Part 39

62 4 0
                                    

Hari sudah petang ketika Daniel tiba di rumah. Ia kira mengurus kasus kecelakaan bisa cepat dan ternyata perkiraannya salah. Membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyimpulkan kecelakaan ini, belum lagi Daniel harus mengkonfirmasi berita duka dengan keluarga korban. Daniel bisa saja menyuruh orang lain, tetapi berhubung karyawannya meninggal karena menggunakan mobilnya, maka Daniel memiliki sedikit rasa bersalah.

"Kau baru pulang, Son." Daniel memberhentikan langkahnya. Ia melihat Papa sedang duduk.

"Semua terlihat rumit, dia menyerang tanpa terlihat. Serangannya pun tidak dapat diprediksi, kapan dan bagaimana terjadi," ucap Daniel.

Daniel geram dengan semua kejadian yang menimpa ia dan Selya selama 2 hari ini. Penyelidikannya belum menghasilkan apapun, tidak mungkin Daniel hanya diam saja ketika wanita itu berhasil melancarkan aksinya dengan mulus tanpa celah.

"Papa bisa membantu mencari pelakunya. Kamu tidak berpikir jika wanita itu melibatkan seseorang dalam rencananya. Dia pasti bekerjasama untuk menjatuhkan mu kembali," ujar Papa. Papa sudah tau semua yang menimpa putranya, maka dari itu Papa menawarkan bantuan.

Tidak terpikirkan oleh Daniel jika wanita itu melibatkan seseorang, tapi siapa? Dulu wanita itu mengkhianati dirinya bersama Brian. Apa sekarang mereka bekerjasama kembali. Tetapi Brian yang memberitahu dirinya untuk segera menyingkirkan wanita itu. Lagipula apa yang akan Brian dapatkan setelah berhasil menjatuhkan Daniel. Brian sendiri sudah menjalani kehidupan yang bahagia bersama wanita yang menjadi istrinya.

"Varo akan melakukan segalanya."

"Kamu percaya pada Varo? Kalau dia gagal dalam menjalankan tugas darimu, bagaimana?" Papa seperti meragukan kemampuan Varo.

"Jangan meremehkan seseorang, Pa. Ingat jika pria itu adalah sahabat putramu," sarkas Daniel.

"Lupakan saja, kamu sebaiknya besok megambil cuti. Temani Selya dan habiskan waktu berdua. Ini perintah," tegas Papa.

"Daniel pamit ke kamar, Pa, dan Papa juga harus istirahat hari sudah larut."

Masuk ke kamar, Daniel melihat Selya sudah berbaring membelakangi pintu dengan selimut sebatas bahu. Daniel mengira Selya sudah tertidur tapi kenyataannya Selya hanya memejamkan matanya berpura-pura tidur. Ia masih belum bisa menerima kejadian hari ini. Ia masih terlalu shock dan hampir merasakan kehilangan untuk ke dua kalinya. Kesal karena dipermainkan membuatnya diam. Ia sudah seperti orang gila, mengira suaminya mati dan secara tiba-tiba pria yang ia tangisi datang. Ia merasa dipermainkan oleh suaminya sendiri meskipun ini bukan kesalahan suaminya.

Daniel memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selesai ia menghampiri Selya dan merebahkan tubuhnya di samping Selya, memeluk tubuh istrinya dengan sayang.

"Hari ini aku menyadari sesuatu. Kamu tidak pernah berbohong mengenai perasaanmu sendiri. Rasa cintamu untukku begitu besar ada banyak cinta di hatimu, tapi hatiku sudah hancur lebur tidak berbentuk, bagaimana caranya untuk menyatukan kembali. Tidak! Kamu harus mengganti hatiku dengan yang baru agar kau sendiri bisa dengan mudah menempatinya. Jangan berusaha memperbaiki dan pada akhirnya kau akan kecewa karena tidak bisa membuat ruang di hatiku," ucap Daniel panjang.

Selya mendengar dengan baik. Ini bukan pertama kalinya Daniel mengatakan sesuatu dengan begitu panjang. Namun, Selya masih merasa tidak percaya. Pria-nya sudah berusaha berubah, secara perlahan Selya akan memasuki hati Daniel. Semua butuh proses tidak ada yang instan, perlu melewati banyaknya kepahitan sebelum merasakan begitu banyak kemanisan.

Daniel dan Selya perlahan menuju alam mimpi mereka. Saling mengeratkan seakan tiada hari esok.

