atau bodoh. Wajar saja bila seorang pria bertelanjang dada dihadapan istrinya sendiri. Daniel mendekati Selya menangkup tangan yang masih menepuk-nepuk dada berusaha mengatur pernafasan. Selya mendongak menatap wajah tampan Daniel yang sudah berada dekat dengan wajahnya. Daniel dapat melihat mata Selya melebar dengan nafas memburu.
Selya merasa jantungnya berdebar dengan kencang. Ia berusaha beringsut dari tempatnya ketika tatapan Daniel seperti ingin memangsa dirinya. Melepas genggaman tangan Daniel dan menjauh darinya.
"Ingat perjanjian kita Selya!" hardik Daniel mengetahui penolakan halus Selya.
Selya yang hendak turun dari ranjang pun terdiam mendengar perkataan Daniel. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi, tetapi Ia tidak menduga akan secepat ini. Ia masih memerlukan waku untuk mempersiapkan hatinya.
"Aku tidak lupa, hanya saja jangan sekarang aku masih dalam fase jat leg. Yah jat leg." Selya memberi alasan.
"Kau terlihat baik-baik saja," selidik Daniel.
"Apa kau tidak melihat wajahku? Aku terlihat pucat iya, 'kan pucat." Selya menepuk pipinya.
Pada saat penerbangan pesawat mengalami turbulensi sehingga pesawat mendapat sedikit goncangan, hal tersebut membuat kekhawatiran Selya bertambah. Pikiran pesawat akan jatuh menghantui pikiran Selya membuat Ia tidak tenang selama penerbangan. Daniel sudah berusaha membuat Selya tenang bahkan Ia dibantu pramugari akan tetapi itu semua tidak meredakan kepanikan Selya.
Puncaknya saat Selya menangis sesegukan karena ketakutan. Akhirnya Daniel mengambil inisiatif memeluk Selya untuk memenangkan istrinya. Selama dalam dekapan sang suami Selya membenamkan wajahnya dalam dan memeluk Daniel dengan erat, bahkan setelah berada dalam pelukan sang suami tangis Selya tak kunjung berhenti. Daniel dengan sabar berusaha membujuk Selya membisikan kata-kata penenang.
Kilas balik kejadian di pesawat membuat Daniel berfikir untuk tidak melanjutkan aksinya malam ini karena kondisi Selya sehingga Daniel melangkah menuju lemari pakaian. Selya yang melihat pergerakan Daniel pun memilih beranjak menuju kamar mandi untuk meredakan debaran di dadanya.
"Masih ada banyak malam setelah malam ini Selya," seringai Daniel setelah Selya sudah berada dalam kamar mandi.
>>>
Cahaya matahari memasuki sebuah ruangan dimana sepasang manusia masih bergelung dalam selimut yang membungkus tubuh mereka. Terlelap seakan tidak terusik sedikit pun oleh cahaya yang masuk. Mereka merapatkan diri pada kehangatan selimut sampai kicauan burung menghampiri mereka dan alarm berbunyi membuat kedua insan ini sekidit terusik.
Bunyi alarm yang nyaring mengusik pendengaran Selya dirabanya barang tersebut dan mematikannya, dengan mata yang masih terpejam Selya hendak melanjutkan tidurnya. Namun, belum sempat itu terjadi sebuah tangan menimpa perut rata Selya. Mata yang masih terpejam secara perlahan mulai mengerjap terbuka melirik alarm yang beberapa detik lalu ia matikan menunjukkan pukul 6 pagi. Pandangannya beralih ke tangan yang berada di atas perutnya. Selya dengan hati-hati memindahkan tangan Daniel dan segera beranjak memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Pagi ini merupakan awal baru bagi Selya di negara asing. Negara yang akan menjadi tempat tinggalnya mulai sekarang. Di sini lah nanti Selya akan memulai kehidupan pernihakan yang tidak sesuai harapan. Di mana Ia tidak mengenal orang lain selain keluarga suaminya. Sepertinya Selya butuh bersosialisasi dengan warga sekitar tapi bagaaimana caranya Ia bersosialisasi sedangkan rumah Daniel berada di kawasan perumahan elit.
Setelah selesai dengan ritual paginya Selya turun ke bawah untuk sekedar membatu memasak. Pagi hari di rumah keluarga Haston sudah disibukkan berbagai pekerjaan yang sudah ditangani oleh masing-masing pelayan.
