Pengakuan Selya kemarin, membuat Daniel harus bergerak cepat memberi Winda peringatan bila perlu Ia akan mengirim Winda jauh dari pandangan dirinya dan Selya. Sudah cukup wanita itu membuat marah karena tingkahnya. Tidak akan Ia biarkan Winda menyakiti Selya sedikit pun. Kurang kah Ia memberi peringatan Winda dengan menghancurkan perusahaan keluarganya, harus kah Daniel membongkar semua kebusukan Winda dan merusak citranya.
Winda tidak akan mendengarkan siapa pun kecuali satu orang yaitu Varo. Pembawaan Varo yang tenang dan mampu berpikir logis membuat Daniel harus melibatkan Varo dalam masalahnya. Ia percaya Varo bisa menyingkirkan wanita itu tanpa harus berbuat banyak. Selain karena mereka temen, Varo juga mencintai Winda dan dia pasti tidak ingin melihat Winda menjadi seorang penjahat.
Daniel menghubungi Varo untuk segera menemuinya. Tidak berlangsung lama Varo pun datang. Daniel yang memang jarang melihat Varo sedikit merasa bersalah pada sahabatnya, lihat saja Varo yang menghampirinya sudah seperti mayat hidup.
"Jangan minta aku untuk menggantikan tugasmu lagi. Sangat merepotkan," keluh Varo mengambil duduk dihadapan Daniel.
"Berani sekali kau mengeluhkan pekerjaan padaku," hardiknya.
"Bukan mengeluh hanya protes, seharusnya tiga hari lalu, 'kan. Kau yang harus mengurus cabang perusahaan bukan aku," bela Varo.
"Ternyata sahabatku ini sudah pikun. Huh ... padahal kau belum terlalu tua," sindir Daniel.
"Pikun tidak identik dengan orang yang sudah berumur. Anak kecil saja terkadang lupa apa yang kemarin terjadi," bantahnya masih berusaha menyalahkan Daniel.
"Lalu yang kemarin memintaku untuk tidak pergi siapa? Katanya aku harus menjaga Selya dan anak kami. Siapa yang kemarin bilang kalau prioritas pertama adalah keluarga, sedangkan pekerjaan nomor sekian?" dengus Daniel tidak suka.
Saat Selya masuk rumah sakit. Keesokan harinya, Daniel ada jadwal untuk mengurus perusahaan cabang selama beberapa hari. Namun, melihat keadaan Selya yang tidak mungkin untuk Ia tinggal, Varo menawarkan dirinya untuk menggantikan Daniel dengan alasan Selya dan anaknya lebih membutuhkan Daniel. Tawaran itu pun disetujui oleh Daniel, tapi sekarang yang Ia dapat adalah keluhan dari sahabatnya.
"Apakah aku mengatakan seperti itu?"
"Apa aku harus mengulang setiap perkataan yang keluar dari mulutmu?"
"Tidak! Tidak! Aku ingat sekarang. Bila kau ingin mengulangnya silakan, anggap ini tontonan gratis untukku," canda varo.
"Bagaimana keadaan Selya, calon keponakanku baik-baik saja, 'kan." Varo mengalihkan pembicaraan ketika melihat Daniel bersiap ingin menyerangnya.
"Mereka untuk saat ini aman, tetapi entah besok." Daniel menghela nafas.
"Bicaramu berbelit-belit, katakan to the point saja." Varo berujar serius. Ia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya.
"Tindakan Winda sudah melampaui batas. Dia berani mengancam diriku melalui Selya. Ada kemungkinan Winda akan melukai Selya." Daniel mengingat kembali apa yang Selya katakan kepadanya.
"Aku sudah bilang kepadamu untuk berbicara berdua dengan Winda dan berusahalah berdamai pada masa lalumu, tapi kau mengabaikan perkataanku. Sekarang tanggung sendiri akibatnya." Saat diberi saran Daniel menganggapnya angin lalu, ketika situasinya begini Ia mencari bantuannya. Dasar aneh.
"Bagaimana bisa berbicara serius, jika wanita itu terus saja menggodaku. Aku muak dengan caranya, maka dari itu aku memberi peringatan kepadanya."
"Menghancurkan perusahaan keluarganya?" Daniel mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
Chick-LitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...