Keesokan harinya

Pagi ini suasana hati Selya semakin buruk, dari mereka bangun tidur Selya sudah mendiamkan Daniel. Pria itu bingung dengan tingkah Selya yang terkesan dingin. Setiap melihat wajah Daniel, Selya menjadi sangat kesal. Saking kesalnya ia sampai menangis. Ia ingin Daniel membujuknya, tapi di sisi lain ia sangat kesal. Selya sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya.

Sesuai perkataan Papa, Daniel mengambil cuti satu hari untuk menemani Selya, apalagi istrinya yang sudah mendiamkan dirinya. Ia akan meluruskan kepada Selya agar wanita ini berhenti mendiamkannya.

Di meja makan dengan sangat terpaksa Selya melayani Daniel. Wajahnya yang cemberut tidak luput dari pandanga kedua mertuanya. Akan tetapi, Selya menggabaikannya, biarlah jika ia dianggap menantu tidak sopan. Rasa kesalnya masih lebih dominan.

"Ma, ingat tidak dongeng yang mama bacakan saat aku kecil?" tanya Daniel.

Mama mengerutkan dahi. Sedari kecil anaknya tidak mau dibacakan dongeng olehnya, kecuali sang Papa. Ada gerangan apa Daniel menanyakan perihal dongeng.

"Tidak." Mama menggeleng. Benar, 'kan, ia memang tidak pernah membacakan dongeng apapun.

"Dongeng yang mengisahkan tentang seseorang tidak mau berbicara dengan orang lain, orang tersebut akhirnya tidak bisa berbicara alias bisu," Bualan Daniel sangat tidak masuk akal. Ia melirik ke samping di mana istrinya duduk. Selya seperti tidak mendengarkan percakapan Daniel dan Mama. Ia terlalu fokus dengan makanan yang berada di hadapannya.

Papa yang menonton pun hanya tersenyum. Belum pernah ada yang mengabaikan Daniel hingga pria itu uring-uringan sendiri. Mama yang menangkap maksud putranya hanya terkekeh.

"Enak, Sayang?" Mama bertanya memandang Selya yang sangat lahap.

Selya hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata, kemudian melanjutkan sarapannya. Ia boleh kesal dengan Daniel, tetapi ia harus tetap memberi nutrisi untuk anaknya.

Selesai sarapan Papa pergi ke perusahaan, sedangkan Mama pergi ke toko perhiasan sekadar mengecek keadaan toko. Selya kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kemarin ia tidak pergi ke tokonya karena permintaan Daniel. Sekarang tidak ada alasan untuk tidak datang. Ia sendiri bingung kenapa Daniel tidak bekerja dan bersantai di gazebo rumah.

"Mau kemana?" tanya Daniel ketika Selya mengeluarkan satu set pakaian dari lemari.

"Bukannya tadi dia berada di gazebo, kenapa sekarang di sini?" batin Selya.

Selya tidak menjawab, ia melangkah menuju kamar mandi. Daniel tidak akan tahan dengan sikap Selya. Ia pun mencekal pergelangan tangan Selya.

"Jika kamu berniat pergi, maka aku tidak mengizinkannya. Aku masih suamimu dan aku berhak mengatur dirimu." Perkataan Daniel yang seolah-olah sudah menguasai hidupnya membuat kekesalannya semakin bertambah.

Selya menaruh kembali pakaiannya dan pergi dari kamar. Daniel pun menyusul Selya dan wanita itu memilih duduk di ruang keluarga.

"Mau jalan-jalan tidak? Ibu hamil jalan pagi bagus loh. Gak jauh, sampai taman depan aja, Mau?" ajak Daniel. Selya masih bungkam, tetapi ia beranjak menuju pintu. Daniel hanya menghela nafas, wanita memang selalu sulit di pahami dan juga sulit di tebak.

"Pelan-pelan jalannya, gak bakal pergi tuh taman kalau kamu jalannya biasa," tegur Daniel.

Selya pun menurunkan tempo kecepatan melangkahnya. Sangat turun bahkan tidak bisa di sebut jalan, jika ada siput di sekelilingnya sudah di pastikan siput bisa mendahului Selya.

"Gak gitu juga, kalau kaya gini kapan kita sampai, nanti keburu malam," Padahal masih pagi.

Selya diam di tempat. Tidak maju dan juga tidak mundur benar-benar seperti patung. 

***
Happy reading

Maafkan aku yang gak konsisten update. Semoga gak pada kabur ya hehe. Jangan lupa vote and comment.

Salam sayang dari aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang