"Daniel aku mohon, kita negosiasikan ulang ya." Selya berusaha merayu Daniel untuk mempertimbangkan syaratnya.
"Tidak bisa kau sudah menyetujuinya waktu itu." Daniel melihat Selya memasang andalannya akhir-akhir ini yaitu puppy eyes.
"Aku pasti bosan, bila hanya setengah hari di toko sisanya menemanimu bekerja. Tidak adil, tujuanku membuka toko bukan untuk berleha-leha, sedangkan karyawanku sibuk mengurus pesanan." Selya mengungkap keresahan hatinya.
Syarat yang diajukan Daniel adalah bila Selya dinyatakan hamil, maka Ia hanya akan berada di toko setengah hari, lalu sisanya Ia akan berada di sisi Daniel hingga pulang ke rumah begitu seterusnya. Saat itu Selya menerimanya dengan gamblang tanpa protes. Namun, kini Ia mengajukan sebuah negosiasi.
Daniel memberikan syarat tersebut bukan tanpa alasan. Ia berpikir untuk mengawasi Selya lebih ketat lagi karena ada Winda yang dapat mencelakai Selya kapan pun. Winda tetaplah Winda, wanita yang penuh dengan kelicikan. Daniel khawatir jika Winda bertindak nekat terhadap Selya, apalagi kini ada yang harus di jaga.
"Dengarkan aku Selya." Meminta Selya menatap dirinya, "Di dalam sini ada anakku yang harus kau jaga, aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya." Menyentuh perut Selya.
Selya yang mendengar perkataan Daniel hanya diam memandang manik mata sang suami. Perkataan yang menyentil hatinya. Secara tidak langsung Daniel hanya menginginkan anaknya saja tanpa Selya yang sudah mengandungnya. Sejak awal memang pernikahan yang Selya jalani hanya sebatas perjanjian yang saling menguntungkan. Namun, bisakah Daniel juga menganggap kehadirannya setidaknya selama Ia mengandung.
Selya sudah tidak mood untuk meneruskan perdebatannya dengan Daniel hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kapan aku bisa pulang?" Dalam keheningan Selya bertanya.
"Lusa kau boleh pulang," ucap Daniel.
"Aku ingin pulang sekarang. Aku tidak nyaman di sini boleh, 'kan?" Matanya sangat manis ketika berkata seperti itu.
"Dokter tidak memperbolehkannya."
"Ayolah aku sudah menyetujui syaratmu. Sekarang aku hanya ingin pulang," lirihnya.
Selya sangat ingin pulang. Sedari kecil Ia tidak suka rumah sakit, tempat itu mengingatkan dirinya dengan kematian sang ibu sehingga membuatnya tidak nyaman berada di sana terlalu lama.
Sekali lagi Selya meminta Daniel untuk membawanya pulang, tetapi selalu di tolaknya. Selya yang sangat tidak nyaman dan Daniel yang tetap pada pendiriannya membuat Selya beranjak dari pembaringannya.
"Aww ... is-hh ...," ringis Selya memegang perutnya yang terasa nyeri.
Daniel panik. "kenapa? Sakit? kau jangan egois sekarang kau tidak sendiri lagi!"
Daniel membaringkan Selya kembali dengan raut wajah tidak terbaca antara khawatir dan menahan kesal dengan sikap keras kepala istrinya. Jika saja Ia tidak ingat ada anaknya di dalam rahim Selya Ia pasti akan memarahi wanita itu.
"Apakah masih sakit?" tanya Daniel lembut.
Belum sempat Selya menjawab. Mama yang baru saja memberitahu papa, masuk dan mengalihkan perhatian sepasang suami istri tersebut. Sejenak Selya bersyukur dengan kehadiran Mama. Jika Daniel tidak bisa menurutinya mungkin Mama bisa.
"Ma ...," tangis Selya memandang nanar kehadiran sang mertua.
Mama menatap curiga ke arah Selya yang menangis dan Daniel hanya menampilkan raut datarnya. Membuat wanita paruh baya tersebut menatap sang anaknya meminta jawaban. Namun, Daniel tidak menghiraukan tatapan Mama. Pria tersebut lebih fokus memandang Selya yang semakin menangis.
"Jangan menangis hmm ... sudah tidak apa-apa," bujuk Daniel.
"Ma ...." Hanya kata itu yang Selya ucapkan. Membuat Mama tidak tega dan mendekati Selya, tiba di sampingnya Selya segera memeluk Mama.