Selya tetap melanjutkan langkahnya menuju dapur setibanya di sana Selya dapat melihat beberapa pelayan sudah sibuk dengan bahan makanan. Hera yang kebetulan berada di sana dan melihat Selya datang menunduk sopan yang diikuti pelayan lainnya. Sebenarnya Selya rishi diperlakukan layaknya seorang tuan putri.
"Apa yang harus aku lakukan?" Selya sudah mengambil pisau dan siap untuk berperang dengan bahan dapur.
Koki keluarha Haston yang diketahui bernama Mira secara sigap mengambil pisau dari tangan sang majikan. Selya yang diperlakukan seperti itu memasang wajah bertanya seakan bingung dengan kondisi dapur yang mulanya ramai kini hening.
"Tidak perlu, Nona. Kami bisa menangani ini jadi nona bisa kembali ke kamar. Nanti akan saya panggil untuk sarapan," jelas Mira penuh kelembutan takut menyinggung nona barunya.
Selya yang mendengar penjelasan Mira menggelengkan kepala tanda tidak setuju dengan apa yang Mira katakana. Ia sudah terbiasa memasak saat di rumah ayah walau masih di bantu Bi Ina, tetapi itu sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi.
"Tidak bisa!" Selya mengambil kembali pisau dari tangan Mira.
"Katakan aku harus apa," lanjut Selya.
Mira melirik ke arah Hera yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Hera. Mira pun mulai memberi instruksi apa yang harus Selya lakukan dengan senang hati Selya melakukan apa yang diperitahkan Mira. Sedangkan Hera hanya bisa menghela nafas atas sifat keras kepala nona barunya.
Daniel yang baru bangun dari tidurnya mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar, tetapi Ia tidak menemukan keberadaan Selya. Dilihatnya jam yang berada pada dinding kamar menunjukkan pukul 06.30 pagi. Secara tergesa Daniel masuk kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke kantor karena pagi ini ada meeting penting.
Selya yang sedang menata makanan di meja makan melihat Danniel mrnuruni tangga dengan tergesa bahkan Ia melewati meja makan. Selya berlari menghampiri Daniel yang sudah berada di luar rumah.
"Daniel ...," panggil Selya.
Daniel yang mendengar suara Selya membalikkan tubuhnya sehingga dapat melihat wajah istrinya.
"Kau tidak sarapan?" tanya Selya ketika sudah berada dihadapan suaminya.
"Aku sudah terlambat untuk meeting." Daniel benar-benar sudah terlambat untuk pergi ke kantor.
Selya sedikit murung atas jawaban Daniel Ia sudah lelah memasak untuk sarapan mereka berdua. Tetapi Daniel tidak bisa untuk sarapan karena sudah terlambat. Daniel yang mengetahui perubahan mimik sang istri hanya memandangnya datar.
"Nanti siang kau antar makanan untukku," ucap Daniel.
"Heh?" bingung Selya.
"Aku tidak sempat sarapan. Jadi nanti siang kau harus mengantar makanan." Daniel berucap seraya memperhatikan jam di pergelangan tangannya.
Selya tersenyum. "Baiklah akan aku antar,"
"Pergilah bersama sopir," ucap Daniel sebelum memasuki mobil.
Selya menatap mobil hitam yang dikendarai Daniel meninggalkan halaman rumah, setelah mobil Daniel tidak terlihat Selya segera masuk ke dalam rumah berjalan menuju meja makan yang sudah tertata rapih beberapa makanan di sana. Ditatapnya semua menu untuk hari ini dan Selya menghela nafas.
Selya duduk disalah satu bangku dan matanya menatap pelayan yang berjejer rapi di samping dirinya.
"Kalian semua ayo makan," ajak Selya kepada pelayan yang membantu memasak
Beberapa pelayan saling mentap satu sama lain atas ajakan nona mereka.
"Terima kasih, Nona. Akan tetapi, kami tidak bisa menerima ajakan Nona." Mira menjawab dengan menundukkan wajah sopan.
"Ayolah. Aku tidak akan bisa menghabiskan makanan sebanyak ini," paksa Selya.
"Tapi ...."
"Tidak ada penolakan ayo duduk dan panggil yang lainnya kemari," ucap Selya.
Akhirnya Mira memberi isyarat kepada pelayan di sampingnya untuk memanggil pelayan yang lain.
***
Happy reading ... jangan lupa vote and komen, kritik dan saran kalian aku tunggu.
Salam sayang dari aku
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...