"Kenapa sayang? Jangan menangis kasian baby. Sudah ya jangan menangis," rayu Mama mengusap punggung Selya.
Selya yang berada dalam pelukkan sang mama hanya semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya risau mengingat kenangan pahit di rumah sakit. Mama meminta Daniel untuk menjelaskan alasan seperti ini. Daniel pun menceritakan kemauan Selya untuk pulang. Mama mendengar penjelasan Daniel hanya mengangguk mengerti.
"Sayang dengarkan Mama. Semua demi kebaikan kamu sama baby jadi mengertilah sayang," Wanita hamil itu menggeleng tidak setuju.
"Ma ... aku ingin pulang plis, Ma." Masih dengan tangisan Selya mengungkapkan keinginannya.
"Baiklah kau boleh pulang sayang," Daniel tidak percaya apa yang Mama katakan.
"Tapi besok pagi ya. Sekarang berhenti menangis," lanjutnya membuat Daniel bernafas lega.
Selya mengiyakan perkataan Mama setidaknya Ia hanya menginap satu malam saja dan keesokannya Ia bisa pulang.
>>>
Di sebuah ruang dengan minim pencahayaan berserakan botol minuman yang sudah kosong. Terlihat ada wanita yang tengah memegang botol minuman bersandar pada kursi. Bibirya sesekali mengumpat atas tindakan tidak becus anak buahnya.
Siapa lagi kalau bukan Winda yang tenagah menikmati minuman beralkohol tersebut. Ia berteriak marah atas kegagalan rencananya untuk mencelakai Selya. Tuhan menakdirkan Selya untuk terserempet. Padahal Winda sudah membayangkan Selya akan tertabrak dan terpelanting jauh di jalan beraspal dengan berlumuran darah dan mati di tempat kejadian.
Tapi apa yang Ia dapat Selya hanya terserempet dan pingsan hanya itu saja, ekspetasinya jauh dari kenyataan. Ia harus segera menyinggirkan penghalang yang ada diantara dirinya dengan Daniel. Mengingat Daniel, Winda sudah sangat frusrtasi menghadapi penolakan yang diberikan oleh pria itu.
Andai bukan karena kekayaan Daniel. Winda tidak akan sampai menjatuhkan harga diriinya hanya untuk bisa kembali. Ingin sekali Winda menunjukkan sifat aslinya tetapi menurutnya itu akan lebih memperburuk keadaan. Varo pun tidak bisa bertindak lebih, meskipun Winda sudah berpura-pura sangat tersiksa dihadapan varo.
"Akh ...!" teriak Winda menggema di ruang tersebut.
Prang ....
Botol yang sebelumnya berada di genggaman tangannya kini pecah berserakan dilantai akibat terlempar mengenai dinding.
Giginya bergemelatuk menahan amarah yang sudah sangat menguasai dirinya. Nafasnya memburu menahan sesak di dada. Harapan dirinya kembali sudah tidak ada lagi. Daniel sudah memberi peringatan secara tegas, saat ini yang ada di hatinya adalah dendam.
Dendam karena Daniel mengusik perusahaan keluarganya dengan mengungkapkan penggelapan dana yang dilakukan oleh ayah Winda. Membuat perusahaan keluarga Winda mengalami kerugian karena para investor menarik kembali investasi mereka, sehingga perusahaan itu mengalami kerugian besar.
Tujuannya sekarang adalah membalas dendam atas perlakuan Daniel terhadap dirinya. Ia bersumpah akan menghancurkan kebahagian Daniel, tidak akan Winda biarkan Daniel hidup dengan bahagia setelah menhancurkan dirinya.
Wanita licik seperti Winda pasti akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mengenai Selya, istri Daniel itu. Sudah dipastikan akan meregang nyawa di tangan Winda. Jika Winda tidak dapat memiliki Daniel maka wanita lain juga tidak akan memiliki Daniel.
Rencana pertamanya boleh gagal, tapi Winda pastikan rencana selanjutnya akan berhasil. Seperti kata pepatah banyak jalan menuju Roma.
"Selama aku masih hidup, kalian akan menderita tidak akan ada senyum yang menghiasi bibir kalian. Aku pasikan kalian mati di tanganku!" desis Winda tertawa nyaring.
"Akan aku balas semua penolakanmu itu Daniel! Tunggu saja tanggal mainnya." Seringai terbit di bibir wanita itu.
***
Happy reading.Setelah baca jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote and comment. Aku selalu menunggu krisar dari kalian.
Salam sayang dari aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
Chick-LitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...